Dahsyatnya perang badar yang tanpa persiapan

Refleksi Perang Badar yang terjadi pada pada tgl 15 Ramadhan
Perang Badar adalah perang bersejarah yang pertama kali terjadi dalam Islam, seandainya saja saat itu tentara Islam yg dipimpin Rasulullah Saw mengalami kekalahan maka bisa digambarkan Islam padam justru di awal sejarahnya. Peperangan yang tidak pernah direncanakan dan tanpa ada persiapan apapun, dan ini justru keistimewaannya. Peperangan yang sangat mengherankan dalam sejarah kemanusiaan karena dihadapi bukan dengan persenjataan lengkap. Tapi dengan iman yang membaja.
Rasulullah Saw tidak pernah sekalipun merencanakan pertempuran ini. Tapi beliau terpaksa menghadapi resiko besar yang berbahaya itu. Awal beliau keluar hanya berencana menghadang kafilah dagang kafir quraisy untuk mengambil hak harta mereka yang ditinggal di Mekkah. Sebab saat hijrah meninggalkan Makkah, para sahabat meninggalkan seluruh kekayaan mereka, karena dilarang dibawa oleh kafir Mekkah.
Sebelum berangkat, Rasulullah Saw memberi pengumuman bahwa beliau akan keluar menghadang kafilah, "yang ingin ikut, silahkan". Dan tercatat sekitar 316 sahabat yang bersedia ikut, sebagian besar yang lain memilih tetap di Madinah karena (pikir mereka) hanya penghadangan biasa saja. Dan Rasulullah Saw juga tidak mempermasalahkan apapun.
Baginda Rasulullah Saw keluar berangkat beserta seluruh sahabat besar dan tokoh - tokoh penting Islam turut dalam pasukan penghadang kafilah ini. Karena momennya penghadangan kafilah saja dan tidak jauh dari Madinah, maka para sahabat membawa senjata seperlunya saja, sebagian sahabat juga hanya membawa 13 onta dan dua orang saja yang berkuda. Rasulullah Saw sendiri dengan ontanya. Sisanya infantri, berjalan kaki. Di tengah jalan, beliau memulangkan 3 orang sebab ada keperluan mendadak di Madinah, salah satunya Sahabat Utsman bin Affan.
Hanya saja (dan ini yang tidak diperhitungkan tentara Islam), kafilah dagang quraisy mencium keluarnya Rasulullah Saw dan mereka segera mengirim kurir ke Mekkah memberitahu tentang keberadaan kafilah dan pasukan Madinah. Nah kurir inilah provokator peperangan ini. Dengan memberi informasi seolah kafilah mereka telah dirampok besar – besaran oleh sahabat Rasulullah Saw, pakai acara potong hidung ontanya segala. Tentu saja seisi kota Mekkah terhenyak dan mereka segera mempersiapkan 1000 pasukan bersenjata lengkap untuk menyerbu Madinah.
Pasukan militer besar itu segera berangkat. Singkat cerita, tim intelijen Rasulullah Saw mengetahui keluarnya tentara Mekkah dan memberitahu Rasulullah Saw. Tidak ada pilihan bagi beliau kecuali harus menghadapi tentara kafir yang sedang kalap itu, terlebih kafilah dagang juga meloloskan diri. Sebenarnya saat kafilah itu lolos, pemimpin kafilah mengirim pesan bahwa kafilah telah selamat dan tentara Mekkah baiknya kembali saja, tetapi panglima militer kafir Quraisy, Amr bin Hisyam (Abu Jahal) menolak saran itu dan bernafsu untuk bertempur menghabisi Rasulullah Saw.
Sempat terjadi friksi dalam militer Quraisy karena beberapa suku menolak melanjutkan perjalanan. Karena kepentingan awal adalah menyelamatkan kafilah, bukan bertempur dengan Rasulullah Saw tanpa sebab. Apalagi masih banyak famili di pasukan Islam. Namun Abu Jahal dengan segala kesumat dan kesombongannya serta kekuatan sukunya menekan suku - suku lain untuk melanjutkan perjalanan. Maka mau tak mau mereka berjalan terus menuju pertempuran yang sebenarnya tidak pernah diinginkan itu.
Dari pihak Rasulullah Saw sendiri saat mendapat informasi bahwa tentara Quraisy di bawah komando Abu Jahal menginginkan perang, beliaupun mengumpulkan tokoh – tokoh besar sahabatnya baik dari Mekkah (Muhajirin) dan Madinah (Ansor) untuk berunding apa sebaiknya yang dilakukan. Seluruh orang muhajirin setuju menghadapi tentara kafir itu, meski senjata seadanya. Namun Rasulullah Saw tidak hendak memaksa orang Ansor karena dalam draft piagam Madinah yang disepakati tidak ada keharusan bagi Ansor untuk bertempur di area luar kota Madinah dan Rasulullah Saw ingin tahu pendapat mereka. Ternyata orang Ansor pun bersedia bertempur membela Rasulullah Saw dalam keadaan apapun.
Hari itu, 15 Ramadhan 2 H. Hari yang tak akan pernah dilupakan oleh siapapun dari kedua belah pihak, khususnya tentara Islam. Singkat cerita, akhirnya dua pasukan tak seimbang itu bertatap muka. Keadaan sangat tegang, sebab boleh dikata ini adalah perang saudara. Tentara yg berangkat tanpa pernah berlatih, tanpa senjata lengkap dan tanpa persiapan apapun. Hanya persiapan iman yang luar biasa saja
Malam sebelum pertempuran berkecamuk, Rasulullah Saw berdoa dengan penuh derai air mata pada Allah Swt. Bahwa jika pasukan islam ini binasa, maka Allah Swt selamanya tak akan disembah lagi di muka bumi ini. Rasulullah Saw berdoa mengangkat tangan memohon sampai selendangnya terjatuh. Ketika Matahari semakin naik, kedua tentara telah saling berhadapan. Rasulullah Saw turun langsung mengatur tentara ini dengan strategi – stategi baru yang cukup asing dan belum pernah ada sebelumnya.
Sebelum perang berkecamuk sempat terjadi duel perang tanding antar pendekar dua pasukan. Dan 3 pendekar Islam sukses membabat 3 pendekar kafir. Setelah itu perang berkecamuk dengan luar biasa. Bulan puasa yang panas itu semakin memantik api pertempuran. Dengan penuh keberanian tentara Islam bertempur habis – habisan menghadapi serbuan tentara kafir quraisy yang sebenarnya mentalnya sedang down. Memang ada bantuan dari langit yang datang, namun strategi tempur yang diterapkan Rasulullah Saw mampu memporakporandakan barisan militer quraisy.
Menjelang sore pertempuran itu berakhir dengan kaburnya sebagian besar tentara quraisy sebab ternyata yang banyak terbunuh adalah jendral – jenderal mereka, salah satunya Abu Jahal, Panglima besar mereka yang tewas mengenaskan yang membuat tentaranya kabur. Sekitar 70 tokoh quraisy yang terbunuh dan 70 lainnya tertangkap oleh pasukan Islam. Pertempuran yang benar – benar luar biasa.
Usai perang, Rasulullah Saw tidak langsung balik ke Madinah, tapi berdiam 3 hari di Badar, berjaga – jaga siapa tahu tentara kafir Mekkah kembali lagi. Saat itu juga beliau mengirim kurir untuk mengirimkan kabar gembira ke Madinah perihal kemenangan gilang gemilang tentara Islam di Badar. Suasana segera berubah di Madinah dengan kebahagiaan dan kebanggaan luar biasa. Perasaan begitu berkecamuk khususnya yang tidak ikut, antara gembira, bangga, sekaligus menyesal kenapa saat Rasulullah Saw mengumumkan penghadangan kok memilih tidak ikut. Terlebih setelah ada kabar langit bahwa 313 orang ini mendapat ekselensi sebagai kelompok terbaik di muka bumi. Terkenal dengan Badriyyin.
Rasulullah Saw pun pulang kembali ke Madinah dengan kebahagiaan yang tak bisa digambarkan. Begitu pula kaum muslimin, kepercayaan diri semakin menguat. Sementara ke-70 tawanan perang itu diperlakukan dengan manusiawi, tidak diapa – apakan dan boleh bebas dengan tebusan, atau jika tidak mampu menebus diri dengan nominal yang ditentukan, mereka cukup mengajari 10 anak madinah baca tulis sampai bisa.
Wallahu ‘alam bisshawab
Selamat menjalankan ibadah puasa dengan penuh semangat
Ramadlan Kariim