Sekarang ini, berinvestasi di reksadana menjadi hal yang lumrah. Apalagi, reksadana juga menyediakan pilihan nominal yang cukup terjangkau untuk siapa saja. Tapi, sebagian besar orang juga masih bingung menentukan apakah akan menyimpan uangnya dalam bentuk deposito atau reksadana. Jika kamu termasuk salah satu orang yang bingung menentukan pilihan antara reksadana dan deposito, cek dulu perbedaan antara keduanya, yuk!
Perbedaan Reksadana vs Deposito, Mana yang Lebih Menguntungkan?
Nominal pembukaan rekening
Saat pertama kali membuka rekening dan investasi, pihak bank biasanya menentukan nominal terkecil yang bisa disimpan. Untuk berinvestasi di reksadana, kamu cukup menyimpan uang sebesar Rp10.000-100.000. Sementara itu, nominal awal pembukaan deposito biasanya dimulai dari Rp5 jutaan, bergantung pada kebijakan masing-masing bank.
Jangka waktu
Jangka waktu penyimpanan aset atau uang antara reksa dana dan deposito juga berbeda. Deposito biasanya mengunci masa penyimpanan mulai dari seminggu, sebulan, 3 bulan, hingga satu tahun. Semakin lama kamu menyimpan aset di deposito, semakin besar pula bunga yang akan kamu dapatkan. Jika pencairan dilakukan lebih cepat dari perjanjian yang telah disepakati, maka akan dikenakan penalti atau pengurangan sejumlah aset beserta bunga yang diperoleh.
Sementara itu, reksadana tidak mengenal istilah penguncian sehingga kamu bisa mencairkan return-nya kapan saja, sepanjang pencairan dilakukan pada hari kerja dan sesuai dengan kebijakan yang berlaku di setiap manajer investasi atau pihak penjual reksa dana. Saat mencairkan return reksa dana pun kamu tidak akan dikenakan penalti.
Kinerja
Kedua sistem penyimpanan aset ini memiliki sistem kerja yang berbeda. Deposito biasanya sudah menentukan berapa banyak tingkat keuntungan yang bisa diperoleh per tahunnya sehingga kamu sudah bisa memperkirakan berapa banyak keuntungan yang kamu dapat dari menyimpan aset di deposito. Hasil keuntungan yang didapat dari deposito biasanya dibayarkan secara terpisah dari dana awal yang kamu simpan.
Sementara itu, reksadana memiliki sistem kerja yang berpatok pada nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP). Misalnya saja, kamu membeli produk reksa dana dengan harga Rp1.000, lalu kinerja reksa dana yang kamu pilih meningkat sebanyak lima persen, maka harga produk reksa dana tersebut akan berubah menjadi Rp1.050 sehingga kamu akan menerima keuntungan dari pencairan aset reksa dana yang kamu lakukan sebesar Rp50 per unitnya.
Kamu juga tidak akan menerima keuntungan secara terpisah seperti halnya deposito. Dengan menjual aset reksa dana, berarti kamu sudah bisa mencairkan keuntungan investasinya. Nah, biasanya keuntungan atau imbal hasil reksadana lebih tinggi dibandingkan dengan deposito.
Risiko
Risiko yang harus diantisipasi ketika kamu memilih deposito adalah ketika bank mengalami pailit. Jika hal itu terjadi, maka dana yang kamu simpan akan diganti oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan nominal sebesar Rp2 miliar dan bunga maksimal sebesar 6,25 persen.
Sementara itu, risiko yang harus kamu antisipasi saat menyimpan uang dalam bentuk investasi reksa dana adalah jika manajer investasi menyimpan aset kamu di bank yang mengalami pailit. Selain itu, fluktuasi harga juga menjadi salah satu hal yang wajib kamu pertimbangkan saat memilih berinvestasi di reksa dana.
Setelah mengetahui perbedaan antara reksadana dan deposito, mana yang menurut kamu lebih menguntungkan? Pastilah reksadana. Nah, untuk kamu yang mau investasi reksadana yang aman, mudah, dan menguntungkan, bisa klik link tentang investasi reksadana BMoney ini!