Faktor-Faktor Produksi

Kegiatan produksi atau proses produksi akan dapat terwujud jika didukung oleh adanya faktor-faktor produksi. Misalnya produksi budidaya ikan air tawar harus didukung adanya kolam ikan, air, jaring penangkap ikan, alat penyedot air dan peralatan lainnya. Selain itu produksi tersebut juga memerlukan karyawan yang bekerja di lokasi tersebut. Semua yang mendukung terjadinya proses produksi seperti dalam contoh di atas disebut sebagi faktor-faktor produksi. Jadi faktor-faktor produksi adalah segala hal yang diperlukan untuk menciptakan, menghasilkan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Pada dasarnya faktor produksi ada 4 yaitu: alam, tenaga kerja, modal dan jiwa kewirausahaan.

Kedua faktor produksi yang pertama (alam dan tenaga kerja) disebut sebagai faktor produksi asli karena:
a. Keduanya adalah asli dari Tuhan dan bukan buatan manusia.
b. Alam dan tenaga kerja merupakan 2 faktor produksi yang mutlak/minimal harus ada dalam suatu kegiatan produksi, tanpa kedua faktor produksi itu suatu produksi tidak mungkin dilakukan.
c. Manusia dapat melakukan kegiatan produksi hanya dengan faktor produksi alam dan tenaga kerja manusia.

Sedangkan kedua faktor produksi lainnya, yaitu modal dan kewirausahaan disebut sebagai faktor produksi turunan, karena:
a. Keduanya merupakan hasil kegiatan/dapat dibuat oleh manusia.
b. Modal dan jiwa kewirausahaan bersifat mendukung dua faktor produksi asli, tetapi tidak mutlak harus ada.
c. Manusia tidak dapat melakukan kegiatan produksi hanya dengan faktor produksi modal dan jiwa kewirausahaan saja.

Faktor-faktor produksi merupakan hal yang mutlak harus ada agar proses produksi dapat berjalan dengan baik. Namun, hal tersebut bukan berarti bahwa kita boleh seenaknya sendiri melakukan eksploitasi terhadap sumber-sumber ekonomi yang ada. Pengelolaan dan pemanfaatannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal yang bersifat etis dan kultural. Etika ekonomi yang dapat diterapkan dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi misalnya menggunakan hasil hutan dengan bertanggung jawab, dan berorientasi ke depan, kita harus segera menanami kembali hutan agar untuk masa depan kita masih bisa memanfaatkannya.
Selain itu nilai-nilai budaya yang masih ada dan dianut oleh masyarakat-masyarakat tertentu patut untuk diperhatikan pula karena ada beberapa nilai-nilai budaya atau kepercayaan yang sebetulnya bernilai tinggi untuk mencegah pemanfaatan sumber ekonomi secara berlebihan oleh manusia. Misalnya masyarakat tertentu di Jawa meyakini bahwa tanah hasil warisan tidak diperbolehkan untuk dijual, hal tersebut akan menghindarkan pemanfaatan tanah yang berlebihan, misalnya untuk membangun kompleks perumahan. Masyarakat Bali mempunyai kebiasaan bertani dengan sistem subak dan memanfaatkan tanah yang miring dengan sistem terasering.
Mereka juga mempercayai bahwa binatang-binatang tertentu seperti kera dan sapi adalah keramat sehingga mereka tidak berani membunuhnya. Beberapa masyarakat di Jawa Tengah mempunyai kebiasaan untuk membangun kesepakatan bersama dalam hal penanaman padi, yaitu bahwa mereka akan menanam padi dengan varietas yang relatif sama untuk waktu yang sama, misalnya suatu ketika varietas padi yang tahan hama (rojo lele), kemudian pada masa yang lain varietas yang biasa (cianjur) dan seterusnya. Ada juga masyarakat yang tinggal di daerah perairan. Nilai-nilai budaya yang dianut dan kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat seperti itulah yang harus dipelihara dalam mengelola sumber
ekonomi yang ada.

Sumber : buku k13 Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VIII