teknik pembangunan candi borobudur

TRIBUNBATAM.id, MAGELANG- Nama Candi Borubudur tentu sudah sangat familiar bagi warga negara indonesia.

Namun hingga saat ini mungkin masih banyak orang yang penasaran bagaimana sebenarnya Candi Borobudur dibuat.

Bagaimana mengangkat jutaan ton batu untuk menyusun Candi Borobudur yang jika disetarakan dengan jaman sekarang mencapai 10 lantai gedung.

Yang menjadi misteri kemudian adalah apa isi perut Candi Borobudur?

Sebelum menjawab itu, perlu diketahui awal mula pembangunan candi di Magelang tersebut.

Bangunan batu berjuta-juta ton itu masih kokoh berdiri lebih dari seribu tahun.

Jutaan ton batu yang menyusun bangunan candi Budha ini terlihat rapi, simetris dan kokoh.

Apa yang ada di dalamnya? Bagaimana cara membangun Candi Borobudur?

Candi itu dibangun sekira pada abad ke-9.

Belum ada alat buldozer untuk meratakan tanah dan belum ada truk untuk mengangkut batuan dan alat crane untuk mengerek batu ke atas pun belum ada.

Bagaimana Candi Borobudur dibangun?

Dilansir dari intisari online, Candi Borobudur dibangun menggunakan peralatan sederhana, seperti palu dan pengungkit.

Kendaraan yang ada hanyalah cikar atau pedati (gerobak yang ditarik dengan sapi).

Kepala Seksi Konservasi BKB, Yudi Suhartono, menunjukkan tanda larangan masuk untuk lantai 9 dan 10 Candi Borobudur, Kamis (13/2/2020).
Kepala Seksi Konservasi BKB, Yudi Suhartono, menunjukkan tanda larangan masuk untuk lantai 9 dan 10 Candi Borobudur, Kamis (13/2/2020). (Tribunjogja.com/Rendika Ferri)

Karena hanya ada alat sederhana, maka batu-batu yang besar dan berat pun harus ditarik pelan-pelan. Disusun satu per satu sampai menjulang tinggi.

Hal itu membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang banyak.

Berapa lama Candi Borobudur dibuat?

Menurut prasasti (batu bertulis) yang mencatat pembangunan, Candi Borobudur dibuat Raja Mataram pada saat pemerintahan Raja Samaratungga. Namun, candi baru selesai ketika Ratu Pramurdawardhani (putri Raja Samaratungga) bertahta.

Dari kisah itu, diperkirakan Candi Borobudur dibangun selama 50 tahun.

Ada arkeolog menemukan banyak kuali gerabah di sekitar Borobudur di Magelang, Jawa Tengah sehingga kuat dugaan keluarga pekerja candi tinggal di daerah tersebut.

Di dalam keluarga itu, para wanita bertugas memasak makanan untuk laki-laki yang bekerja membangun candi.

Tribunjambi.com mengutip dari www.manajemenproyekindonesia.com, yang mengulas teknis pembangunan Candi Borobudur.

Begini cara membangun Borobudur:

1. Candi Borobudur merupakan tumpukan batu yang disusun di atas gundukan tanah atau bukit.

Sebelum batu disusun, bukit dibersihkan dan dibentuk.

Selanjutnya dibuat undakan-undakan untuk meletakkan batuan candi.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama, melakukan kunjungan kerja ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (19/12/2019), bersama Wakil Menteri, Angela Tanoesoedibjo.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama, melakukan kunjungan kerja ke Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Kamis (19/12/2019), bersama Wakil Menteri, Angela Tanoesoedibjo. (Tribunjogja.com/Rendika Ferri)

2. Candi Borobudur disusun dari balok-balok batu.

Setiap potongan batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat.

Batu-batu ini hanya ditumpuk dan disambung dengan pola tertentu agar saling mengikat.

3. Balok-balok batu penyusun Candi Borobudur ukurannya sekitar 25 x 10 x 15 Cm. Berat per-potong balok batu diperkirakan antara 7,5-10 Kg.

Dengan ukuran balok batu sebesar dan seberat itu, balok-balok batu bisa diangkut dengan mudah.

Sedangkan patung Buddha yang beratnya diperkirakan sekitar 145 sampai 225 kg kemungkinan dibawa dengan cara ditarik atau dipikul ramai-ramai.

4. Jumlah balok batu yang digunakan untuk membangun Candi Borobudur diperkirakan sekitar 55.000 m3 atau sekitar 2 juta balok. 

Batu-batu ini diambil dari sungai di sekitarnya.

Jika Candi Borobudur diperkirakan dibangun selama 23 tahun dan 2 tahun pertama digunakan untuk menyiapkan lahan, maka proses pembuatan balok dan pemasangannya adalah 21 tahun atau 7.665 hari.

Kalau jumlah balok batu Borobudur diperkirakan berjumlah 2 juta balok, maka proses pembuatan balok dan penyusunan batu candi adalah 2.000.000 : 7665 = 261 balok batu/hari.

Itu jumlah yang relatif tidak banyak karena bisa dilakukan dengan cara gotong royong.

Dari perkiraan di atas, ternyata Candi Borobudur yang megah itu dibangun dengan teknik atau cara yang sederhana.

Kuncinya adalah kemauan dan ketekunan.

Desain candi

Penelusuran tribunjambi.com, www.manajemenproyekindonesia.com mengulas bahwa Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.

Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.

Candi Borobudur didirikan di atas sebuah bukit atau deretan bukit-bukit kecil yang memanjang dengan arah Barat-Barat Daya dan Timur-Tenggara dengan ukuran panjang ± 123 meter, lebar ± 123 meter dan tinggi ± 34,5 meter diukur dari permukaan tanah datar di sekitarnya dengan puncak bukit yang rata.

Candi Borobudur merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang masif.

Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak dan bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan candi.

Candi Borobudur juga terlihat cukup kompleks dilihat dari bagian-bagian yang dibangun.

Terdiri dari 10 tingkat dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi oleh gambar relief sebanyak 1.460 panel. Terdapat 504 arca yang melengkapi candi.

Material Penyusun Candi

Inti tanah yang berfungsi sebagai tanah dasar atau tanah pondasi Candi Borobudur dibagi menjadi 2, yaitu tanah urug dan tanah asli pembentuk bukit.

Tanah urug adalah tanah yang sengaja dibuat untuk tujuan pembangunan Candi Borobudur, disesuaikan dengan bentuk bangunan candi.

Menurut Sampurno, tanah ini ditambahkan di atas tanah asli sebagai pengisi dan pembentuk morfologi bangunan candi.

Tanah urug ini sudah dibuat oleh pendiri Candi Borobudur, bukan merupakan hasil pekerjaan restorasi.

Ketebalan tanah urug ini tidak seragam walaupun terletak pada lantai yang sama, yaitu antara 0,5-8,5 m.

Batuan penyusun Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang tinggi, kadar porinya sekitar 32-46%, dan antara lubang pori satu dengan yang lain tidak berhubungan.

Kuat tekannya tergolong rendah jika dibandingkan dengan kuat tekan batuan sejenis. Dari hasil penelitian Sampurno (1969), diperoleh kuat tekan minimum sebesar 111 kg/cm2 dan kuat tekan maksimum sebesar 281 kg/cm2. Berat volume batuan antara 1,6-2 t/m3.

Itulah perkiraan cara membangun Candi Borobudur. ( Tribunjambi.com )