berawal dari menjual hewan ternak milik orang lain di sela-sela kuliahnya, Budi Susilo S, kini telah berhasil memiliki hewan ternak domba dan kambing sebanyak 1.500 ekor, sapi 250 ekor serta berbagai produk turunan di bawah CV Mitra Tani Farm.
Awalnya, ia melihat bahwa potensi dan peluang bisnis ini sangat besar, karena jumlah penduduk di Indonesia sangat besar, sehingga kebutuhan hewan ternak juga tinggi. Di sisi lain, hasil ternak ini tidak hanya untuk kebutuhan pokok, melainkan untuk kebutuhan spiritual atau momen-momen keagamaan, misalnya untuk aqiqah dan kurban bagi umat muslim.
“Di Indonesia ada 260 juta penduduk, sementara populasi kambing 18 juta ekor, domba 17 juta ekor, sapi 17 juta ekor pertahun, jadi 1 kali event hari raya Kurban saja sudah habis, maka Indonesia menjadi target pasar negara lain,” jelasnya.
Pria lulusan Fakultas Peternakan IPB ini bercerita bahwa di tahun 2002 hanya membantu peternak untuk menjual hasil ternak mereka. Pertama kali ia berhasil menjual 13 ekor hewan ternak, kemudian tahun-tahun berikutnya penjualannya semakin meningkat. Dari keuntungan penjualan tersebut, pada tahun 2004 ia bertekad untuk melakukan penggemukan domba sendiri di Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Tak disangka, jumlah hewan ternaknya terus meningkat. Tahun 2005, ia memiliki 500 ekor kambing dan berhasil menjual 800 ekor kambing. Jumlahnya pun terus naik di tahun 2016, ia memiliki 800 ekor kambing dan mampu menjual 2.700 ekor kambing. Namun saat itu, terjadi berbagai masalah karena penjualan dilakukan di satu waktu yang sama, sementara pihaknya kekurangan SDM. Belajar dari kejadian itu, di tahun selanjutnya pria berumur 38 tahun ini, menetapkan untuk merawat 800 ekor kambing dan menjual 1.700 ekor saja.
Tahun 2018, ia mulai mengembangkan bisnis ternaknya dengan menambah empat ekor sapi. Kini, jumlah domba dan kambing mencapai 1.500 ekor, sementara untuk sapi jumlahnya 250 ekor. Selain itu juga ditambah berbagai produk turunan.
Keberhasilannya ini, menurutnya tidak diraihnya sendiri, namun ia bermitra dengan 50 peternak di wilayah sekitarnya dan dua kelompok peternak di Lampung. “Untuk menjaga pasokan, di tahun 2011 kami melakukan sistem kemitraan dengan peternak lain, sehingga ketersediaan selalu ada,” katanya.
Berkat ketekunannya, kini bisnis Budi sudah mencakup dari hulu ke hilir. yaitu tidak hanya jual beli hewan ternak, tetapi juga men-supply berupa daging ke restoran-restoran ternama di Indonesia. Di tahun 2015, melihat tingginya permintaan pasar untuk aqiqah, pihaknya kemudian membuka catering untuk aqiqah.
Budi juga melebarkan sayap bisnisnya dari olahan makanan berupa rendang domba dan rendang sapi yang siap saji. Bagian kulit hewat ternak juga dimanfaatkan untuk membuat aksesoris berupa jaket, topi, dompet dan tas. Bahkan, tahun ini ia menargetkan akan mengekspor olahan makanan tersebut ke beberapa negara seperti Malaysia, Timur Tengah dan Afrika.
Budi menambahkan, bisnis makanan olahan ini sudah berjalan 3 tahun berjalan, namun penjualannya hanya dilakukan melalui media sosial. “Dari semua bisnis tersebut, omset perb ulan kami mencapai Rp 600-700 juta/per bulan,” ungkapnya.
Menurutnya, selain permodalan, banyak tantangan lain yang dihadapi dalam bisnis peternakan, di antaranya, kenyamanan bagi peternak di ranah produksi. “Masalahnya adalah sistem yang tidak ada SOPnya, standarisasi harga, kemudian masalah lain mengenai regulasi market yang tidak jelas. Karena modal akan turun jika sistem jelas, periode panen yang jelas,” ungkapnya. Sehingga pihaknya mengusung konsep mutualisme dengan para mitra, di mana melakukan standarisasi dan adanya pendampingan kepada mereka.
Sementara untuk menjaga arus kas keuangannya, selain mendapatkan pinjaman dari angle investor, sejak 2010 pihaknya juga mendapatkan permodalan dari Bank Mandiri Syariah dengan total hingga saat ini mencapai Rp 785 juta secara bergulir. Uang ini menurutnya digunakan untuk mengelola lahan miliknya seluas 12 hektare.
Area Manager Bogor Bank Syariah Mandiri, Fitria Ekayani, menjelaskan di wilayahnya tersebut, nasabahnya lebih banyak ke ritel konsumer mikro, Salah satunya untuk pengembangan hewan ternak. Sehingga untuk memudahkan masyarakat mendapatkan daging saat Idul Adha, pihaknya telah bekerja sama dengan beberapa mitra Laznas “Untuk Pak Budi ini, sejak dia menjadi nasabah tahun 2010, kami telah menyalurkan permodalan pinjaman untuk mengembangkan usahanya hingga saat ini total Rp 785 juta,” tuturnya.
Editor : Eva Martha Rahayu
www.swa.co.id