Metode ilmiah dan Penelitian

 

Metode ilmiah dan Penelitian

1. Metode Ilmiah

Para ilmuwan bekerja menggunakan suatu metode yang dikenal dengan metode ilmiah. Istilah metode, dari methodos (Yunani) berarti cara atau jalan. Metode berhubungan dengan cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam arti yang luas, istilah metodologi menunjuk kepada proses, prinsip, serta prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawab atas masalah tersebut. Jadi metode ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

 

a. Sikap Ilmiah

Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah, merupakan sikap yang semastinya dimiliki oleh setiap peneliti dan ilmuwan agar hasil penelitiannya berkualitas dan memiliki derajat keilmiahan yang tinggi. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud  adalah :

1.      Rasa ingin tahu, yaitu rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang terdapat disekitar kita yang diikuti dengan meneliti obyek-obyek tersebut.

2.      Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada).

3.      Obyektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi).

4.      Tekun (tidak putus asa).

5.      Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan).

6.      Terbuka menerima pendapat yang benar dari orang lain.

7.      Rendah hati, lapang dada, toleran, sabar dsb

 

b. Ketrampilan Kerja Ilmiah

Berbagai kemampuan kerja ilmiah yang harus kita miliki antara lain:

1. Pengamatan (observasi). Ketrampilan mengamati merupakan salah satu cara untuk mendapatkan permasalahan yang harus kita pecahkan maupun menjawab masalah yang akan dipecahkan.

2. Pengelompokan (klasifikasi). Untuk mempermudah dalam mengenali obyek atau data hasil pengamatan, kita harus memiliki ketrampilan mengelompokkan.

3. Komunikasi dan Penafsiran. Komunikasi membutuhkan kemampuan untuk menangkap informasi dari buah pikiran orang, baik lisan maupun tulisan, dan menyampaikan kepada orang lain dalam bentuk berbagai media.

4. Bertanya. Bertanya merupakan kegiatan untuk meminta keterangan atau penjelasan tentang sesuatu.

5. Merencanakan. Berhasil tidaknya suatu percobaan/ penelitian sangat ditentukan oleh perencanaan.

 

2. Penelitian

Penelitian adalah istilah Indonesia yang merupakan terjemahan dari kosakata research (bhs Inggris), yang diindonesiakan dengan riset. Re bermakna kembali,  sedangkan search bermakna mencari. Research secara literal berarti mencari kembali.

Menurut kamus Webster`s New International: Penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut Hillway (1956), penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.

Jika menghadapi masalah (sebagai stimuli) maka kita akan melakukan suatu tindakan  tertentu (sebagai respon) melalui suatu penalaran (logika) tertentu.  Stimuli akan ditangkap melalui pancaindera dan diteruskan ke otak kemudian dinalar sesuai dengan pengetahuan yang telah ada atau dimiliki untuk menentukan pemecahannya, selanjutnya diperintahkan ke organ tubuh untuk melakukan respon berupa tindakan dalam rangka menjawab stimuli. Jika belum berhasil proses ini akan berulang terus hingga mendapatkan tindakan yang sesuai. Prosedur stimuli dan respon ini memiliki tiga ciri, yaitu; sistematis, logis, dan empiris. Prosedur atau mekanisme ini merupakan acuan dasar dari metode ilmiah. Jika prosedur tersebut digunakan untuk memecahkan masalah maka prosedur tersebut dinamakan penelitian ilmiah.

 

a. Sifat Penelitian Ilmiah

Umumnya ada empat karakteristik  penelitian ilmiah yaitu:

1.                  Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar. Dari yang mudah  dan sederhana sampai yang kompleks.

2.                  Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bilamana dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Oleh karenanya  pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.

3.                  Empirik. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan  pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indera) atau melalui  hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai bahan penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu:

a.       Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).

b.      Hal-hal empirik  selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.

c.       Hal-hal empirik tidak bisa timbul secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).

4.                  Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus dapat diuji kembali oleh peneliti  lain dan harus memberikan hasil yang sama, bilamana dilakukan dengan metode, kriteria dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif maka penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

 b. Siklus Penelitian

Untuk mencapai hasil yang diharapkan  dalam memecahkan masalah, penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan langkah-langkah tertentu yang teratur. Penelitian juga merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus. 

Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:

1.      Identifikasi masalah

Penelitian dimulai dari pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk ini diperlukan adanya motivasi yang berupa rasa ingin tahu untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk melihat dengan jelas tujuan dan sasaran penelitian, perlu diadakan identifikasi masalah dan lingkungan masalah itu. Masalah penelitian selanjutnya dipilih dengan kriteria, antara lain apakah penelitian itu dapat memecahkan permasalahan, apakah penelitian itu dapat diteliti dari taraf kemajuan pengetahuan, waktu, biaya maupun kemampuan peneliti sendiri, dan lain-lain. Substansi permasalahan diidentifisikasikan dengan jelas dan konkrit. Pengertian-pengertian yang terkandung didalamnya dirumuskan secara operasional. Sifat konkrit dan jelas ini, memungkinkan pertanyaan-pertanyaan yang diteliti dapat dijawab secara eksplisit, yaitu apa, siapa, mengapa, bagaimana, bilamana, dan apa tujuan penelitian. Dengan identifikasi yang jelas peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut.

2.      Perumusan masalah atau Hipotesis

Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Biasanya dibuat dengan cara membentuk kalimat tanya atau pertanyaan dari masalah yang kita hadapi.  Hipotesis juga merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang baik akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak relevan. Dengan catatan, tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.

3.      Penelusuran pustaka

Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.

4.      Rancangan penelitian

Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.

5.      Pengumpulan data

Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.

6.      Pengolahan data

Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.

7.      Penyimpulan hasil

Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.