Banyak para kiai di Nusantara ini yang sebetulnya masih dzurriyyah Rasulullah saw, namun para leluhur mereka sudah menghilangkan atribut-atribut para saadah, bahkan tak jarang yang membakar ranji atau kertas yang bertuliskan silsilah nasab mereka, juga sering mereka bernama ganda, nama arab dan nama jawa, juga hidung mereka banyak yang sudah pesek karena menikah dengan pribumi jawa.
Menurut saya, itu adalah pembauran mereka dengan lingkungan. Menghilangkan sekat yang memisahkan antara pribumi dengan orang arab yang sebelum era walisongo sudah banyak di Nusantara ini namun tidak mampu menyebarkan Islam seperti walisongo yang menggunakan strategi membaur. Kyai nusantara sudah tidak ada aroma arabnya sehingga lebih akrab dengan ummat, mereka menjadikan nusantara sebagai tanah air mereka, bahkan mereka tak jarang yang tak bisa percakapan bahasa arab. Itulah para kyai saya, kyai jawa yang memahami Islam di jawa.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1422535834453533&set=gm.698288713662193&type=3
Menurut saya, itu adalah pembauran mereka dengan lingkungan. Menghilangkan sekat yang memisahkan antara pribumi dengan orang arab yang sebelum era walisongo sudah banyak di Nusantara ini namun tidak mampu menyebarkan Islam seperti walisongo yang menggunakan strategi membaur. Kyai nusantara sudah tidak ada aroma arabnya sehingga lebih akrab dengan ummat, mereka menjadikan nusantara sebagai tanah air mereka, bahkan mereka tak jarang yang tak bisa percakapan bahasa arab. Itulah para kyai saya, kyai jawa yang memahami Islam di jawa.
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1422535834453533&set=gm.698288713662193&type=3