B.
- - daun tal (palmyra)
- gebang (corphya)
- lalang (imperata cylindrica)
- purun
- daun kelapa muda
- rotan dan bambu
- - pertama, tanah dikeringkan, ditumbuk dan
disaring, kemudian tanah dicampur air dan pasir, lalu diaduk. Hasil
pecampuran ini siap dicetak dan dibentuk.
- kedua, tahap penggulungan atau pembentukan. Pada
tahap ini, bahan yang telah jadi lalu digulung, ditumbuk, dan dibentuk sesuai
model yang dikehendaki.
- ketiga, setelah berbentuk, tanah dikeringkan
dengan cara dijemur hingga benar-benar kering. Setelah itu, gosok permukaannya
dengan batu kuarsa/porselen hingga halus.
- keempat, tahap pembakaran, periuk yang telah
dibentuk, disusun dan dibakar dengan suhu tertentu.
- Sesajen dibuat sebagai persembahan kepada
alam, leluhur, dan dewa. Di Bali, sesajen berisi buah pinang, sirih hijau,
dan kapur sirih. Buah pinang merupakan sesajen untuk Bahra, sang pencipta.
Sirih hijau untuk Wisnu, sang pemelihara. Kapur sirih untuk Siwa Porosan.
- Wayang kulit awalnya berfungsi sebagai media
hiburan. Namun, saat ini wayang kulit juga dapat dijadikan pajangan atau
hiasan. Perkembangan bentuk wayang kulit di Indonesia dipengaruhi oleh
masuknya agama Islam. Dahulu, bentuk wayang menyerupai gambar pada relief
candi. Bentuk itu berubah ketika Islam masuk karena para kyai menghidari
penggambaran langsung bentuk manusia.
- - teknik menganyam/menjalin.
- teknik menggulung.
I.
Jenis Seni Hias
|
Bahan Dasar
|
Seni anyaman
|
Kulit bambu, rotan
|
Seni kaca patri
|
Kaca, almunium, besi
|
Patung
|
Batu, kayu
|
Tembikar
|
Tanah liat
|
Ukiran
|
Emas, peral, kayu, batu
|
- a. Ukiran kayu, misalnya pada kayu jati dan
mahoni.
b. Ukiran batu, misalnya yang terdapat pada candi.
- a. Bahan dasar patung dapat berupa kayu,
batu, dan semen (gips).
b. Kayu dan batu dibentuk dengan cara diukir atau
dipahat.
c. Gips dibentuk dengan cara dicetak.
- Batu
- - Wayang golek berasal dari Klaten.
- Wayang kulit berasal dari Yogyakarta.
- Wayang beber berasal dari Bali.
- - Bali: bunga, buah pinang, sirih hijau, daun
palem, dan kapur sirih.
- Upacara perkawinan di Bali dan Jawa: daun palem,
daun pisang, bunga, buah, kembang mayang.
- a. teknik menganyam/menjalin: dibuat dengan
cara menyusun sulur secara berjajar rapat. Kemudian, sulur lainnya
dimasukkan secara berselang-seling dengan posisi tegak lurus dengan
jajaran sulur yang pertama.
b. teknik menggulung. Teknik menggulung lebih
rumit dari teknik menganyam. Pembuatannya adalah dengan cara memilin-milin
bahan sesuai kerangka, dan dimulai dari titik pusat. Hingga meligkar atau
melebar ke sekalilingnya. Setelah tersusun, anyaman dijalin dengan benang yang
halus.
- a. bilah bambu dan rotan hasilnya keranjang.
b. mendong hasilnya
tikar.
c. tali hasilnya
table mats dan keset.
d. bilah bambu hasilnya
pengki, kukusan, topi caping.
e. pandan hasilnya
sandal dan tikar.
- - gambar 1: tanah dikeringkan, ditumbuk dan
disaring, kemudian tanah dicampur air dan pasir, lalu diaduk.
- gambar 2: hasil pecampuran pada tahap 1 siap
dicetak dan dibentuk.
- gambar 3: tahap penggulungan atau pembentukan.
Pada tahap ini, bahan yang telah jadi digulung, ditumbuk, dan dibentuk dengan
bentuk dasar pada alat putar agar memiliki ketebalan yang sama dan berbentuk
bundar sempurna.
- gambar 4: seniman dapat membentuk gerabah sesuai
model dan bentuk yang dikehendaki.
- gambar 5: seniman juga dapat menambah
motif-motif variasi dan hiasan pada permukaannya.
- gambar 6: tahap pembakaran, periuk yang telah
dibentuk, disususn dan dibakar dengan suhu tertentu.
- gambar 7: gerabah siap dijual atau digunakan.
- a. Upacara pernikahan di Jawa Tengah: sesajen
dibuat dengan cara menyiapkan daun palem atau daun pisang sebagai bahan
dasar. Daun tersebut dipotong dan dianyam hingga berbentuk burung kecil
dan nampan kecil. Burung dan nampan disusun hingga membentuk jambangan dan
tugu yang tinggi. Lalu, jambangan dan tugu itu digabungkan dengan bunga,
buah, dan kembang mayang.
b. Perayaan Penjor di Bali: anyaman daun
digantungkan pada bambu yang tinggi. Anyaman dihias dengan bunga, buah, dan
daun palem.
- a. Pertama, pembuatan sketsa awal. Gambar
atau pola digoreskan oleh pelukis utama dengan tinta cina berwarna hitam.
b. Kedua, tahap pewarnaan. Proses ini dikerjakan
oleh seniman pemula atau keluarga lain dengan cara memulaskan warna yang
dikehendaki.
c. ketiga,
tahap penyempurnaan. Wayang dilengkapi dengan detail yang teliti dan indah.
Proses ini dikerjakan oleh pelukis utama.
- a. Mbis pada suku Asmat: sosok patung leluhur
atau pahatan-pahatan monumental yang diletakkan di rumah adat.
b. Ulos pada suku batak: wastra khas Batak yang
dalam perkawinan; berfungsi sebagai hadiah dari pihak lakki-laki kepada pihak
perempuan.
c. Gringsing wastra pada masyarakat Bali: wastra
ikat ganda khas Bali yang digunakan pada upacara adat dan keagamaan. Wastra itu
dibuat selama 5—8 tahun dengan peraturan ketat, upacara, dan berbagai
pantangan.
d. pukpuk pada masyarakat Batak: zat pada
tanaman/hewan untuk memberi kekuatan pada patung leluhur.
- Patung di Nusantara identik dengan animisme
dan bersifat magis. Biasanya, patung merupakan representasi orang yang
sudah mati, nenek moyang, atau dewa. Namun, saat ini, patung lebih
berfungsi sebagai monumen peringatan kejadian bersejarah atau sebagai
penghargaan bagi orang yang berjasa.
- Penangkal bencana atau penyakit.
- Patung Soekarno dan Hatta (patung proklamasi)
dan patung soeharto di museum Soeharto, Taman Mini.
- Sesaji berfungsi sbagai persembahan kepada
dewa, nenek moyang, dan tamu yang dihormati. Selain itu, sesaji juga
berfungsi untuk menolak bencana dan syarat kelancaran suatu
acara/pekerjaan.
- Wayang golek, kulit, dan beber memiliki
berbagai fungsi dari masa ke masa. Misalnya sebagai media hibuan, hiasan,
pajangan, dan media penyebaran agama Islam.
- a. Bima
b. Gatotkaca
c. ahwana
d. Drona
e. Semar
f. Punakawan
g. Srikandi
- Jenis wayang tersebut adalah wayang kulit.
Wayang tersebut memiliki 3 tongkat yag terdapat pada kaki, tangan kanan,
dan tangan kiri. Cara memainkannya adalah dengan memegang tongkat yang
terdapat di kaki, sedangkan tangan yang lain memegang tongkat yang
terdapat pada tangan kanan atau kiri wayang. Tongkat tersebut
digerak-gerakkan sehingga tangan wayang tampak bergerak, terutama saat
wayang diceritakan sedang berbicara.