KOMPAS.com - Banyak orang beranggapan kalau mata uang dengan nilai tertinggi di dunia adalah pound sterling milik Inggris. Saat ini untuk 1 pound sterling bernilai sebesar 1,29 dollar AS.
Namun anggapan tersebut keliru, karena saat ini mata uang dengan nilai tertinggi di dunia dipegang oleh dinar Kuwait.
Dilansir dari Moneyinc, ada sejarah panjang mengapa nilai dinar Kuwait jauh di atas mata uang negara lain. Tingginya nilai tukar dinar Kuwait salah satunya karena negara tersebut menggunakan standar nilai tukar tetap.
Singkatnya, dalam aturan moneter dunia, suatu negara bisa menetapkan tiga jenis rezim nilai tukar mata uang yakni mengambang (floating), tetap (flat), dan campuran di antara keduanya.
Sementara jika menggunakan rezim nilai tukar tetap, maka mata uang akan dipatok ke mata uang tertentu atau pun bisa menggunakan patokan logam mulia seperti cadangan emas.
Pada awalnya, dinar Kuwait menggunakan pound sterling sebagai patokannya. Ini wajar mengingat Inggris pernah menjajah Negara Teluk tersebut. Sepanjang tahun 1975 hingga 2003, Dinar Kuwait dipatok ke sejumlah mata uang kuat di dunia (basket of currencies).
Tingginya nilai mata uang Kuwait lebih karena negara tersebutlah yang menetapkan nilai tukarnya sendiri. Namun selalu ada beberapa pertimbangan untung rugi ketika menetapkan nilai tukar mata uangnya sendiri terhadap mata uang asing.
Itulah sebabnya kekuatan mata uang suatu negara tidak selalu mencerminkan kekuatan ekonomi negara tersebut. Berbeda dengan pound sterling yang nilai mata uangnya perkasa dan juga didukung ekonomi yang kuat dari negara penerbitnya.
Keuntungan Kuwait
Sementara itu dikutip dari Investopedia, Kuwait selama ini berani menetapkan tinggi mata uang dinar miliknya karena lebih dari 80 persen pendapatannya berasal dari ekspor migas.
Ini karena minyak adalah sumber energi terbesar di dunia. Semua negara membutuhkan minyak yang berarti komoditas ini akan selalu dibeli oleh pasar. Saat harganya mencapai titik tertingginya, minyak akan tetap terjual.
Karena minyak adalah komoditas dunia paling mudah dijual. Kuwait juga tak jarang memaksa pembeli minyaknya untuk menggunakan dinar Kuwait dan tak menerima dollar AS. Negara itu tak perlu membuat mata uangnya rendah karena selalu ada pembeli yang mengantre untuk membeli minyaknya.
Bandingkan dengan negara non-penghasil minyak yang menggantungkan ekspor pada non-migas. Menetapkan nilai tukar mata uangnya terlalu tinggi akan membuat bumerang bagi perdagangan internasionalnya.
Menetapkan tinggi rendahnya nilai mata uang adalah taktik. Seperti China yang lebih menyukai mata uangnya tetap rendah agar barang impornya bernilai lebih murah di negara lain.
Itu sebabnya pula, banyak negara-negara Teluk pengekspor minyak memiliki mata uang dengan nilai tukar tinggi. Hingga saat ini, 4 mata uang dengan nilai tukar tertinggi di dunia dipegang oleh negara penghasil minyal. Mata uang tertinggi setelah Kuwait yakni dinar Bahrain dengan nilai untuk setiap dinarnya setara dengan 2,66 dollar AS.
Di peringkat ketiga mata uang dengan nilai tertinggi ditempati rial Oman dengan nilai 2,6 dollar, lalu dinar Yordania dengan nilai 1,41 dollar AS untuk setiap 1 dinarnya.
Dengan kata lain, meski menguntungkan bagi Kuwait, membuat nilai tukar mata uangnya tinggi tak selalu menguntungkan untuk negara lainnya. Dengan nilai mata uang yang tinggi, berarti beban berat bagi mata uang tersebut.
Kuwait menetapkan tingginya nilai mata uang dinar miliknya yang kemudian dipatok tetap ke mata uang negara lain yang dianggap kuat, tak lain untuk membuat ekonomi negara tersebut lebih stabil.
Selain itu, Kuwait sendiri merupakan negara kecil, yang artinya orang-orang di luar Kuwait tak banyak yang menggunakan dinar Kuwait. Sehingga hampir tak ada spekulan mata uang dinar Kuwait.
Selain itu, pemerintah Kuwait menggunakan dana dari penjualan minyaknya untuk investasi yang dikelola Kuwait Investment Authority (KIA). Artinya dengan mata uang yang tetap, Kuwait mengambil keuntungan yang besar dari penjualan minyaknya.