Literasi, sejarah pendidikan uni soviet yang mengagumkan

Liputan6.com, Moskow - Uni Soviet berhasil menciptakan sistem pendidikan yang mendorong program modernisasi yang ambisius dan pada akhirnya mengubah negara itu menjadi negara besar.
Sebelum Revolusi 1917, jumlah taman kanak-kanak di seluruh wilayah Kekaisaran Rusia tak sebanding dengan populasi penduduknya yang sangat besar.
Namun, situasi ini berubah drastis setelah Bolshevik mengambil alih kekuasaan. Kaum Bolshevik mendukung kesetaraan perempuan dan mengampanyekan keterlibatan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini berdampak pada berkembangnya jaringan fasilitas-fasilitas prasekolah.
Dikutip dari laman RBTH Indonesia, Selasa (10/7/2018), Pendiri Uni Soviet Vladimir Lenin menyebut tempat penitipan anak dan taman kanak-kanak sebagai "kecambah komunisme".
Menurutnya, fasilitas ini benar-benar dapat membebaskan seorang perempuan dan secara nyata mengurangi dan menghilangkan ketidaksetaraannya dari seorang laki-laki melalui peningkatan perannya dalam tatanan kehidupan sosial.

Sejak pertengahan 1920-an, jaringan taman kanak-kanak mulai muncul tak hanya di kota-kota, tetapi juga di pelosok-pelosok pedesaan. Pada 1941, 2 juta balita laki-laki dan perempuan Soviet dimasukkan ke tempat-tempat penitipan anak dan taman kanak-kanak. Tiga puluh tahun kemudian, jumlah ini melonjak menjadi 12 juta anak.
Pada 1959, pemerintah memperkenalkan sistem baru dengan menyatukan tempat penitipan anak dan taman kanak-kanak. Sejak itu, negara mengurus anak-anak dari usia dua bulan hingga tujuh tahun, yaitu usia resmi anak mulai bersekolah.
Ketika revolusi Bolshevik, tingkat literasi di Kekaisaran sangat rendah. Pada akhir abad ke-20, hanya 21 persen penduduk negara itu yang bisa membaca dan menulis.
Soviet meluncurkan kampanye Likbez (pemberantasan buta huruf) dan jaringan kantor khusus yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Pada 1926, hanya ada 1 juta orang yang melek huruf.
Lebih dari satu dekade kemudian, pada 1939, 40 juta orang buta huruf telah belajar membaca dan menulis melalui program-program pendidikan Likbez.
Namun, terobosan sesungguhnya terjadi pada 1930 ketika pendidikan dasar universal diperkenalkan di Uni Soviet . Pada awal 1940-an, masalah buta huruf massal secara umum berhasil diselesaikan.
Sebagaimana yang diingat orang-orang tua yang mengenyam pendidikan Soviet, tak mudah bagi sekolah-sekolah yang ada untuk beradaptasi setelah peraturan baru itu diperkenalkan.
Jam sekolah anak-anak dibagi dua. Murid-murid kelas dasar bersekolah pada pukul 08.00 pagi waktu setempat dan selesai pada siang hari. Setelah itu, murid-murid dari kelas yang lebih tinggi datang, dan yang terakhir belajar dari jam 18.00 sampai 22.00 atau bahkan jam 23.00.
Beberapa dekade pertama sejak berdirinya Uni Soviet, negara itu betul-betul melakukan percobaan besar-besaran dalam dunia pendidikan. Meski begitu, ada satu kejadian yang mengkhawatirkan. Peristiwa sejarah dipelajari secara kacau dalam kerangka ilmu sosial lainnya. Baru pada 1934 pelajaran Sejarah direhabilitasi dan kembali ke sekolah-sekolah.
Perang Patriotik Raya sangat memengaruhi keseluruhan infrastruktur pendidikan. Butuh waktu bertahun-tahun untuk memperbaiki segala kerusakan yang disebabkan invasi Hitler.
Pemerintah berupaya semaksimal mungkin demi meningkatkan taraf pendidikan sekolah menengah yang bobrok. Sekolah memberikan perhatian lebih pada setiap murid, sementara kesejahteraan guru pun ditingkatkan.
Pada masa Perang Dingin dan persaingan teknologi yang semakin ketat, Uni Soviet semakin mengalihkan perhatiannya pada ilmu eksakta, terutama matematika.
Banyak yang bilang bahwa matematika mulai populer di Uni Soviet pada akhir 1950-an. Pemerintah bahkan mendirikan sekolah-sekolah khusus matematika. Inilah sekolah bagi para lulusan yang di kemudian hari berkontribusi pada program luar angkasa Uni Soviet sejak 1950-an.
)
Selain itu, di Uni Soviet terdapat jaringan klub khusus yang bisa diikuti para pelajar secara gratis. Siapa pun bisa mempelajari berbagai mata pelajaran, dari fotografi hingga desain penerbangan.
Yang jelas, rasanya sulit mengingat sekolah Soviet tanpa menyebut gerakan Pionir, pramuka anak-anak Soviet. Meskipun kegiatan mereka memiliki cita rasa ideologis, gerakan ini pada dasarnya memupuk semangat anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sukarelawan, seperti mengumpulkan kertas bekas, mendaur ulang logam, dan membantu orang tua.
Uni Soviet juga memompa sumber daya manusianya di tingkat pendidikan tinggi. Tepat setelah revolusi, kaum Bolshevik mendirikan sejumlah universitas baru. Kampus-kampus semakin banyak dibangun pada 1930-an ketika program industrialisasi berskala besar membutuhkan tenaga-tenaga ahli baru. Pada 1950-an, muncul gelombang baru pembangunan institut dan universitas. Pada 1975, ada hampir lima juta pelajar yang melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Uni Soviet.
Beberapa mahasiswa ini adalah orang-orang asing dari negara berkembang yang bersahabat dengan Uni Soviet. Pada 1960, pemerintah Soviet mendirikan Universitas Persahabatan Persahabatan Rakyat Rusia (RUDN). Kampus ini didirikan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada kaum muda, terutama bagi mereka yang berasa dari keluarga kurang mampu dari Amerika Latin, Asia, dan Afrika, untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Menempuh pendidikan tinggi di Uni Soviet berarti tak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga terlibat aktif dalam pekerjaan-pekerjaan sosial. Selama musim panas, mahasiswa membentuk apa yang disebut brigade konstruksi mahasiswa yang dikerahkan di lokasi-lokasi pembagunan yang penting bagi ekonomi Soviet. Gagasan di balik ini adalah untuk menanamkan etos kerja pada seluruh mahasiswa.
Terlepas dari fakta bahwa Universitas Negeri Moskow (MGU) merupakan universitas terbaik (dalam peringkat internasional) di antara universitas-universitas Rusia lainnya, ada tujuh hal yang perlu Anda pertimbangkan dalam memilih perguruan tinggi di Rusia.