Perbedaan Istilah Teks
Istilah wacana seringkali tumpang-tindih dengan istilah teks. Sebagian ahli bahasa, seperti Widdowson (1980) membedakan istilah wacana dan teks. Mereka menggolongkan istilah wacana ke dalam bahasa yang digunakan untuk merujuk ragam bahasa yang dihasilkan secara lisan. Dialog, seperti percakapan, diskusi dan wawancara, serta monolog, seperti pidato, pembacaan berita radio dan televisi digolongkan sebagai wacana. Sebaliknya, tulisan berita, tajuk rencana, buku, dokumen negara, dan sebagainya disebut teks.
Sebagian ahli lainnya, misalnya Halliday (1985) dan koleganya, menggunakan istilah wacana dan teks untuk merujuk pada ragam bahasa lisan dan tulisan. Alasannya, baik bahasa lisan maupun tulisan merupakan produk suatu proses sosial. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran ini istilah wacana, teks, dan bahasa mempunyai pengertian yang sama dan digunakan untuk merujuk ragam bahasa lisan dan tulis.
Pengertian Teks
Teks merupakan bahasa (baik lisan maupun tulisan) yang terdapat di dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural. Teks membentuk suatu konstruk (bangunan) melalui sistem fungsi atau makna dan sistem bentuk linguistik/kebahasaan secara simultan (bersama-sama/pada waktu yang sama). Secara fungsional, teks digunakan untuk mengekspresikan suatu tujuan atau fungsi proses sosial di dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural (Butt, Fahey, Spinks, & Yalop, 1998; Halliday, 1994). Secara fungsional, teks merupakan sejumlah unit simbol kebahasaan yang digunakan untuk mewujudkan realitas pengalaman dan logika (ideasional), realitas sosial (interpersonal), dan sekaligus realitas tekstual/ semiotik (simbol).
Secara sistemik, sebagai teks bahasa terdiri atas sejumlah sistem atau unit kebahasaan yang secara hierarkis bekerja secara simultan dan sistemik dari sistem yang lebih rendah berupa fonologi/grafologi menuju ke sistem yang lebih tinggi berupa leksikogramatika, semantik wacana, dan struktur teks. Tiap peringkat itu tidak dapat dipisahkan karena merupakan organisme yang mempunyai peran yang saling terkait dalam merealisasikan makna holistik atau tujuan sosial suatu wacana (Halliday, 1985a; Halliday, 1994).
Konteks
Teks selalu berada di lingkungannya atau konteksnya. Ada dua macam konteks, yaitu konteks situasi dan konteks kultural. Konteks kultural merupakan sistem nilai dan norma yang merepresentasikan suatu kepercayaan di dalam suatu kebudayaan. Sistem nilai itu termasuk apa saja yang dipercaya benar dan salah, baik dan buruk, termasuk di dalamnya ideologi, yang mengatur keteraturan sosial yang berlaku umum dalam suatu kebudayaan (Philips dalam Bhatt 2002). Di pihak lain, norma merupakan realisasi sistem nilai di dalam bentuk aturan yang mengawal proses sosial, apa yang harus dan tidak harus, boleh dan tidak boleh dikerjakan anggota masyarakatnya di dalam melakukan suatu proses sosial.
Konteks situasi merupakan lingkungan langsung yang berada di dalam teks. Menurut Halliday (1985a; 1994; Halliday & Hasan 1985; Martin 1992), konteks situasi terdiri atas tiga aspek: medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode), yang bekerja secara simultan membentuk suatu konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna. Hubungan antara konteks kultural, konteks situasi, dan teks bahasa yang sedang melaksanakan fungsi sosialnya dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 4.1 berikut ini.
Konfigurasi kontekstual ini menentukan ekspresi (bentuk) dan makna kebahasaan (register) yang digunakan untuk merealisasikan proses sosial. Medan (field) merujuk pada suatu kejadian dengan lingkungannya, yang sering diekspresikan dengan apa yang terjadi, kapan, di mana, dan bagaimana terjadinya. Pelibat (tenor) merupakan tipe partisipan yang terlibat di dalam kejadian tersebut, status dan peran sosial yang dilakukan oleh partisipan tersebut. Akhirnya, sarana (mode) meliputi dua subaspek. Pertama, saluran (channel) merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan kejadian tersebut. Saluran ini meliputi aspek gaya bahasa yang digunakan untuk merealisasikan kejadian tersebut (lisan atau tulis). Di samping itu, sarana juga meliputi aspek medium yang digunakan untuk menyalurkan proses sosial tersebut. Medium ini bisa berupa medium lisan atau tulis, medium audio, visual, atau audio-visual. Jika digambarkan, konfigurasi ketiga aspek konteks situasi dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.
X79Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademiktersebut. tulis, medium audio, visual, atau audio-visual. Jika digambarkan, konfigurasi ketiga aspek konteks situasi dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.Gambar 4.2Konfigurasi aspek konteks situasiMedanPelibatSarana(dimodifikasi dari Martin, 1992)Pengertian konteks situasi ini sering diperdebatkan apakah sebetulnya konteks ini bersifat dinamis atau sinoptis atau statis. Model dinamik konteks situasi menunjukkan bahwa konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna dapat berubah secara dinamis sepanjang teks. Sejumlah ahli memanfaatkan model ini ketika mereka menganalisis teks lisan, seperti dalam percakapan, seminar, atau debat. Di dalam teks seperti itu, aspek medan, pelibat, dan sarananya dapat berubah sepanjang teks menuju tujuan yang dicapai (O’Donnell, 1999). Sementara itu, model sinoptik atau statik mempunyai konfigurasi kontekstual yang lebih mapan pada sepanjang teks. Oleh karena itu, model ini sering digunakan di dalam
(dimodifikasi dari Martin, 1992)
Pengertian konteks situasi ini sering diperdebatkan apakah sebetulnya konteks ini bersifat dinamis atau sinoptis atau statis. Model dinamik konteks situasi menunjukkan bahwa konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna dapat berubah secara dinamis sepanjang teks. Sejumlah ahli memanfaatkan model ini ketika menganalisis teks lisan, seperti dalam percakapan, seminar, atau debat. Di dalam teks seperti itu, aspek medan, pelibat, dan sarananya dapat berubah sepanjang teks menuju tujuan yang dicapai (O’Donnell 1999). Model sinoptik atau statik mempunyai konfigurasi kontekstual yang lebih mapan pada sepanjang teks. Oleh karena itu, model ini sering digunakan di dalam menganalisis teks tulis, seperti editorial dan berita yang mempunyai konfigurasi kontekstual yang relatif lebih mapan jika dibanding dengan teks lisan.
Istilah wacana seringkali tumpang-tindih dengan istilah teks. Sebagian ahli bahasa, seperti Widdowson (1980) membedakan istilah wacana dan teks. Mereka menggolongkan istilah wacana ke dalam bahasa yang digunakan untuk merujuk ragam bahasa yang dihasilkan secara lisan. Dialog, seperti percakapan, diskusi dan wawancara, serta monolog, seperti pidato, pembacaan berita radio dan televisi digolongkan sebagai wacana. Sebaliknya, tulisan berita, tajuk rencana, buku, dokumen negara, dan sebagainya disebut teks.
Sebagian ahli lainnya, misalnya Halliday (1985) dan koleganya, menggunakan istilah wacana dan teks untuk merujuk pada ragam bahasa lisan dan tulisan. Alasannya, baik bahasa lisan maupun tulisan merupakan produk suatu proses sosial. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran ini istilah wacana, teks, dan bahasa mempunyai pengertian yang sama dan digunakan untuk merujuk ragam bahasa lisan dan tulis.
Pengertian Teks
Teks merupakan bahasa (baik lisan maupun tulisan) yang terdapat di dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural. Teks membentuk suatu konstruk (bangunan) melalui sistem fungsi atau makna dan sistem bentuk linguistik/kebahasaan secara simultan (bersama-sama/pada waktu yang sama). Secara fungsional, teks digunakan untuk mengekspresikan suatu tujuan atau fungsi proses sosial di dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural (Butt, Fahey, Spinks, & Yalop, 1998; Halliday, 1994). Secara fungsional, teks merupakan sejumlah unit simbol kebahasaan yang digunakan untuk mewujudkan realitas pengalaman dan logika (ideasional), realitas sosial (interpersonal), dan sekaligus realitas tekstual/ semiotik (simbol).
Secara sistemik, sebagai teks bahasa terdiri atas sejumlah sistem atau unit kebahasaan yang secara hierarkis bekerja secara simultan dan sistemik dari sistem yang lebih rendah berupa fonologi/grafologi menuju ke sistem yang lebih tinggi berupa leksikogramatika, semantik wacana, dan struktur teks. Tiap peringkat itu tidak dapat dipisahkan karena merupakan organisme yang mempunyai peran yang saling terkait dalam merealisasikan makna holistik atau tujuan sosial suatu wacana (Halliday, 1985a; Halliday, 1994).
Konteks
Teks selalu berada di lingkungannya atau konteksnya. Ada dua macam konteks, yaitu konteks situasi dan konteks kultural. Konteks kultural merupakan sistem nilai dan norma yang merepresentasikan suatu kepercayaan di dalam suatu kebudayaan. Sistem nilai itu termasuk apa saja yang dipercaya benar dan salah, baik dan buruk, termasuk di dalamnya ideologi, yang mengatur keteraturan sosial yang berlaku umum dalam suatu kebudayaan (Philips dalam Bhatt 2002). Di pihak lain, norma merupakan realisasi sistem nilai di dalam bentuk aturan yang mengawal proses sosial, apa yang harus dan tidak harus, boleh dan tidak boleh dikerjakan anggota masyarakatnya di dalam melakukan suatu proses sosial.
Konteks situasi merupakan lingkungan langsung yang berada di dalam teks. Menurut Halliday (1985a; 1994; Halliday & Hasan 1985; Martin 1992), konteks situasi terdiri atas tiga aspek: medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode), yang bekerja secara simultan membentuk suatu konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna. Hubungan antara konteks kultural, konteks situasi, dan teks bahasa yang sedang melaksanakan fungsi sosialnya dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 4.1 berikut ini.
Konfigurasi kontekstual ini menentukan ekspresi (bentuk) dan makna kebahasaan (register) yang digunakan untuk merealisasikan proses sosial. Medan (field) merujuk pada suatu kejadian dengan lingkungannya, yang sering diekspresikan dengan apa yang terjadi, kapan, di mana, dan bagaimana terjadinya. Pelibat (tenor) merupakan tipe partisipan yang terlibat di dalam kejadian tersebut, status dan peran sosial yang dilakukan oleh partisipan tersebut. Akhirnya, sarana (mode) meliputi dua subaspek. Pertama, saluran (channel) merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan kejadian tersebut. Saluran ini meliputi aspek gaya bahasa yang digunakan untuk merealisasikan kejadian tersebut (lisan atau tulis). Di samping itu, sarana juga meliputi aspek medium yang digunakan untuk menyalurkan proses sosial tersebut. Medium ini bisa berupa medium lisan atau tulis, medium audio, visual, atau audio-visual. Jika digambarkan, konfigurasi ketiga aspek konteks situasi dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.
X79Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademiktersebut. tulis, medium audio, visual, atau audio-visual. Jika digambarkan, konfigurasi ketiga aspek konteks situasi dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini.Gambar 4.2Konfigurasi aspek konteks situasiMedanPelibatSarana(dimodifikasi dari Martin, 1992)Pengertian konteks situasi ini sering diperdebatkan apakah sebetulnya konteks ini bersifat dinamis atau sinoptis atau statis. Model dinamik konteks situasi menunjukkan bahwa konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna dapat berubah secara dinamis sepanjang teks. Sejumlah ahli memanfaatkan model ini ketika mereka menganalisis teks lisan, seperti dalam percakapan, seminar, atau debat. Di dalam teks seperti itu, aspek medan, pelibat, dan sarananya dapat berubah sepanjang teks menuju tujuan yang dicapai (O’Donnell, 1999). Sementara itu, model sinoptik atau statik mempunyai konfigurasi kontekstual yang lebih mapan pada sepanjang teks. Oleh karena itu, model ini sering digunakan di dalam
(dimodifikasi dari Martin, 1992)
Pengertian konteks situasi ini sering diperdebatkan apakah sebetulnya konteks ini bersifat dinamis atau sinoptis atau statis. Model dinamik konteks situasi menunjukkan bahwa konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna dapat berubah secara dinamis sepanjang teks. Sejumlah ahli memanfaatkan model ini ketika menganalisis teks lisan, seperti dalam percakapan, seminar, atau debat. Di dalam teks seperti itu, aspek medan, pelibat, dan sarananya dapat berubah sepanjang teks menuju tujuan yang dicapai (O’Donnell 1999). Model sinoptik atau statik mempunyai konfigurasi kontekstual yang lebih mapan pada sepanjang teks. Oleh karena itu, model ini sering digunakan di dalam menganalisis teks tulis, seperti editorial dan berita yang mempunyai konfigurasi kontekstual yang relatif lebih mapan jika dibanding dengan teks lisan.