Di awal-awal berdirinya Amerika Serikat , sebelum sistem bank sentral terwujud, setiap bank lokal mencetak uangnya sendiri-sendiri. Misalnya, sebagai penduduk California, kita akan menerima pembayaran dengan uang dollar terbitan Bank Nasional San Diego. Karena sebagian besar pembelanjaan kita sifatnya lokal saja seputaran California, maka kita PERCAYA dan SEPAKAT bahwa uang terbitan Bank Nasional San Diego itu akan diterima di toko-toko lokal.
Tapi kalau kita pergi ke New York, uang terbitan Bank Nasional San Diego itu jadi tidak laku lagi. Karena orang-orang di New York tidak kenal dengan Bank Nasional San Diego, sehingga tidak PERCAYA dan SEPAKAT dengan uang kertas yang di keluarkan untuk digunakan sebagai alat tukar.
Setiap bank seharusnya memiliki jaminan untuk setiap uang kertas yang mereka cetak dan edarkan. Tulisan $100 di uang kertas harusnya mewakili emas senilai $100 yang tersimpan di lemari besi bank itu. Tapi karena pengawasan yang lemah, apalagi bank pastinya tidak transparan dengan isi lemari penyimpanan mereka, maka banyak juga bank yang nakal. Mereka mencetak dan mengedarkan uang kertas tanpa jaminan emas yang memadai. Akhirnya uang kertas mereka menjadi tidak berharga.
Akhirnya bank-bank yang mencetak uang bodong itu berguguran, dan bank yang mampu menjaga reputasinya berkembang besar dan punya cabang dimana-mana. Kemudian bank-bank besar ini membuat konsorsium yang mewujud menjadi apa yang kemudian dikenal sebagai "Bank Sentral" yang bekerjasama erat dengan pemerintah. Dengan adanya bank sentral ini, maka uang kertas yang dikeluarkan bekerjasama dengan pemerintah ini bisa digunakan untuk bertransaksi dimana-mana. Sekali lagi, karena semua orang di Amerika PERCAYA dan SEPAKAT bahwa uang kertas dari bank sentral ini nilainya sama dimana-mana.
Pada prakteknya "bank sentral" pencetak uang ini tidak mesti satu untuk setiap negara. Hongkong sebelum kembali ke China memiliki dua bank pencetak uang : Standard Chartered dan HSBC. Dan ketika Inggris sudah mengembalikan Hongkong ke China, bank pencetak uang nya bertambah satu : Bank of China.
Hal yang sama terjadi di dunia Blockchain.
Karena source code dari bitcoin sifatnya open source, dimana semua orang bebas menyalin dan melakukan modifikasi, maka begitu bitcoin naik daun, banyak yang kemudian "mencetak" uang crypto versinya sendiri yang dikenal dengan istilah ALTCOIN.
Ada altcoin yang bagus, yang memberikan penyempurnaan atau penambahan fitur yang tidak ada di bitcoin. Ada juga altcoin yang memiliki jaminan aset riil. Tapi banyak juga altcoin bodong yang memanfaatkan hype blockchain dan bitcoin. Dan uang yang berhasil disedot oleh altcoin bodong ini nilainya mencapai milyaran dollar. Mereka seolah bisa menyedot uang dari "coin" yang mereka ciptakan dari ruang hampa.
Contoh dari altcoin selain Bitcoin (BTC) yang memiliki reputasi bagus diantaranya adalah : Ethereum (ETH) , Ripple (XRP) , Bitcoin Cash (BCH) , Litecoin, EOS, Stellar dll
Sebetulnya yang dilakukan oleh bank pencetak uang itu juga beda-beda tipis. Sesudah tahun 1971 Presiden Amerika Richard Nixon memutuskan untuk tidak lagi menjadikan emas sebagai underlying uang kertas US Dollar, bisa dibilang seluruh bank sentral di dunia mencetak dan mengedarkan uang yang berasal dari ruang hampa tanpa adanya jaminan emas atau asset yang memadai. Semuanya hanya berdasar kepada KEPERCAYAAN dan KESEPAKATAN. Semakin bisa dipercaya negara / bank sentral yang mengeluarkan uang, maka akan semakin kuatlah nilai dari uang kertas tersebut. Jadi nilai uang itu menggambarkan tingkat kepercayaan terhadap pemerintah satu negara.
Banyak diantara kita yang tidak paham bahwa uang yang dicetak dan diedarkan oleh bank dalam bentuk uang kertas ataupun uang logam, itu jumlahnya hanya 3% dari total uang yang "beredar". Sementara 97% tersimpan dalam bentuk digital di jaringan komputer sistem perbankan.
Makanya saat kepercayaan terhadap pemerintah anjlok, dan masyarakat berbondong-bondong menarik uangnya via atm, bank bisa kolaps karena jumlah uang kertas yang tersedia tidak sebanding dengan uang yang ditarik. Kita pernah mengalami episode itu di tahun 1998.
Lalu bagaimana bank bisa "menciptakan" uang ?
Bank menciptakan uang dari memberikan pinjaman. Saat kita mengajukan pinjaman ke bank, dan disetujui. Maka bank "menciptakan" uang dari ruang hampa dalam bentuk angka-angka digital yang kemudian dituliskan di buku rekening kita. Uang yang dipinjamkan ini tidak mengurangi jumlah uang kertas yang disimpan di tempat penyimpanan uang bank. Bank berani "menciptakan" uang ini karena memiliki perjanjian dengan kita sebagai debitur yang akan mengembalikan "uang" itu beserta bunganya.
Dan sebagian besar transaksi kita saat ini sudah sangat sedikit yang melibatkan uang dalam bentuk kertas. Transaksi keuangan saat ini hampir semuanya hanyalah angka-angka yang berseliweran diantara komputer-komputer. Kita terima gaji bentuknya transfer bank. Dari situ sebagian di transfer ke digital wallet yang bisa digunakan untuk membayar ojek online atau taxi online. Belanja ke supermarket / mini market tinggal gesek ATM. Bayar sekolah anak juga transfer. Bahkan tukang gorengan pinggir jalan sudah ada yang menerima payment dari wallet digital.
Jadi sesungguhnya, uang dalam bentuk digital yang kita gunakan selama ini, hanyalah benda ghaib, yang memiliki nilai hanya karena kita semua PERCAYA dan SEPAKAT bahwa sistem yang mengelolanya akan tetap bekerja sehingga angka-angka itu memiliki nilai.
Dengan demikian, sebetulnya menciptakan uang sendiri itu gampang sekali. Kita bahkan gak perlu mencetaknya dalam bentuk uang kertas atau koin logam. Yang sulit itu meyakinkan orang untuk sepakat bahwa uang yang kita bikin ini bisa memiliki nilai yang bisa dipercaya.
Intinya kita harus bisa menunjukkan bahwa "uang" yang kita ciptakan ini ada nilainya. Dan dalam dunia blockchain , untuk menciptakan "nilai" artinya kita harus membangun komunitas yang kuat yang saling percaya satu sama lain.