1. Pada zaman Arkaekum, kulit bumi masih membara karena memiliki temperatur yang sangat tinggi. Pada masa tersebut, diperkirakan belum ada tanda-tanda kehidupan dan bumi masih dalam pembentukan menjadi padat.
2. Pembagian zaman batu dan pola kehidupan masyarakatnya:
- Zaman batu tua, masyarakat hidup berpindah-pindah (nomaden) dan mengumpulkan makanan (food gathering).
- Zaman batu madya, masyarakat tinggal di gua-gua (abris sous roche) dan meninggalkan sampah dapur (kjokken moddinger).
- Zaman batu muda, masyarakat memproduksi makanan (food producing) dan tinggal menetap di desa-desa kecil.
- Zaman batu besar, masyarakat membuat bangunan-bangunan dari batu besar.
3. Pembagian kebudayaan zaman holosen:
- Kebudayaan mesolithikum, peninggalan kapak genggam, alat-alat tulang, dan alat serpih-bilah.
- Kebudayaan megalithikum, peninggalan menhir, sarkofagus, kubur batu, waruga, dolmen.
- Kebudayaan neolithikum, peninggalan kapak lonjong dan kapak persegi.
- Kebudayaan perunggu, peninggalan moko, nekara, kapak corong, manik-manik, arca perunggu, dan kapak sepatu.
4. Pembagian zaman logam dan pola kehidupan masyarakatnya:
- Zaman tembaga, manusia baru mengenal logam, kebudayaan tembaga ditemukan di Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.
- Zaman perunggu, manusia telah mengetahui pengolahan logam campuran timah dan tembaga, mengenal sistem pertanian dan irigasi sederhana.
- Zaman besi, manusia telah pandai melebur bijih besi menjadi peralatan yang diperlukan, mulai dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa.
5. Kebudayaan Maglesmosian memiliki pola perpindahan antara pangkalan penangkapan ikan pada musim panas dan pangkalan perburuan pada musim dingin. Kebudayaan Capsian berpusat di Afrika Utara tinggal di pedesaan besar di tepi danau dan sungai. Kebudayaan Natufian hidup di ujung timur Laut Tengah, di dalam gua-gua, di bawah lindungan batu karang, dan di pedesaan kecil dengan rumah berdinding batu.
6. Kebudayaan megalithikum, yaitu membuat bangunan-bangunan batu besar (mega=besar, lithos=batu). Pada zaman batu besar, kepercayaan terhadap kehidupan sesudah kematian diimplementasikan dalam upaya pendirian bangunan batu besar. Bangunan ini ditujukan untuk mengabadikan jasa orang yang sudah meninggal dan menjadi medium penghormatan. Bangunan megalithikum, antara lain menhir, dolmen, sarkofagus, dan punden berundak-undak.
7. Pada zaman perundagian, masyarakat telah menetap dan mampu mengolah benda-benda logam. Pada zaman ini, muncul golongan undagi yang terampil melakukan suatu jenis usaha. Susunan masyarakat zaman ini menjadi semakin kompleks dan teratur.
8. Pada masa bercocok tanam dan beternak, masyarakat telah mampu membuat tempat untuk memasak dan menyimpan makanan berupa gerabah. Alat-alat penunjang dari batu juga sudah diperhalus dan mulai membuat peralatan dari batu indah, batu api, dan batu lainnya. Masyarakat juga telah mempunyai pandangan terhadap kehidupan setelah kematian. Pada zaman ini, praktik perdukunan juga mulai muncul sebagai akibat dari berkembangnya penyakit.
9. Teknologi pada masa berburu dan berpindah-pindah masih sederhana dan terbuat dari bahan-bahan yang ada di lingkungan mereka, seperti batu, kayu, tulang, dan tanduk rusa. Alat-alat tersebut diolah secara kasar dan belum diasah atau diupam halus.
10. Arus kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
- Zaman mesolithikum, terjadi gelombang masuk manusia purba Melanosoid dari Teluk Tonkin, Vietnam. Sisa keturunan bangsa Melanosoid, antara lain orang Sakai di Siak, arang Aeta di Filipina, orang Semang di Malaysia, dan orang Papua Melanosoid di Papua.
- Zaman neolithikum, perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) dari daerah Yunan, Cina. Bangsa ini merupakan pendukung kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong.
- Zaman perundagian, perpindahan manusia purba Melayu Muda (Deutro Melayu) dari daerah Teluk Tonkin, Vietnam. Bangsa ini merupakan pendukung kebudayaan perunggu.
2. Pembagian zaman batu dan pola kehidupan masyarakatnya:
- Zaman batu tua, masyarakat hidup berpindah-pindah (nomaden) dan mengumpulkan makanan (food gathering).
- Zaman batu madya, masyarakat tinggal di gua-gua (abris sous roche) dan meninggalkan sampah dapur (kjokken moddinger).
- Zaman batu muda, masyarakat memproduksi makanan (food producing) dan tinggal menetap di desa-desa kecil.
- Zaman batu besar, masyarakat membuat bangunan-bangunan dari batu besar.
3. Pembagian kebudayaan zaman holosen:
- Kebudayaan mesolithikum, peninggalan kapak genggam, alat-alat tulang, dan alat serpih-bilah.
- Kebudayaan megalithikum, peninggalan menhir, sarkofagus, kubur batu, waruga, dolmen.
- Kebudayaan neolithikum, peninggalan kapak lonjong dan kapak persegi.
- Kebudayaan perunggu, peninggalan moko, nekara, kapak corong, manik-manik, arca perunggu, dan kapak sepatu.
4. Pembagian zaman logam dan pola kehidupan masyarakatnya:
- Zaman tembaga, manusia baru mengenal logam, kebudayaan tembaga ditemukan di Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Vietnam.
- Zaman perunggu, manusia telah mengetahui pengolahan logam campuran timah dan tembaga, mengenal sistem pertanian dan irigasi sederhana.
- Zaman besi, manusia telah pandai melebur bijih besi menjadi peralatan yang diperlukan, mulai dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa.
5. Kebudayaan Maglesmosian memiliki pola perpindahan antara pangkalan penangkapan ikan pada musim panas dan pangkalan perburuan pada musim dingin. Kebudayaan Capsian berpusat di Afrika Utara tinggal di pedesaan besar di tepi danau dan sungai. Kebudayaan Natufian hidup di ujung timur Laut Tengah, di dalam gua-gua, di bawah lindungan batu karang, dan di pedesaan kecil dengan rumah berdinding batu.
6. Kebudayaan megalithikum, yaitu membuat bangunan-bangunan batu besar (mega=besar, lithos=batu). Pada zaman batu besar, kepercayaan terhadap kehidupan sesudah kematian diimplementasikan dalam upaya pendirian bangunan batu besar. Bangunan ini ditujukan untuk mengabadikan jasa orang yang sudah meninggal dan menjadi medium penghormatan. Bangunan megalithikum, antara lain menhir, dolmen, sarkofagus, dan punden berundak-undak.
7. Pada zaman perundagian, masyarakat telah menetap dan mampu mengolah benda-benda logam. Pada zaman ini, muncul golongan undagi yang terampil melakukan suatu jenis usaha. Susunan masyarakat zaman ini menjadi semakin kompleks dan teratur.
8. Pada masa bercocok tanam dan beternak, masyarakat telah mampu membuat tempat untuk memasak dan menyimpan makanan berupa gerabah. Alat-alat penunjang dari batu juga sudah diperhalus dan mulai membuat peralatan dari batu indah, batu api, dan batu lainnya. Masyarakat juga telah mempunyai pandangan terhadap kehidupan setelah kematian. Pada zaman ini, praktik perdukunan juga mulai muncul sebagai akibat dari berkembangnya penyakit.
9. Teknologi pada masa berburu dan berpindah-pindah masih sederhana dan terbuat dari bahan-bahan yang ada di lingkungan mereka, seperti batu, kayu, tulang, dan tanduk rusa. Alat-alat tersebut diolah secara kasar dan belum diasah atau diupam halus.
10. Arus kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
- Zaman mesolithikum, terjadi gelombang masuk manusia purba Melanosoid dari Teluk Tonkin, Vietnam. Sisa keturunan bangsa Melanosoid, antara lain orang Sakai di Siak, arang Aeta di Filipina, orang Semang di Malaysia, dan orang Papua Melanosoid di Papua.
- Zaman neolithikum, perpindahan manusia purba dari rumpun bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) dari daerah Yunan, Cina. Bangsa ini merupakan pendukung kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong.
- Zaman perundagian, perpindahan manusia purba Melayu Muda (Deutro Melayu) dari daerah Teluk Tonkin, Vietnam. Bangsa ini merupakan pendukung kebudayaan perunggu.