. Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan.

 

. Pengetahuan dan  Ilmu Pengetahuan. 

Peristiwa alam merupakan peristiwa yang berulang setiap waktu, sehingga dengan memperhatikan keteraturan yang ada, manusia memulai memperhatikan gejala alam, melakukan pencatatan secara sistematis tentang apa yang telah terjadi, mengumpulkan catatan-catatan tentang gejala kebendaan dan gejala kejadian, mengelompokkan berbagai catatan tersebut ke dalam gejala yang sejenis, membedakan dan menghubungkan berbagai catatan peristiwa dan kejadian. Hasilnya antara lain pengetahuan manusia semakin hari menjadi semakin pesat perkembangannya.

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan serapan panca indera, dan diolah  oleh akal budi secara spontan. Dapat juga dikatakan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang dilihat, didengar, dikecap, dicium, diraba dan hadir dalam kesadaran kita. Jadi pengetahuan bersifat spontan, subyektif dan intuitif. Kemampuan ini merupakan milik setiap manusia sejak lahir.

Pengetahuan senantiasa mengandaikan adanya  subyek yang mengetahui, dan obyek yang diketahui hal ikhwalnya. Selain itu pengetahuan juga berkait erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian  antara  pengetahuan yang ada pada subyek dan realitas yang ada pada obyek. Karena itu bila  terjadi ketidaksesuaian antara apa yang diketahui  dengan realitas obyeknya, maka dikatakan terjadi ketidak benaran (kesalahan).

Sains berasal dari kata Scientia (bahasa Yunani) artinya ilmu pengetahuan. Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, pengertian scientia ini dianggap terlalu luas cakupannya, karena mencakup semua ilmu pengetahuan yang ada. Ilmu dapat didefinisikan sebagai hasil proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu Pengetahuan ialah  pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis dan koheren.

Sejalan dengan problema yang dihadapi manusia dan sesuai dengan karakteristik ilmu pengetahuan yang berkembang sampai saat ini, maka sains diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam atau IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) lahir dari olah karya budi manusia, yakni setelah manusia memanfaatkan kemampuan indera dan akalpikirannya. Olah karya budi merupakan aktivitas berpikir, bersikap dan pengembangan keterampilan. Aktivitas berpikir bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Lewat keterampilan menggunakan alat ukur, baik peralatan ukur yang canggih maupun tidak; manusia dapat memanfaatkan alat inderanya untuk mengoptimalkan kesadaran berpikir dalam mengamati, mengalami, menyelidiki gejala benda dan gejala kejadian. Seterusnya dengan menggunakan kemampuan olah pikir yang dimilikinya yakni dengan melakukan penggabungan antara hasil pengamatan indera dan penalarannya akan didapat pengetahuan yang mantap.

Dengan menggunakan kemampuan-kemampuan berpikir IPA, akan dapat dilakukan ramalan tentang gejala tersebut. Proses berulang dalam alam semesta ini dapat dipelajari yang pada akhirnya gejala dapat dijelaskan baik.

IPA (sains) mencakup beberapa pengertian mendasar yang berkaitan dengan olah karya budi manusia dalam mengungkap alam semesta. Pendapat Sund (1975) menyatakan bahwa : sains mencakup tiga aspek yang terpadu yakni (a) scientific attitudes (sikap ilmiah), (b). Scientific methods (metode ilmiah) dan (c). scientific product (produk ilmiah). Obyek IPA melibatkan konsepsi ilmiah tentang kenyataan alamiah.

Sistematika sains (IPA) ditekankan pada masalah yang pada umumnya dapat dikerjakan oleh manusia. Dalam hal ini ilmu pengetahuan alam harus dapat diurutkan dan dipetakan (mapping) ke dalam hal yang lebih detail (rinci). Di samping itu ilmu pengetahuan alam haruslah bertolak dari kenyataan alamiah. Dengan demikian, peran pengamatan, pengukuran, klasifikasi menjadi pembuka tabir bagi benda yang jauh dari tempat kita berada.

Pengamatan adalah upaya untuk memperoleh bukti empiris, dalam rangka mengumpulkan informasi yang sifatnya faktual. Lewat pengamatan didapatlah fakta, selanjutnya dengan menggolong-golongkan fakta sejenis, membanding-bandingkan dan menghubungkan berbagai fakta; kegiatan ini dalam rangka menguji dugaan atau ramalan yang telah diajukan. Apabila ternyata ramalan yang diajukan didukung oleh fakta yang dikumpulkan, artinya ramalan yan diajukan tersebut cocok dengan realitas atau kenyataan. Hal inilah yang menjadi fokus dalam memperoleh kebenaan ilmiah.

Sikap ilmiah dan proses ilmiah menyatu dalam terapannya, artinya antara metode ilmiah dan sikap ilmiah tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sikap ilmiah mencakup kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, objektif, hasrat ingin tahu, rendah hati, jujur, kemauan untuk mempertimbangkan fakta baru, pendekatan positif terhadap kegagalan, terbuka, teliti dan sebagainya. Dalam upaya menjelaskan fakta alamiah yang seringkali merupakan bentuk rahasia alam tindakan para ilmuwan selalu dilandasi pada sikap seperti dijelaskan di depan. Selanjutnya proses ilmiah atau seringali disebut metode ilmiah merupakan cara khusus dalam memecahkan masalah. cara khusus ini meliputi langkah identifikasi masalah, membatasi masalah, merumuskan masalah secara spesifik, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, menyimpulkan, ekstrapolasi dan membuat sintesis dan evaluasi dan sebagainya. Hasil temuan lewat proses ilmiah dan menggunakan sikap ilmiah secara akurat ini pada akhirnya diperoleh produk ilmiah. Produk ilmiah dalam IPA dapat berupa fakta, data, konsep, teori, hukum dan prinsip

a. Jenis Pengetahuan

Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan  non-ilmiah dan pengetahuan pra ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indera atau instuisi terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya sehingga tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, manfaat air cucian benda pusaka untuk menyembuhkan penyakit,  dll. Pengetahuan pra ilmiah adalah hasil serapan indera dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut dengan menggunakan metode tertentu. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat larutan tepung kanji untuk mengobati gejala maag atau iritasi lambung.  Pengetahuan ini selanjutnya dapat dibuktikan kebenarannya dengan di teliti dan diuji di laboratorium. 

Oleh karena hasil serapan panca indera dan cakupan pengalaman manusia itu sedemikian luas dan beraneka ragam, maka pengetahuan manusia juga demikian. Oleh karena itu agar pengetahuan  bisa menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, lebih rinci dan setepat-tepatnya.

Metodis, berarti dalam proses menemukan dan mengolah  pengetahuan menggunakan metode-metode tertentu, tidak  serampangan. Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan  langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga merupakan suatu keseluruhan yang terpadu. Korehen,  berarti setiap bagian dari jabaran pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten).

Ada juga yang mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan secara harmonik dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut  research atau penelitian. Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode tertentu, yang disebut dengan metode ilmiah.

Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan, antara lain atas :

1.      Ilmu Pengetahuan fisis-kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris.  Pengetahuan ini  diperoleh  melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dll.

2.      Ilmu pengetahuan formal-kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu ini diperoleh dengan  cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok  ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dll.

3.      Ilmu pengetahuan metafisis-substansial, sering disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis/rasional) dengan mencari hakekat, prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.

 

b. Sifat Ilmu Pengetahuan

1.      Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

2.      Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.

3.      Andal yaitu dapat diuji kembali secara terbuka menurut persyaratan yang ditentukan dengan hasil yang dapat diandalkan. Oleh karena itu ilmu pengetahuan bersifat umum, terbuka dan universal.

4.      Metodis. Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan sendirinya. Ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang menerapkan metode ilmiah. Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.

5.      Sistematis, berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan  langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga merupakan suatu keseluruhan yang terpadu.

6.      Korehen, atau akumulatif berarti setiap bagian dari jabaran pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum, dll. yang terkumpul sedikit demi sedikit. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.