KESEIMBANGAN EKOSISTEM

 

KESEIMBANGAN EKOSISTEM

 

Segala yang ada di alam berjalan menurut hukum keseimbangan, saling memberi dan menerima. Keseimbangan ekosistem terjadi apabila komponen – komponen ekosistem tersedia dalam jumlah yang cukup dan berfungsi sesuai karakteristik masing – masing. Komponen ekosistem terdiri dari komponen biotik (produsen, konsumen, dekomposer dan detritivor) serta komponen abiotik (lingkungan – seperti suhu, cahaya, air, kelembaban, udara, garam-garam mineral, tanah dan topografi).

Dalam pemahaman keseimbangan ekosistem dikenal 4 konsep dasar, yaitu :

 

1.       Konsep Aliran Energi. Siklus energi bermula dari produsen -> konsumen -> detritivor -> decomposer -> produsen.

Contoh, Tumbuhan (produsen) produksi makanan bagi hewan herbivora – pemakan tumbuhan seperti rusa. Hewan herbivora menjadi santapan bagi hewan karnivora – pemakan daging seperti harimau. Tumbuhan, hewan herbivore, hewan karnivora mati diuraikan oleh detritivor seperti cacing dan diuraikan oleh decomposer seperti bakteri dan jamur. Sekresi atau kotoran cacing dan unsur hara yang dikeluarkan oleh bakteri dan jamur diserap kembali oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang.

Satu saja komponen aliran energi ini terganggu, maka rusaklah ekosistem, seperti terjadinya penebangan hutan (komponen produsen terganggu). Penebangan hutan mengakibat hewan herbivora kekurangan makanan sehingga menyusut jumlahnya, hewan karnovira juga menyusut karena kekurangan makanan, detritivor dan decomposer juga menyusut. Keseimbangan ekosistem baru akan terbentuk disesuaikan dengan jumlah produsen yang ada dihutan.

Hal yang sering dilupakan adalah kerusakan komponen biotic detritivor dan decomposer, biasanya terjadi karena pencemaran tanah dan air, baik karena polusi maupun karena penggunaan bahan kimia berlebihan. Efek dari kerusakan detritivor dan decomposer adalah proses pelapukan berjalan lambat, unsur hara yang dibutuhkan tanaman lambat tersedia, sehingga tumbuh kembang tanaman tidak optimal. Akibatnya pasokan makanan pada hewan herbivore dan hewan karnivora berkurang. Keseimbangan ekosistem baru akan terbentuk disesuaikan dengan jumlah detritivor dan jumlah decomposer yang ada dihutan.

 

2.       Konsep Biomassa. Pemahaman konsep biomassa diketahui dengan adanya rantai makanan -> jaring – jaring makanan -> piramida makanan.

Konsep ini sejalan dengan konsep aliran energi. Pada konsep biomassa berlaku hukum memakan dan dimakan dalam rantai makanan sederhana. Produsen diduduki oleh jenis tumbuhan (satu-satunya makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan dari komponen an-organik berupa karbon dioksida (CO2), air (H2O) dan bahan mineral terlarut dari dalam tanah).

Urutan rantai makanan secara umum adalah :

Produsen -> konsumen Tk 1 (herbivora) -> konsumen Tk 2 (karnivora) -> konsumen Tk 3 (karnivora / omnivora) -> detritivor -> decomposer -> produsen.

Proses makan dan dimakan dari beberapa rantai makanan membentuk jaring-jaring makanan. Makin mendekat ke produsen, jumlah organismenya makin banyak. Makin mendekat ke konsumen Tk 3 (karnivora/ omnivore), jumlah organismenya makin sedikit. Hal ini membentuk suatu Piramida ekologi. Produsen dibagian dasar dan konsumen Tk 3 dibagian puncak.

 

3.       Konsep Daur Biogeokimia. Daur biogeokimia berupa siklus unsur hara seperti siklus Nitrogen, siklus Karbon dan Oksigen, siklus Air, siklus Phosphor, siklus Kalium, siklus Magnesium, siklus Sulfur/ belerang, siklus unsur – unsur mikro.

Dalam konsep ini berlaku hukum kekekalan energi, dimana energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Tapi dapat berubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain. Energi yang dimaksud disini seperti unsur Carbon, Unsur Oksigen, Unsur Hidrogen, unsur Nitrogen, unsur Phosphor, unsur Kalium, unsur Magnesium, unsur Kalsium dan unsur – unsur mikro lainnya.

Semua unsur ini seperti tercantum dalam Tabel Periodik Unsur memiliki 2 sifat, yaitu tidak dapat dimanfaatkan makhluk hidup dan dapat dimanfaatkan. Contoh : tumbuhan hanya dapat menyerap unsur Nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3), tidak dapat menyerap unsur Nitrogen dalam bentuk ammonium (NH4+) atau nitrit (NO2).

Nitrat (NO3) -> diserap tumbuhan -> asam amino -> molekul protein -> organ tumbuhan -> dimakan herbivora -> dimakan karnivora/ omnivora.

Urin hewan, bangkai hewan, tumbuhan mati -> melepas ammonia (NH3) dan ammonium (NH4+) -> ammonium (NH4+) diurai menjadi nitrit (NO2) oleh bakteri nitrit / nitrosomonas -> nitrit (NO2) diurai menjadi nitrat (NO3) oleh bakteri nitrat / nitrobacter -> diserap oleh tumbuhan.

Kerusakan keseimbangan ekosistem pada daur biogeokimia terjadi apabila unsur yang semula tersedia bagi makhluk hidup, setelah beredar dalam siklusnya menjadi tidak tersedia karena ada peranan makhluk hidup yang hilang dalam ekosistem.

 

4.       Konsep Suksesi dan Klimaks. Konsep ini menekankan pada kontrol kuantiti makhluk hidup dalam upaya mencapai keseimbangan ekosistem.

Kondisi ekosistem yang cenderung menuju ke keseimbangan menyebabkan timbulnya suksesi (persaingan) antar komponen biotik. Komponen biotik ini menyesuaikan dengan 3 konsep diatas dan beradaptasi kondisi lingkungan abiotik. Ada organisme yang lenyap dan ada organism baru yang muncul. Ada organisme yang berubah morfologi maupun fisiologi tubuhnya. Ada organisme yang melakukan metamorphosis. Ekosistem ini akan terus bergerak menuju keseimbangan. Saat kondisi keseimbangan tercapai disebut ekosistem sudah mencapai klimaks. Konsep suksesi dan klimaks ini juga berlaku apabila terjadi kerusakan ekosistem.

 

Sumber: https://bestplanterindonesia.com/keseimbangan-ekosistem/

 

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Polutan merupakan zat, bahan, ataupun organisme yang menghasilkan kondisi pencemaran di lingkungan.

 

Berikut ini adalah lima jenis pencemaran lingkungan yang dapat membuat kualitas hidup Anda menurun.

1.       Pencemaran Udara

Pencemaran udara terjadi ketika kondisi udara mulai rusak akibat polutan berbahan kimia, fisik, ataupun biologi di area atmosfer dalam bumi. Setidaknya ada lima zat yang disebut-sebut menjadi penyebab pencemaran yang satu ini. Kelima zat tersebut, yakni karbonmonoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksidan, ozon, serta partikel debu. Zat-zat tersebut menurunkan kualitas hidup karena berpotensi menghasilkan berbagai penyakit. Umumnya, berbagai zat polutan tersebut bisa berpengaruh pada kondisi pernapasan seseorang.

Berdasarkan penyebab pencemaran udara, jenis polusi ini dapat dibagi menjadi dua kategori.

Kategori pertama ada pencemaran udara yang terjadi secara alami. Seperti Gunung Meletus

Kebakaran Hutan

Kategori kedua adalah pencemaran udara yang berasal dari berbagai aktivitas manusia. Asap Pabrik, Asap Kendaraan, Asap Pembakaran Sampah, Rokok

2.       Pencemaran Air

Pencemaran air umumnya terjadi di lautan, sungai, dan danau. Pencemaran air adalah kondisi masuknya berbagai zat dan komponen yang terkategori ke dalam air. Kualitas air menjadi menurun dan tidak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Air yang sudah tercemar memiliki ciri khas yang mudah diketahui. Adanya polutan akan menyebabkan air berbau, berubah warna, hingga memiliki rasa. Air yang demikian sudah tidak bisa dikonsumsi lagi oleh manusia.

Ketika terjadi pencemaran air, ketersediaan air bersih yang bisa dikonsumsi pun akan menipis. Tidak hanya itu, sudah tercemarnya air oleh berbagai polutan akan membuat ekosistem yang ada di dalamnya menjadi rusak, seperti matinya biota lain. Ketidakseimbangan rantai makanan pun dapat terjadi. Beberapa penyebab pencemaran air, Limbah Pabrik, Sampah, Bahan Peledak dan Racun

3.       Pencemaran Tanah

Tanah merupakan habitat manusia. Tercemarnya kondisi tanah tak ayal akan berimbas langsung ke kualitas hidup manusia. Berbagai virus, bakteri, maupun kuman yang menyebabkan berbagai penyakit tidak jarang berasal dari polusi tanah.

Karena itu, pencemaran tanah akan langsung berpengaruh pada kualitas hidup di suatu lingkungan ataupun ekosistem. Manusia yang menempati kawasan tanah tercemar pun akan langsung menerima imbasnya.

Berikut Ini adalah beberapa penyebab pencemaran tanah, Sampah, Pupuk Tanaman, Bahan Radioaktif.

4.       Pencemaran Cahaya

Jenis pencemaran yang satu ini sering dianggap remeh. Pencemaran cahaya dipandang tidak memberikan bahaya langsung yang dapat membahayakan lingkungan hidup. Padahal sebenarnya, pencemaran cahaya bisa mengganggu siklus alami tumbuhan dan hewan.

Penyebab pencemaran lingkungan yang satu ini bersumber dari cahaya atau sinar. Cahaya yang dinilai sebagai polutan umumnya merupakan cahaya buatan manusia, yang dapat berasal dari lampu-lampu. Intensitas tinggi dari cahaya buatan tersebut akan membuat langit malam menjadi terang sehingga mengganggu ekosistem. Umumnya, pencemaran cahaya terjadi di kota-kota besar.

5.       Pencemaran Suara

Apa yang Anda rasakan ketika mendengar suara yang bising. Kebanyakan orang akan merasa terganggu dengan suara-suara yang berlebihan. Gangguan tersebut bisa memengaruhi kualitas hidup Anda. Pasalnya, mendengar suara yang bising dan keras akan membuat otak lebih bekerja keras. Tidak jarang, orang yang terus terpapar suara bising akan mengalami masalah mental.

Kebanyakan penyebab pencemaran berasal dari aktivitas manusia. Sudah semestinya Anda bisa ambil bagian untuk mengurangi polutan yang mencemari lingkungan. Mulailah dari tindakan simpel, seperti memisahkan sampah juga tidak menyalakan lampu jika tidak digunakan.

 

Sumber: https://www.lifebuoy.co.id/semua-artikel/berita-kesehatan/lima-jenis-pencemaran-lingkungan-dan-penyebabnya.html