warga NU hendaklah mengetahui sejarah tradisi dalam NU yg terbukukan sejak zaman wali songo, salah satunya adalah tradisi tahlilan. kesulitan mengkajinya adalah karena buku2 zaman wali songo ditulis aksara jawa, ada lebih dari 6 ribu tulisan yg telah dikumpulkan.
tradisi Tahlilan dimulai ketika zaman walisongo, yg salah satunya adalah syekh Datuk Abdul Jalil, putra ulama malaka, beliau belajar di bagdad selama 15 tahun, kemudian melakukan ibadah haji dan kembali ke indonesia (cirebon), bergabung dg walisongo dan berdakwah. Beliau merupakan pelopor tatanan sosial baru, masyarakat dan rakyat.
sebelumnya, seluruh penduduk di nusantara dibagi menjadi 2 golongan, golongan gusti yg hidup di keraton dan golongan kawulo yg tidak memiliki apa2, karena semua milik gusti, makanya cerita kuno2 jika ada pihak kerajaan berburu ke hutan kemudian mendapati sesuatu atau bahkan wanita, maka langsung diambil walau itu istri orang, karena kawulo tidak memiliki apa2, semua milik gusti.
bila pihak keraton membangun sesuatu, candi, jembatan dll, dalam tradisi tsb ada aturan arsitek, disetiap tiang harus ada tumbal, dan yg digunakan adalah anak2 kawulo diambil dan ditanam hidup-hidup. karena sebagian pihak kraton mengikuti agama bairawa tantra (agama ini jarang dibahas, walaupun ini adalah dasar agama yg dianut oleh raja2 kuno di nusantara), dalam agama tersebut ada upacara yg dinamakan pancamangkara (molimo, 5M, mangsa ....) dimana dalam upaca tersebut harus ada persembahan, anak 5-10 tahun disembelih dan ditumpuk mayatnya, jantungnya diambil dimakan dan darahnya diminum (banyak prasasti yg menceritakan upacara tsb), agama kuno yg dianut di nusantara kala itu.
dalam catatan muasror, bahwa islam sudah masuk ke nusantara di zaman khalifah muawiyah, tapi msih belum bisa berkembang. ada sultan algaba, persia, mengirim 20.000 keluarga ke jawa agar tinggal dan menyebarkan islam di jawa, ternyata semua mati terbunuh, di bunuh oleh siluman, pnganut ajaran "iblis", kemudian mwngirimkan lagi 4000 keluarga, dan digambarkan hampir semua terbunuh tinggal 200 orang, akhirnya sultan alghaba mengutus para ulama yg memiliki karomah agar mengupayakan agar tanah jawa dapat dihuni orang islam.
salah satunya adalah syekh subakir yg diceritakan menanam "tumbal2" agar tidak diganggu para jin, dan akhirnya bertemu dg tokoh penguasa jawa dahyang semar di gunung tidar. karena pada masa itu umat islam adalah sasaran utama yg digunakan tuk tumbal upacara2 molimo. dan jasa beliau akhirnya umat islam dapat masuk tanah jawa. penduduk muslim yg masuk banyaknya adalah orang2 cina, sedang penduduk pribumi belum.
karena umat islam zaman itu banyak digunakan tumbal upacara molimo, mk orang2 dulu sangat menekankn jangan pernah mendekati molimo (maksudnya adalah ritual agama tantra tsb, tp seiring perkembangan zaman, molimo dijabarkan sebagai madon madat dst ...)
umat islam zaman tsb hampir tidak ada yg dapat mengalahkan pengamal agama tsb, terkenal kesaktiannya, sangat sulit dibunuh.
ada yg dari daerah leram, iran, daerah yg menganut ahlussunnah waljamaah, yg ke nusantara, kemudian terjadi pertempur melawan darmawangsa dll dan banyak yg twrbunuh, salah satunya fatimah binti maimun di gersik.
sampai zaman wali songo, sunan bonang muda ke kediri, dan di kediri terkenal sebagai pusat agama tantra, digambarkan sunan bonang bertarung dg pendito tantra yg akhirnya sunan bonang pergi melintasi sungai dan di daerah tsb mendirikan musholla dan berdakwah tsb. coba bayangkan, sunan bonang saja keluar dari kediri karena bentrok dg pengamal agama tsb.
di situlah cikal bagaimana syekh Abdul Jalil berusaha menyebarkan islam. strategi awal adalah membangun desa lemah abang di cirebon, tidak satu desa, melainkan banyak desa, dari banten sampai banyuwangi.
di Desa lemah abang itulah, syekh Abdul Jalil memberikan ajaran bahwa penduduk lemah abang itu bukan kawulo, tetapi masyarakat (yg diambil dari bahasa arab, musyarokah)- orang sederajat yg berkerjasama. bedanya dg kawulo adalah jika kawulo tidak punya apa-apa, semua milik gusti, sedang masyarakat (rakyat) memiliki hak dan milik. inilah yg membedakan penduduk lemah abang dengan penduduk desa lain, inilah pertama kali perubahan sosial terjadi.
untuk pembeda dengan desa lain, syekh Abdul Jalil mengajarkan jika di desa lain menyebutkan diri itu kulo (kawulo), abdi, sahya (budak) mk di desa tsb mnyebutkan diri dg ingsun, dan zaman tsb yg memiliki hak memakai kata ingsun hanyalah raja, sehingga ketika lemah abang berkembang maka raja menjadi marah.
jika di desa lain, raja dapat dengan mudah mengambil anak2 kawulo sebagai tumbal, jika di desa lemah abang, ada yg diambil, maka penduduk desa bergotong-royong melawannya, karena anak adalah hak kita.
kaitannya apa dg tahlilan? tahlilan yg pertama kali dilakukan adalah oleh masyarakat lemah abang. mengapa syekh Abdul Jalil mengajarkan rangkaian doa yg sekarang dikenal sebagai tahlilan?
beliau, setelah mengkaji kitab2 tafsir, bumi ini dihuni oleh khin dan bin, karena masih lemah maka didatangkan jin, dan mereka ini sering terlibat pertempuran. kemudian Allah mengutus malaikat dan mengusir bangsa jin dari daerah dataran ke pulau-pulau ditengah laut. karena itu sangat mungkin nusantara yg terdiri atas pulau-pulau itu dihuni para jin, dan banyak fenomena aneh di jawa, sehingga menyimpulkan bahwa kemungkinan "kesemerawutan" ini dipengaruhi oleh bangsa jin. karena latar belakang inilah maka masyarakat lemah abang/ penduduk nusantara harus membaca rangkaian doa, dalam catatan rangkaian doa tersebut juga diberikan dalil2. jika diperhatikan maka fadlilah dari doa2 tsb utamanya adalah agar diselamatkan dari keburukan setan dan jin.
dengan barokah rangkaian doa tsb (tahlilan), desa lemah abang sangat tenang berbeda dengan desa lain yg sering terjadi pertempuran dll, sedang di lemah abang hidup rukun.
walaupun begitu, orang2 keraton menjadi marah karena menyamakan kawulo dg gusti yg dikenal dg ajaran manunggaling kawulo gusti. karena itu syekh abdul jalil menjadi musuh pemerintah (keraton), bahkan kerajaan islam juga masih memegang ajaran lama, dimana penduduk tidak memiliki tanah, hanya kerajaan yg punya. kemudian kerajaan sangat memusuhi syekh abdul jalil pencetus desa lemah abang, dan kemudian dikenal sebagai sunan lemah abang.
suatu saat, syekh Abdul Jalil menemui orang miskin yg sedang bekerja, ketika ditanya berapa bayaranmu? ia menjawab bahwa tidak dibayar, hal tsb untuk membayar pajak, jika ada orang yg tidak mampu maka harus tetap membayar dg cara bekerja. karena hal tsb, syekh Abdul Jalil marah, mengapa orang yg sudah susah malah disuruh bayar pajak, sehingga memunculkan fatwa bahwa pajak itu tidak boleh, yg boleh hanya infaq shodaqoh waqaf zakat dll. krn fatwa tsb mk sultan trenggono, demak, jg kerajaan pajang, melarang ajaran lemah abang, dan masyarakatnya dijuluki dg orang abangan (dg stigma buruk, padahal, pribumi muslim awal juga mereka, juga tradisi tahlilan juga mereka)
dalam kitab peninggalan sunan kalijaga, bahwa di jawa ada sekitar 197 kerajaan jin. dan ini juga yg mempengaruhi perubahan besar (kerajaan dll) di jawa selalu disertai dengan pertumpahan darah. dengan ajaran tahlilan inilah wali songo membentengi masyarakat dari keburukan setan dan jin. hal tsb adalah tujuan awal yg kemudian sekarang berkembang menjadi "hadiah" tuk orang yg meninggal dunia.
jadi walau organisasi NU terbilang muda, tetapi melestarikan budaya (tradisi) sejak zaman wali songo. dari akar budaya dan sejarah dan perjuangan panjanglah "NU" menjaga Islam di Nusantara.
Allah a'lam