hukum sedekah bumi

*KAJIAN MENGHUKUMI SEDEKAH LAUT / SEDEKAH BUMI*
Bagi yang yang pernah ikut acara sedekah laut /bumi (tidak sekedar nonton ya), acara ini selalu diawali dgn doa.
URUTAN BACAAN SEDEKAH LAUT/BUMI (NYADRAN)
Bacaan pertama
Taawudz
Lafadz ta'awuz : ﺃَﻋُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ﺍﻟﺮَّﺟِﻴﻢِ (“A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim (artinya: aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk)”.
Bacaan kedua
Basmalah
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ bismi-llāhi ar-raḥmāni ar-raḥīmi" "
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"
Bacaan ketiga
Hamdalah
ﭐﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟِﻠَّﻪِ ﺭَﺏِّ ﭐﻟْﻌَـٰﻠَﻤِﻴﻦ ﭐﻟﺮَّﺣْﻤَـٰﻦِ ﭐﻟﺮَّﺣِﻴﻢ ﻣَـٰﻠِﻚِ ﻳَﻮْﻡِ ﭐﻟﺪِّﻳﻦ ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan;
Bacaan keempat
Sholawat
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺻﻞ ﻋﻠﯽ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﯽ ﺍﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ
ﮔﻤﺎ ﺻﻠﻴﺖ ﻋﻠﯽ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻭﻋﻠﯽ ﺍﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ
ﻭﺑﺎﺭﻙ ﻋﻠﯽ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﯽ ﺍﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ
ﮔﻤﺎ ﺑﺎﺭﮐﺖ ﻋﻠﯽ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻭﻋﻠﯽ ﺍﻝ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ
ﻓﯽ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ﺇﻧﻚ ﺣﻤﻴﺪ ﻣﺠﻴﺪ
Allâhumma sholli ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin kamâ shollaita ‘alâ Sayyidinâ Ibrôhîma wa ‘alâ âli Sayyidinâ Ibrôhîma
Wa bârik ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin wa ‘alâ âli Sayyidinâ Muhammadin kamâ bârokta ‘alâ Sayyidinâ Ibrôhîma wa ‘alâ âli Sayyidinâ Ibrôhîma
Fîl ‘âlamîna innaka hamîdun majîd
Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, dan kepada keluarganya, sebagaimana Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrohim as. dan keluarganya. Berikanlah keberkahan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad saw, dan keluarganya, sebagaimana Engkau limpahkan berkah kepada Nabi Ibrohim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung di seluruh alam.
Bacaan keempat
DOA.
Dalam Hal ini doanya tiap individu yg mimpin berbeda.. Hanya saja yang biasanya dibaca adah doa sapujagat.
ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺃَﺗِﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻓِﻲ ﺍْﻷَﺧِﺮَﺓِ ﺣَﺴَﻨَﺔً ﻭَﻗِﻨَﺎ ﻋَﺬَﺍﺏَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
RABBANAA AATINAA FIDDUN YAA HASANAH, WA FIL AAKHIRATI HASANAH, WAQINAA ‘ADZAA BAN NAAR.
Artinya :
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.
*LALU KENAPA ADA SESAJEN KEPALA KERBAU DAN MAKANAN DIBUANG KELAUT? BUKANKAH ITU MUBADZIRR!! (ini biasanya pertanyaan yg keluar dari sekte wahabi yg tidak pernah mau bertanya ke ulama yg punya sanad keguruan sampai rasulullah shallallahu alaihi wasallam)
Itu bukan membuang makanan, namun memberi makan hewan hewan dilaut sebagai sedekah ,bersyukur atas nikmat yang diberi Allah swt.
Maka disebut acara ini adalah sedekah laut atau sedekah bumi,
Nyadran (sedekah) Laut /bumi dapat berupa upacara dengan melarung (menggiring) sesajen ke laut. Ulama jaman dahulu tidak mengajarkan kita untuk mubadzir. Tradisi ini mendidik masyarakat agar jangan hanya memanen ikan yang ada di laut, namun juga merawat dan memberinya makan.
*LALU APA DALILNYA? *
Islam adalah agama sempurna. Banyak sunnah-sunnah Rasulullah yang menganjurkan kita mencintai, memberi makan dan minum, serta melakukan hal-hal baik pada hewan.
“Pada setiap sedekah terhadap mahluk yang memiliki hati (jantung) yang basah (hidup) akan dapatkan pahala kebaikan. Seorang muslim yang menanam tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang kemudian dimakan oleh burung-burung, manusia, atau binatang, maka baginya sebagai sedekah.” (HR. Bukhori, HR. Muslim).
“Pada setiap yang mempunyai hati yang basah (hewan) itu terdapat pahala (dalam berbuat baik kepadaNya)” (HR Al-Bukhari : 2363)
“Kasihanilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya kalian dikasihani oleh yang ada di langit” (HR At-Tirmdzi : 1924)
“Barangsiapa yang tidak belas kasih niscaya tidak dibelaskasihi” (HR Al-Bukhari ; 5997, Muslim : 2318)
ﺑَﻴْﻨَﻤَﺎ ﺭَﺟُﻞٌ ﻳَﻤْﺸِﻲ ﻓَﺎﺷْﺘَﺪَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﻌَﻄْﺶُ ﻓَﻨَﺰَﻝَ ﺑِﺌْﺮًﺍ ﻓَﺸَﺮِﺏَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺛُﻢَّ ﺧَﺮَﺝَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻫُﻮَ ﺑِﻜَﻠْﺐٍ ﻳَﻠْﻬَﺚُ ﻳَﺄْﻛُﻞُ ﺍﻟﺜَّﺮَﻯ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌَﻄْﺶِ ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻟَﻘَﺪْ ﺑَﻠَﻎَ ﻫَﺬَﺍ ﻣِﺜْﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﻠَﻎَ ﺑِـﻲ . ﻓَﻤَﻠَﺄَ ﺧُﻔَّﻪُ ﺛُﻢَّ ﺃَﻣْﺴَﻜَﻪُ ﺑِﻔِﻴﻪِ ﺛُﻢَّ ﺭَﻗﻰ ﻓَﺴَﻘَﻰ ﺍﻟْﻜَﻠْﺐَ ﻓَﺸَﻜَﺮَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻟَﻪُ ﻓَﻐَﻔَﺮَ ﻟَﻪُ . ﻗَﺎﻟُﻮﺍ : ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ، ﺇِﻥَّ ﻟَﻨَـﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺒَﻬَﺎﺋِﻢِ ﺃَﺟْﺮًﺍ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻓِﻲ ﻛُﻞِّ ﻛَﺒِﺪٍ ﺭَﻃﺒَﺔٍ ﺃَﺟْﺮٌ
“Ketika tengah berjalan, seorang laki-laki mengalami kehausan yang sangat. Dia turun ke suatu sumur dan meminum darinya. Tatkala ia keluar tiba-tiba ia melihat seeokor anjing yang sedang kehausan sehingga menjulurkan lidahnya menjilat-jilat tanah yang basah. Orang itu berkata: “Sungguh anjing ini telah tertimpa (dahaga) seperti yang telah menimpaku.” Ia (turun lagi ke sumur) untuk memenuhi sepatu kulitnya (dengan air) kemudian memegang sepatu itu dengan mulutnya lalu naik dan memberi minum anjing tersebut. Maka Allah SWT berterima kasih terhadap perbuatannya dan memberikan ampunan kepadanya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasullulah, apakah kita mendapat pahala (bila berbuat baik) pada binatang?” Beliau bersabda: “Pada setiap yang memiliki hati yang basah maka ada pahala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
*KENAPA PAKAI BAKAR MENYAN?*
Karena mengikuti sunnah.
Ini dalilnya:
ﺟَﻨِّﺒُﻮﺍ ﻣَﺴَﺎﺟِﺪَﻛُﻢْ ﺻِﺒْﻴَﺎﻧَﻜُﻢْ، ﻭَﺧُﺼُﻮﻣَﺎﺗِﻜُﻢْ ﻭَﺣُﺪُﻭﺩَﻛُﻢْ ﻭَﺷِﺮَﺍﺀَﻛُﻢْ ﻭَﺑَﻴْﻌَﻜُﻢْ ﻭَﺟَﻤِّﺮُﻭﻫَﺎ ﻳَﻮْﻡَ ﺟَﻤْﻌِﻜُﻢْ، ﻭَﺍﺟْﻌَﻠُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺑْﻮَﺍﺑِﻬَﺎ ﻣَﻄَﺎﻫِﺮَﻛُﻢْ
“Jauhkanlah masjid-masjid kalian dari anak-anak kecil kalian, dari pertikaian diantara kalian, pendarahan kalian dan jual beli kamu. Ukuplah masjid-masjid itu pada hari perhimpunan kamu dan jadikanlah pada pintu-pintunya itu alat-alat bersuci kalian. (HR. Imam Al-Thabrani didalam Al-Mu’jram al-Kabir. Ibnu Majah, Abdurrazaq dan Al-Baihaqi juga meriwayatkan dengan redaksi yang hampar sama)
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah pernah menyebutkan dalam kitabnya Siyar A’lam An-Nubala’ (5 /22 ) tentang biografi Nu’aim Bin Abdillah Al-Mujammar, sebagai berikut :
ﻧﻌﻴﻢ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻤﺠﻤﺮ ﺍﻟﻤﺪﻧﻲ ﺍﻟﻔﻘﻴﻪ ، ﻣﻮﻟﻰ ﺁﻝ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ، ﻛﺎﻥ ﻳﺒﺨﺮ ﻣﺴﺠﺪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .
“Nu’aim Bin Abdillah Al-Mujammar, ahli Madinah, seorang faqih, Maula (bekas budak) keluarga Umar Bin Khattab. Ia membakar kemenyan untuk membuat harum Masjid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam”
Masih banyak lagi riwayat-riwayat yang serupa. Dan dari sebagian riwayat-riwayat yang disebutkan ini.
Maka diketahui bahwa penggunaan kemenyan merupakan hal biasa pada masa Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, demikian juga pada masa para sahabat dan seterusnya. Baik sebagai wangi-wangian maupun hal-hal yang bersifat keagamaan.