Klasifikasi dan Sejarah Perkembangan Tari Nusantara


            Pada zaman kerajaan, tarian diciptakan untuk melengkapi upacara sakral kerajaan. Pengklasifikasian tari kreasi daerah dapat ditelusuri berdasarkan sejarah atau periodisasi perkembangannya, yaitu sebagai berikut.
a)    Sejarah Perkembangan Tari Tradisi

Tari Topeng dicatat sebagai cikal bakal tari tradisi di Jawa. Tari Topeng diperkirakan mengalami puncak perkembangan pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam Kitab Negarakertagama, dijelaskan adanya atraksi besar-besaran tari dan nyanyian di Kerajaan Majapahit.Dijelaskan pula adanya tokoh-tokoh punakawan (juru banyol) dan beberapa penari menggunakan tutup kepala (irah-irahan) yang disebut tekes. Sampai sekarang, tekesdigunakan pada semua Tari Tradisi Topeng, terutama Tari Topeng Panji.
Selanjutnya, Tari Topeng juga mendapat perhatian dari Kerajaan Mataram tetapi, pada akhirnya tarian ini tersisihkan oleh Tari Bedhaya dan Tari Srimpi yang sekarang menjadi simbol keagungan dan budaya Kerajaan Mataram.
Pada tahun 1918, Pangeran Tedjo Kusuma dan Pangeran Suryadiningrat mendirikan sekolah di Yogyakarta yang bernama Sekolah Tari Krida Beksa Birama. Kreator terkemuka yang berasal dari sekolah ini diantaranya, Wisnoe Wardhana dan Bagong Kussudiardjo.
Pada tahun 1961 muncul seni tari Jawa baru yang disebut Sendratari Ballet Ramayana, istilah ini dibuat oleh G.P.H Jatikusumo. Dari sini, muncul kreator tari diantaranya, Sardono W. Kusumo, Sal Mugiyanto, dan Retno Maruti.
Di Bali sekitar 1930-an, I Ketut Mario menciptakan gaya kebyar dalam karawitan dan Tari Bali.
Terdapat dua seniman legendaris di Priangan (Jawa Barat) yang mengembangkan Tari Kupu-Kupu dan Merak, yaitu Martakusuma dan Raden Tjetje Soemantri. Selanjutnya tari ini mengilhamkan terciptanya Tari Merak gaya Bagong Kussudiardjo dan S. Maridi (Surakarta). Tahun 1975-1980, Gugum Gumbira menciptakan Tari Ketuk Tilu menjadi Tari Jaipongan.
Tokoh lainnya yang menciptakan tari kreasi diantaranya Suprapto Suryodarmono dan Sardono W. Kusumo yang menggunakan spirit (roh). Di Yogyakarta muncul Ben Suharto (alm) yang menggunakan konsep Mandala. Di Solo, Gendhon Humardani melakukan perubahan besar-besaran pada seni tari. Contohnya, pemadatan koreografi Tari Gambyong, Adaniggar, Bedhaya, Srimpi, dll.
b)    Sejarah Perkembangan Tari Kreasi Baru

Diawali oleh I Ketut Mario tahun 1930-an, Bagong Kussudiardjo dan Wisnoe Wardhana tahun 1950-1958.Terdapat juga seniman baru, seperti Sal Murgiyanto, I Wayan Dibya, Gusmiati Suid, Endo Suanda, dan Sardono W. Kusumo.
Awalnya tema diambil dari derakan dasar tari tradisi. Namun, perkembangan selanjutnya tema diambil dari kejadian nyata yang tengah berkembang di masyarakat.
Pembaruan tari di Indonesia terus berkembang, terutama setelah para senior menimba ilmu di Amerika. Karya tari hasil pembaruan mereka, diantaranya Bedhaya Gendheng (1991), dan Lorong karya Bagong Kussudiardjo. Selain itu, Meta Ekologi dan Hutan Plastikkarya Sardono W. Kusumo.
c)      Sejarah dan Perkembangan Tari Kontemporer
Sejarah perkembangan tari kontemporer dimulai menjelang dasawarsa akhir 70-an. Diperkenalkan oleh individu dan perguruan tinggi, seperti STSI Surakarta, dan ASTI Yogyakarta. Selain itu terdapat event-event yang mendukung perkembangan tari kontemporer.
A. Keunikan Tari Nusantara dalam Konteks Budaya Masyarakat Setempat
1.     Observasi Pementasan Tari Daerah Setempat
Hal-hal yang harus disiapkan sebelum melakukan observasi pementasan adalah beberapa peralatan yang diperlukan seperti : kamera, daftar pertanyaan, dan kesiapan fisik.
Hasil observasi berupa, skripsi ( tugas akhir S1), tesis (tugas akhir S2), dan disertasi ( tugas akhir S3).

2.     Keunikan Tari Daerah
 Setiap tarian daerah mempunyai keunikannya tersendiri.Keunikan tari sering sekali terletak pada aspek gerakannya. Namun, selain aspek gerakan, keunikan juga terdapat pada kostum yang digunakan, penataan panggung, dan pola penggarapannya.