Pertama, thariqah mengajak ruju’ ilallah (kembali menuju Allah), fafirru ilallah (berlari menuju Allah), kembali kepada ajaran Baginda Nabi Saw. Mengikuti ajaran, akhlak dan adabnya Rasulullah Saw.
Kedua, thariqah memiliki madad yang musalsal, yang tidak terputus (sanadnya/sambungannya) kepada guru-guru kita hingga ke Rasulullah Saw. Naqsyabadiyah, al-Ahrariyah, Khalidiyah, begitupula Qadiriyah, bukan semata-mata ciptaan ulama.
Semisal penamaan Qadiriyah dari Syaikh Abdul Qadir al-Jilani. Itu tiada lain karena Syaikh Abdul Qadir adalah sebagai imamnya. Namun Syaikh Abdul Qadir al-Jilani bukanlah yang membuat thariqah tersebut. Tapi ada dasar-dasarnya. Dimana beliau mengambil dari gurunya, Syaikh Abu Sa’id Mubarok al-Makhzimi, dari Syaikh Abul Hasan Ali al-Hakkari, dari Syaikh Abul Faraj at-Tartusi, dari Syaikh Abul Fadhl Abdul Wahid at-Tamimi, dari Syaikh Abu Bakar asy-Syibli, dari Syaikh al-Imam Abul Qasim Junaidi al-Baghdadi, dari Syaikh Abul Hasan Sarri as-Saqati, dari Syaikh Ma’ruf al-Karkhi, dari Syaikh al-Imam Abul Hasan Ali bin Musa ar-Ridha, dari Syaikh al-Imam Musa al-Kadzim, dari Sayyidina al-Imam Ja’far ash-Shadiq, dari Sayyidina al-Imam Muhammad al-Baqir, dari Sayyidina al-Imam Ali Zainal Abidin, dari Sayyidina al-Imam Abu Abdullah al-Husain, dari Sayyidina al-Imam Ali bin Abi Thalib Ra., dari Sayyidina Muhammad Rasulullah Saw.
Kalau ditanya apa bedanya orang yang sudah berthariqah dan yang belum berthariqah? Jawabnya sama, tidak ada bedanya. Orang yang berthariqah membaca La ilaha illallah, orang yang belum berthariqah pun membaca La ilaha illallah.
Lha kalau begitu perbedaannya di mana? Bedanya hanya sedikit, tidak banyak. Saya contohkan supaya mudah. Saat para sahabat berkumpul di Masjidil Haram, Rasulullah Saw. mengajarkan sunnah minum air zamzam. Lalu para sahabat berebut meminumnya, berasal dari sumber yang sama. Yang diminum salah seorang sahabat air zamzam, dan yang diminum sahabat lainnya pun air zamzam. Yang diminum Rasulullah Saw. juga air zamzam.
Tapi sahabat yang minumnya di belakang Rasulullah Saw., mendapatkan gelasnya dari Rasulullah Saw. yang isinya air zamzam tadi. Setelah diminum Rasulullah Saw. lalu dioperkan ke barisan belakangnya. Yang satu tidak mendapatkan bekas (atsar) cangkirnya Rasulullah Saw., tapi yang satunya lagi mendapatkan cangkirnya Rasulullah Saw. Sampai kepada tabi’in, tabi’ut tabi’in, dst. yang disebut dengan madad min madadillah. Semoga kita termasuk di jajaran orang yang musalsal hingga ke Rasulullah Saw. Amin.
(Ditranskrip dan diolah dari video ceramah Maulana Habib M. Luthfi bin Yahya: https://youtu.be/I_WnJyuoOSI).