Perlu ditegaskan kembali bahwa tari merupakan
salah satu bentuk seni yang dapat dinikmati secara visual. Melalui sebuah karya
tari kita dapat menikmati tidak hanya melalui gerak-gerak yang indah, tetapi
kita juga melihat busananya, riasnya, property, penarinya, dan
sebagainya. Namun dari keseluruhan itu, ungkapan gerak merupakan medium utama
dalam tari, karena gerak merupakan bahan baku atau substansi dasar dari tari.
Gerak sebagai substansi dasar adalah gerak badani yang dihasilkan dari seluruh
anggota badan. Gerak-gerak badani sebagai gerak tari tentu bukan gerak
realistik dalam kegiatan keseharian seperti gerak bekerja, gerak bermain, gerak
olahraga, dan sebagainya, namun gerak sebagai bahan dasar tari adalah gerak
yang telah diberi bentuk ekspresif. Gerak ekspresif menurut Suzanna K. Langer
dalam Soedarsoso (1972) adalah gerak-gerak yang indah yang dapat menggetarkan perasaan
manusia. Gerak-gerak yang indah adalah gerak yang distilir.
Gerak untuk kebutuhan tari tidak lepas dari
sentuhan pengalamanpengalaman hidup manusia, namun gerak yang digunakan telah
mengalami pengolahan stilisasi atau distorsi. Melalui pengolahan atau
eksplorasi inilah maka lahir gerak tari. Gerak-gerak yang lahir adalah
gerak-gerak yang telah diproses atau dieksplorasi melalui stilisasi,
dikomposisikan dan disusun berdasarkan kebutuhan ungkapan tarian berdasarkan
tema, cerita, komposisi, koreografi, kinestetik, artistik, dan sebagainya.
Terdapat dua jenis gerak dalam tari, yaitu
pertama gerak yang diungkapkan melalui gerak-gerak maknawi. Gerak maknawi
adalah gerak-gerak yang mempunyai arti dengan simbol-simbol maknawi melalui
pengungkapan imitatif dan interpretatif. Gerak-gerak maknawi yang dibawakan secara
imitatif dan interpretatif melalui simbol-simbol maknawi tersebut disebut gesture.
Kedua adalah gerak murni, yaitu gerak yang lebih
mengutamakan keindahan dan tidak menyampaikan pesan maknawi. Kedua jenis gerak
tersebut merupakan manifestasi dan pengalaman para seniman tari yang diolah ke
dalam gerak sehingga menjadi satu komposisi atau koreografi yang terpadu
menjadi satu kesatuan yang artistik dan harmonis.
Beberapa contoh gerak maknawi yang terdapat
dalam tari tradisi Sunda di antaranya, nyawang, keupat, sembah, samburan, sumberan, dan sebagainya. Gerak nyawang mempunyai makna melihat ke arah yang lebih jauh,
gerak sembah mempunyai makna penghormatan, gerak jangkung ilo mempunyai makna menimbang-nimbang rasa dan
sebagainya. Gerak-gerak murni diantaranya yaitu ukel,godeg, capang, ulap-ulap, pacak jangga,
miwir sampur atau jiwir sinjang dan
sebagainya. Gerak-gerak tersebut tidak mempunyai makna tapi merupakan gerak
yang sangat diperhitungkan dari segi estetikanya atau keindahannya, sehingga tarian
nampak luwes dan menarik (indah). Gerak yang indah tidak identik dengan gerak
yang bagus, tapi gerak-gerak yang kuat, kasar, keras penuh dengan
tekanan-tekanan serta gerak aneh dapat sebagai ungkapan gerak tari yang indah.
Gerak sebagai medium pokok dalam tari mempunyai
tiga unsur yang perlu diperhatikan, yaitu volume, garis, dan bentuk.
a. Volume merupakan satu kesan ruang yang timbul
oleh kedudukan anggota tubuh.
b. Garis merupakan posisi anggota yang membentuk
kesan-kesan garis dalam suatu pose.
c. Bentuk adalah keseluruhan pose gerak pada
saat berhenti.
Di dalam tari, setiap gerak mengandung watak
tertentu. Dengan demikian, setiap gerak yang diungkapkan oleh seorang penari
akan menimbulkan kesan tertentu kepada penontonnya. Watak gerak berbeda dengan
makna gerak, walaupun keduanya sering terpadu di dalam suatu gerak. Misalnya,
jika seorang penari akan menggambarkan menangis, ia akan menggunakan gerak maknawi
dengan menutup muka serta mengecilkan badannya. Dalam gerak semacam ini,
penonton akan mudah sekali mendapat kesan, bahwa penari itu sedang
menggambarkan menangis. Kesan ini menjadi lebih jelas dan dalam lagi karena
penari mengecilkan atau mengerutkan badannya dengan menekuk tungkainya serta
sedikit membungkukan badannya ke lantai dalam posisi lengan tertutup
(Soedarsono. 1978: 35-36).
Gerak yang diperkecil atau dikerutkan mempunyai
watak sedih, menyerah, tidak berdaya serta takut. Dengan demikian penari
tersebut akan berhasil di dalam mengungkapkan gerak menangis atau kesedihan
apabila memadukan gerak maknawi tangan yang menutup muka dengan tubuh serta
anggotaanggota badan yang diperkecil atau dikerutkan.
Jika kita cermati lebih jauh dilihat dari
garis-garis geraknya, secara garis besar gerak tari dapat dibagi menjadi dua,
yaitu gerak simetris dan gerak asimetris. Garis-garis yang simetris mempunyai
watak sederhana, kokoh, tenang, namun akan membosankan bila terlalu sering
digunakan. Garis-garis asimetris memiliki watak kurang kokoh, tetapi dinamis
dan menarik. Dengan adanya garis gerak yang memiliki perbedaan watak, maka agar
garapan seorang koreografer tetap menarik dianjurkan untuk lebih banyak
menggunakan garisgaris tidak simetris.
Garis-garis gerak juga masih dapat dibedakan
menjadi dua macam, yakni garis-garis silang atau akan bertemu dan garis-garis
terpisah atau searah.
Watak gerak pada garis-garis silang penuh
energi, sedangkan garis terpisah memiliki watak halus dan lembut. Perpaduan
antara watak gerak berdasarkan garis simetris dan tidak simetris serta garis
silang dan tidak silang akan menimbulkan perwatakan baru. Disamping itu
gerak-gerak tari dapat dibedakan berdasarkan volume gerak, yang dapat dibagi
menjadi tiga, yakni volume besar, sedang dan kecil. Volume besar atau terbuka
mempunyai watak kelaki-lakian, volume kecil atau tertutup mempunyai watak
kewanitaan, dan volume sedang memberikan kesan kelaki-lakian yang halus atau
kewanitaan yang kelaki-lakian atau lebih berkesan feminim.