Konsep pergelaran teater meliputi konsep tata
pentas, konsep tata rias, konsep tata busana, konsep tata cahaya dan konsep
musik ilustrasi
Konsep pentas didasari oleh bentuk fisik
bangunan panggung. Bentuk fisik akan berpengaruh pada tata ruang dalam gedung
pertunjukan dan posisi pAndang penonton terhadap peristiwa pertunjukan. Ada
banyak bentuk fisik bangunan yang biasa digunakan untuk pertunjukan teater dan
seni pertunjukan lainnya. Namun secara garis besar hanya ada dua bentuk fisik, yaitu
panggung berbatas dan panggung tidak berbatas. Panggung berbatas seperti halnya
panggung proscenium dimana ada batas antara panggung tempat berlangsungnya
pertunjukan teater dengan tempat duduk penonton.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipahamkan
kepada siswa dalam praktik tata rias meliputi: bahan atau zat pewarna yang
dipergunakan agar tidak merusak kulit muka, teknik memoles, dan teknik
memberikan aksentuasi untuk menghasilkan kesan karakter yang diharapkan.
Rias dalam pergelaran teater pada prinsipnya
adalah rias karakter tokoh yang dihadirkan. Pentingnya rias selain memperkuat
perwatakah tokoh cerita, juga untuk menyembunyikan wajah aslinya para pemain.
Bahannya dapat menggunakan alat-alat kosmetik, dapat juga menggunakan bahan alami
sepanjang tidak berdampak buruk pada wajah dan anggota tubuh
lainnya. Konsepnya dapat realis (sesuai dengan
kenyataan), misalnya tokoh raja dirias seperti raja aslinya, tetapi akan
kesulitan mencari rujukannya.
Konsep busana bergantung pada waktu peristiwa
cerita kapan terjadi, zaman apa, dan siapa. Jika lakon itu menceritakan zaman
purba, maka konsep busananya zaman purba yang minimalis, terbuat dari daun dan
kulit pohon. Jika peristiwa terjadi pada zaman kerajaan, maka konsep busanany menggunakan
busana raja lengkap dengan atributnya serta pernak-pernik yang gemerlapan.
Tidak hanya zaman yang akan memberikan inspirasi konsep busana, tetapi waktu
dan peristiwa juga.
Guru memberi pemahaman kepada para siswa bahwa
pencahayaan dalam pergelaran teater tidak selalu harus menggunakan perangkat
yang lengkap dan canggih. Namun yang harus dipahami adalah bahwa penggunaan
cahaya harus sesuai dengan konsep mau seperti apakah pergelaran itu dapat dinikmati
penonton. Apakah cukup dengan cahaya lilin, cempor, dan atau obor? Apakah pergelaran
itu akan dilaksanakan di halaman sekolah pada waktu siang hari menggunakan
cahaya matahari? Pencahayaan dalam teater merupakan unsur pendukung agar
pergelaran dapat dikomunikasikan kepada penonton secara visual. Dalam realitas
banyak karya teater yang digelar dengan menggunakan konsep pencahayaan yang
sangat hebat, menyertakan teknologi tata cahaya yang sangat canggih. Namun yang
kita buat adalah pergelaran teater, bukan pertunjukan cahaya atau lampu.
Jika karya yang dimaksud adalah karya teater
yang professional dan digelar untuk dikomersilkan. Apakah siswa-siswa SMA atau
sederajat mampu membuat tataan musik ilustrasi drama? Jawabannya pasti mampu,
karena yang dibuat adalah musik ilustrasi drama, bukan musik komposisi untuk
kebutuhan musik. Kehadiran musik hanya sekedar ilustrasi untuk memperkuat
suasana adegan dalam drama. Kecuali yang akan dibuat itu sebuah drama musikal,
operet, opera, atau sebangsanya. Karya yang demikian memang berawal dari
ide-ide musik, sehingga harus orang musik atau musisi yang menggarapnya.
Berdasarkan paparan di atas mintalah siswa untuk
menganalisis sebuah pertunjukan yang disaksikan, kemudian siswa membuat
resumenya sebagai bahan diskusi dengan temannya. Setelah mengevaluasi karya
orang lain seyogyanya siswa mencoba membuat konsep pergelaran teater untuk
siswa pentaskan di sekolah. Selamat mencoba.