wahai guru, jalan sunyi penuh pengabdian

Menjadi guru berarti adalah memilih jalan sunyi. Jalan yang tak riuh oleh puja puji. Jalan yang sepi popularitas dan sensasi. Jalan yang tak menjanjikan prestise dan gengsi, apalagi gelimang materi.

Lihatlah sekelilingmu, adakah guru yang hidup dalam glamoritas bak selebriti? Adakah guru yang tinggal di rumah mentereng berkendara Lamborghini macam Syahrini? Sedangkan gaji mereka mungkin hanya cukup untuk makan sehari hari. Syukur-syukur bisa menabung untuk beli mobil dan rumah atau naik haji

Guru yang bernasib lumayan mujur nan makmur itu mungkin sedikit sekali. Paling banter hanya  guru yang berstatus pegawai negeri atau sudah sertifikasi. Atau guru di sekolah swasta bonafid yang bayaran SPP-nya tinggi tinggi sekali. Kiri kanan kulihat saja banyak pohon, eh kok malah jadi nyanyi 😂.

Nah, kebanyakan guru di Indonesiah tercintahh ini justru nasibnya miris sekali. Kalau selebriti sejam tampil bisa dibayar berpuluh jeti. Sementara guru hanya digaji sepersepuluh bahkan mungkin seperseratusnya untuk jam kerja 8 jam sehari selama 30 hari.

Sampai2 ada anekdot yang berbunyi begini:
Artis dibayar mahal untuk menghancurkan generasi. Sementara guru yang tugasnya untuk mendidik dan mencerdaskan tunas-tunas negeri, dibayar rendah sekali. Ibarat langit dan bumi.

Usahlah dibandingkan dengan selebriti,
karena dibanding gaji buruh saja gaji guru masih kalah tinggi. Tapi, hebatnya guru negeri ini. Tak seperti buruh yang setiap tahun berdemonstrasi, demi menuntut kenaikan Upah Minimum Provinsi. Guru-guru tetap adem ayem saja meskipun bertahun tahun tak ada kenaikan gaji.

Lihatlah, mereka tetap mengabdi sepenuh hati. Menjalani profesinya dengan penuh dedikasi. Memegang teguh slogan tut wuri handayani. Demi cita cita mulia mencerdaskan generasi. Mereka curahkan segenap pikiran, waktu dan energi setiap hari. Untuk mendidik dan membimbing murid-muridnya seperti anak sendiri.

Meskipun mereka tak pernah mendapatkan anugrah bintang jasa dan prestasi. Meskipun minim apresiasi baik berupa materi maupun non materi. Meskipun jauh dari sorotan kamera televisi. Meskipun kekayaan dan popularitas tak pernah menghampiri. Meskipun hanya tinggal di rumah RSS yang dicicil potong gaji. Meskipun hanya mengendarai sepeda motor tua yang selalu berbunyi mencicit kekurangan oli. Meskipun seumur hidup jadi guru abadi dari generasi ke generasi, tanpa kenaikan pangkat dan posisi. Meskipun murid yang dulu mereka ajari telah menjadi pemimpin negeri, dan mereka masih berkutat dengan kapur dan papan tulis setiap hari.

Mereka adalah para pemberani. Para pejuang di jalan sunyi. Mereka-lah pahlawan sejati. Om

Selamat Hari Guru, untuk semua guru di bumi pertiwi.

By Zola Van Rooy
copas