antara madu asli dan madu palsu menurut penelitian

Padang, (Antaranews Sumbar) - Peneliti hewan lebah dan akademisi Biologi dari STKIP PGRI Sumbar Dr Jasmi menilai perlu uji ilmiah di skala laboratorium untuk memastikan keaslian produk madu di pasaran.


"Sebab tidak menjamin kebiasaan di masyarakat memastikan madu asli dan palsu lebih tepatnya buatan karena butuh uji senyawa lanjutan," ujarnya di Padang menanggapi isu adanya madu asli dan palsu, Selasa.


Dari hasil penelitian kata dia, dikatakan madu asli bila langsung dimatangkan dan diambil dari sarang lebah sedangkan buatan hanya berupa larutan yang dibuat seperti madu.


Dalam hal ini proses dari pembuatan madu oleh lebah tentu dengan mengubah nektar atau serbuk sari yang diambil dari bunga tanaman, kemudian melalui enzim konvertase mengubah gula alami sukrosa menjadi fruktosa.


Perbedaanya dengan madu palsu atau buatan yakni berupa cairan yang berupa gula atau glukosa difermentasi oleh mikroba tertentu dan ditambah senyawa lainnya.


Bila diuji secara ilmiah ujarnya, pada madu buatan tersebut tidak akan ditemui enzim konvertase yang dihasilkan dari lambung lebah.


Dan untuk mendapatkan hal tersebut tentu harus dilakukan di laboratorium dan melalui penambahan parameter penelitian lainnya.


Kemudian madu dikatakan asli atau palsu lebih pada pasarannya, misalnya dalam penjualan madu buatan didagangkan dengan merek asli.


Dari situlah dipastikan madu itu asli dan palsu, selain tentu pada komposisi senyawa kimia serta khasiat yang diberikan.


Sedangkan menurutnya persepsi yang berkembang di masyarakat semisal madu asli saat dioleskan ke kulit tidak menguap dan madu palsu menguap tidak dapat dibenarkan sebelum uji lanjutan.


Sebab hal tersebut lebih pada kematangan atau tidaknya madu oleh lebah, atau konsentrasi larutan yang ada.


Artinya bisa saja keduanya madu asli namun memiliki konsentrasi larutan yang berbeda, satu dengan komposisi air lebih tinggi yang satu tidak.


Sesuai sifat fisika air tentu madu yang kental akan lebih lambat menguap dibanding yang banyak air.


Ini juga pengaruh dari jenis madu yang dihasilkan di luar dan dalam rongga batang tanaman.


Kebanyakan madu yang biasa dihasilkan lebah di luar rongga tanaman memiliki tingkat kontaminasi lebih tinggi dari yang di dalam rongga batang.


Kemudian ada istilah madu asli tidak datang semut dan madu palsu ada semut, dari penelitiannya semua madu asli yang ditumpahkan akan dikejar semut.


Justru kata dia perlu diwaspadai sebab bisa saja madu yang tidak bersemut telah diberikan senyawa tertentu atau pengawet untuk meredam mikroorganisme.


Dan masih banyak lagi pemahaman di tengah masyarakat perlu diluruskan dengan penelitian lebih lanjut.


Dia menambahkan untuk melihat kualitas madu hanya dapat dilakukan dengan uji organoleptik yakni rasa, warna dan aroma.


Nah ini berpedomani pada sumber makanan lebah, misalnya madu hitam, coklat atau putih berasal dari nektar bunga dengan warna yang serupa.


Kemudian ada aroma durian, mangga, matahari itu juga berasal dari lebah mengambil nektar untuk dijadikan madu.


Termasuk juga rasa ada pahit, manis, asam juga berpedomani pada sumber makanan dari lebah tersebut.


Hanya saja untuk madu asam dan madu manis, dapat dikelompokkan juga berdasarkan jenis lebah bersengat dan tidak bersengat.


Kebanyakan lebah bersengat seperti Apis cerana atau lebah madu menghasilkan madu rasa manis.


Sedangkan lebah tidak bersengat seperti Trigona itu menghasilkan madu rasa agak asam.


Lagi-lagi secara penelitian ini juga dipengaruhi senyawa di dalamnya.


Hanya saja sebagai hipotesis untuk membedakan madu asli atau palsu dan buatan dengan melihat keawetan saat disimpan.


Biasanya madu asli yang kental tidak akan berubah secara organoleptik meski disimpan dalam waktu lama.


Akan tetapi pada madu yang dibuat oleh manusia bukan lebah seperti dari larutan gula tersebut tidak akan bertahan lama dan mungkin mengalami perubahan struktur.


Hal ini dikarenakan pada larutan tentu akan mengalami banyak perubahan secara kimia sesuai senyawa di dalamnya. (*)