Kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning adalah suatu metode pembelajaran atau strategi dalam belajar dan mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dengan kata lain pembelajaran dilakukan dengan membuat sejumlah kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 anak yang bertujuan untuk saling memotivasi antar anggotanya untuk saling membantu agar tujuan dapat tercapai secara maksimal.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen).
Pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran secara berkelompok. Akan tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif di antara anggota kelompok.
Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Pengertian Menurut Ahli
Bern dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.
Damon dan Phelps, Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang menerapkan interaksi kelompok teman sebaya.
Eggen and Kauchak (1996:279) “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.
Sunal dan Hans, Cooperative Learning adalah suatu pembelajaran dengan menggunakan cara pendekatan atau strategi khusus untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran.
Stahl (1999), “cooperative learning is equated with any group activity or project since all members of these groups are expected to cooperate in order to complete their assignments”. Ini berarti bahwa dalam pembelajaran kooperatif terjadi suatu aktivitas kelompok, semua anggota kelompok dapat bekerjasama untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Djajadisastra, Cooperative Learning adalah suatu metode belajar kelompok, yaitu murid atau siswa disusun berdasarkan kelompok waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal dan tugas-tugas.
Tukiran Taniredja, dkk (2011:55) Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Solihatin, E., dan Rahardjo (dalam Tukiran Taniredja, dkk, 2011:56) Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Slavin (Isjoni, 2011:15), “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.
Johnson and Johnson (Orlich, et al., 2007) memberikan definisi cooperative learning is learning based on a small-group approach to teaching that holds students accountable for both individual and group achievement.
Suprijono (2013:54) secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Johnson, et al. (Fetsch & Yang, 2002) memandang bahwa “Cooperation is considerably more effective than interpersonal competition and individualistic efforts in promoting achievement and productivity and cooperation without intergroup competition seems to promote higher achievement and productivity than cooperation with intergroup competition”. Definisi ini mengandung makna bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat kompetisi perseorangan dan pembelajaran kooperatif lebih dapat meningkatkan prestasi dan produktivitas belajar dibandingkan dengan kompetisi dalam kelompok.
Arends (1997) menyebutkan bahwa: The cooperative learning model provides a framework within with teacher can foster important social learning and human relations goals. Arends memandang bahwa model pembelajaran kooperatif menyediakan suatu kerangka bagi guru untuk dapat membantu kepentingan pengembangan pembelajaran dan tujuan hubungan manusia.
Trianto (2007:41), mengatakan di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.
Nur (2000), Seluruh model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain.
Riyanto (2010:267) mengatakan hakikat pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk melatih kecakapan akademis (academic skills), keterampilan sosial (social skill) dan interpersonal skill.
Suprijono (2009:54) pembelajaran kooperatif adalah jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.
Ciri – Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Stahl (dalam Tukiran Taniredja, dkk, 2011:55) ciri – ciri model pembelajaran kooperatif adalah:
Belajar bersama dengan teman
Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman
Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok
Belajar dari teman sendiri dalam berkelompok
Belajar dalam kelompok kecil
Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
Keputusan tergantung pada siswa sendiri
Siswa aktif
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (dalam Tukiran Taniredja, dkk, 2011:55) tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Nurhadi (2003) memandang bahwa pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah, sehingga sumber belajar peserta didik bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama peserta didik.
Menurut Depdiknas (dalam Tukiran Taniredja, dkk, 2011:55) Model Pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:
Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama.
Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman – temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan itu tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
Mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial siswa yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, mengemukakan pendapat dan lain sebagainya.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Model Evaluasi Cooperative Learning
Terdapat tiga model evaluasi dalam pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), ketiga model evaluasi tersebut adalah :
Model Evaluasi Kompetisi
Dengan menggunakan sistem ini, maka sudah jelas akan menanamkan jiwa kompetitif antar siswa. Karena siswa dipacu untuk menjadi lebih baik dari teman-teman di kelasnya. Sehingga dengan model pembelajaran ini siswa yang anggap melebihi rata-rata nilai dikenal maka dianggap sebagai siswa berprestasi. Sedangkan siswa yang dibawah rata-rata dianggap sebagai siswa tidak berprestasi atau gagal.
Model Evaluasi Individual
Berbeda dengan model evaluasi kompetisi, pada model evaluasi individual siswa belajar melalui pendekatan dan kecepatan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki sendiri. Peserta didik tidak bersaing dengan siswa lainnya, melainkan bersaing dengan dirinya sendiri. Jika pada model evaluasi belajar guru menetapkan penilaian peringkat, pada model individual guru menetapkan standar untuk setiap murid.
Model Evaluasi Cooperative Learning
Pada sistem ini menganut pemahaman homini soclus. yaitu menekankan untuk saling bergantung pada lainnya. Pada model sistem ini kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting. Penilaian pada sistem cooperative learning diantaranya adalah tanggung jawab pribadi dan kelompok. Jadi siswa mendapatkan nilai pribadi dan nilai kelompok.
Karakteristik Model Kooperatif
Bennet menyatakan ada lima prinsip dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok (Isjoni, 2014), yaitu:
Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.
Interaction face to face, yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara.
Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal diantara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.
Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena dalam tujuan model kooperatif adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.
Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam model kooperatif adalah siswa belajar keterampilan bekerja sama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.
Tujuan Model Kooperatif
Pada dasarnya model kooperatif learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (Isjoni, 2014) yaitu:
Hasil belajar akademik dalam model kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa dalam belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar
Penerimaan terhadap perbedaan individu tujuan lain model kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang–orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidak mampuannya.
Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting ketiga model kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.
Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
Setiap anggota kelompok (siswa) memiliki bertanggung jawab atas semua yang dilakukan dalam kelompoknya.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus tahu bahwa semua anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
Setiap anggota kelompok (siswa) harus berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompok.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses pembelajaran.
Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta bertanggung jawab secara individual atas materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:.
Menyampaikan tujuan serta memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.
Penyajian informasi.
Guru memberikan informasi kepada siswa.
Atur siswa menjadi kelompok belajar.
Guru memberi tahu pengelompokan siswa.
Membimbing kelompok belajar.
Guru memotivasi dan memfasilitasi pekerjaan siswa dalam kelompok belajar kelompok.
Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah diterapkan.
Berikan penghargaan.
Guru menghargai hasil belajar individu dan kelompok.
Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 1994) :
Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.
Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif
Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka perlu diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Johnson and Smith,1991; Anita Lie, 2004):
Saling ketergantungan Positif
Tanggung jawab perseorangan
Tatap Muka
Komunikasi antar anggota
Evaluasi
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif
Kelebihan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya:
Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan.
Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social.
Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahaman sendiri, menerima umpan balik.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan member rangsangan untuk berpikir.
Kekurangan pembelajaran kooperatif diantaranya yaitu:
Bagi siswa yang pandai, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan yang seperti ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
Penilaian dalam pembelajaran kooperatif didasarkan pada hasil kelompok. Namun yang demikian, guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang didasarkan kepada kemampuan secara individu. Oleh karena itu idealnya pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan