tauhid dan musyahadah

HAKIKAT TAUHID DAN MUSYAHADAH
Disampaikan oleh: Maulana Habib Luthfi Bin Yahya dalam Pengajian Rutin Jum’at Kliwon, 16 November 2018 M. di Gedung Kanzus Sholawat Pekalongan.
Penjelasan kitab Jami’ al-Ushul fi al-Auliya’ bab Hakikat Musyahadah (Penyaksian). Rahasia atau hakikat orang yang melihat dan menyaksikan kebesaran Allah SWT, menyaksikan apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT, paling tidak akan menumbuhkan kedekatan dirinya kepada Allah SWT. Bukan sekadar pandangan, bukan pula sekadar apa yang disebut. Tapi kalau kita mau berfikir maka manfaat dari berfikir mengajak kita untuk dzikrullah (berdzikir kepada Allah SWT).
Semakin kita banyak berdzikir kepada Allah SWT, maka Tauhid kita semakin tebal. Artinya, jadikanlah kita bagian dari orang-orang yang ahli Tauhid (min ahli Tauhid). Bukan sekadar label, melainkan min ahli Tauhid. Kalau orang min ahli Tauhid, begitu mendengar suatu kalimat Allah akan terhentak (wajilat) hatinya karena hatinya terus kembali kepada Allah SWT.
Amal perbuatan yang kita lakukan di dunia ini kelak akan menjadi pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Itulah hakikatnya ‘Musyahadah’. Seperti di dalam ayat: “Alif Lam Mim. Dzalikal kitabu la raiba fihi hudan lil muttaqin. Alladzina yu`minuna bil-ghaibi wa yuqimunas-shalata wamimma razaqnahum yunfiqun”. Pada kalimat ‘Ghaib’ bermakna “kita percaya dengan barang yang ghaib seperti adanya surga, neraka, mizan dan shirathal mustaqim, dan kita wajib beriman adanya itu semua. Kelak kita semua, siapapun akan berhadapan dengan mizan-Nya (pengadilan agungnya Allah SWT).
Bilamana kita semua ingat dengan Tauhid yang selalu berkembang pasti kita akan menjauhi larangan-larangan Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena ingat kepada Allah SWT, merasa dilihat dan didengar oleh Allah SWT, tidak hanya hatinya saja yang terukirkan kalimat “Allah” tapi juga nurul musyahadah (cahaya kesaksiannya) ini bisa mewarnai lisannya, matanya dan juga telinganya. Bisa memfilter atas matanya, tidak mudah mencap seseorang seenaknya sendiri. Karena pandangan mata terbatas, paling tidak matanya akan menutupi aib saudaranya/sesamanya.
Di Indonesia itu ada 2 persaudaraan: 1) Saudara seagama, sebangsa dan setanah air, dan 2) Saudara sebangsa dan setanah air. Maka, mau agamanya apapun mereka tetap saudara kami sebangsa dan setanah air. Kalau mereka sakit, kita ikut sakit. Apalagi yang kedua saudara al-mu’min akhlul mu’min, al-muslim akhul muslim.
Tali ukhuwah/persaudaraan sudah diajari oleh Allah SWT. Kalau kita sudah tahu mereka saudara-saudara kita, maka jangan sampai kita menyakiti pribadinya, apalagi membuka aibnya. Jangan kita senang melihat orang lain susah. Jaga tutur kata kita, tutur kata yang tidak terkontrol oleh Tauhidnya.
Nabi SAW bersabda: “Salamatul insan fi hifdzillisan”. Keselamatan manusia ketika dia sanggup menjaga lisannya dari menyakiti orang lain. Orang-orang min ahli Tauhid akan mempunyai filter. Begitu matanya melihat aib saudaranya seharusnya akan saling menutupi kekurangannya itu. Mengolok-olok orang lain itu tidak baik, tidak memberikan contoh yang baik.
Telinganya juga mempunyai filter, karena selalu musyahadah kepada Allah SWT, telinga ini nantinya bisa memfilter dan memisahkan apakah ini bisa memecah belah ummat atau tidak. Kalau tidak mempunyai filter, maka akan terjadi pecah belah antarummat. Kalau bangsa ini sudah pecah belah, lebih-lebih ummatnya, maka bala’ nanti yang akan turun.
Itulah pentingnya filter dengan Tauhid, dengan musyahadah dan mujahadah kepada Allah SWT. Inilah yang kita takutkan jika ummat pecah belah. Maka dari itu kita semua harus menjaga tutur kata kita, menjaga telinga kita dari orang yang ingin memecah belah ummat dan menjaga mata kita. Jangan sampai memberikan celah kepada oknum-oknum yang ingin menghancurkan ummat Islam khususnya dan ummat beragama pada umumnya, dan pada oknum yang ingin menghancurkan Indonesia.
Kalau sudah dipecah belah maka oknum-oknum bisa dengan mudah masuk dan Indonesia bisa di bagi-bagi nantinya. Kira-kira rela tidak Indonesia dipecah belah? Kalau tidak, jaga ukhuwah persatuan dan kesatuan bangsa ini. Tunjukkan, jangan takut menunjukkan bahwa:
“SAYA BANGGA MENJADI BANGSA INDONESIA!!!”
“SAYA BANGGA MENJADI ANAK INDONESIA!!!”
“BAGI KAMI, NKRI ADALAH HARGA MATI!!!”
Arep ngomong opo kowe? Harus Berani! (Ditulis ulang oleh: Syaroni As-Samfuriy )