Nilai karya teater dan karya seni lainnya
terletak pada keunikannya. Istilah lain dapat disebut orisinal. Artinya, karya
seni itu tidak ada duanya dan belum pernah diciptakan atau digagas orang lain
sebelumnya. Sesuatu yang unik adalah sesuatu yang lain daripada yang lain, utuh
ciptaan sesorang (seniman) atau kelompok seniman yang tergabung dalam suatu produk
karya seni. Keutuhan, orisinalitas, keunikan merupakan hal-hal yang menjadi
target capaian dalam proses karya cipta seni. Keunikan bukan semata-mata
dambaan seorang atau kelompok pencipta seni, melainkan juga harapan dan
tuntutan apresiator seni.
Sebuah karya seni Teater diproduksi untuk
disajikan kepada masyarakat penonton. Antara karya yang diciptakan oleh penggarap
dengan penonton, terselip sebuah tujuan, yaitu komunikasi. Apa yang
dikomunikasikan adalah
Dilihat dari bentuk fisiknya, pentas atau
panggung tempat pertunjukan di Indonesia pada garis besarnya ada dua. Pertama
adalah pentas yang berbentuk prosenium yang disebut juga teater prosenium. Ciri-cirinya adalah bahwa bentuk pentas ini
senantiasa terdapat jarak antara tempat permainan dengan tempat penonton. Jarak
tersebut nampak pada ketinggian tempat permainan (panggung) dengan tempat
penonton tidak sama. Tempat permainan biasanya lebih tinggi atau lebih rendah
dari tempat penonton. Maksudnya agar peristiwa yang terjadi di atas panggung
nampak jelas di mata penonton. Di samping terdapat perbedaan ketinggian, juga
biasanya antara tempat permainan dengan tempat penonton dibatasi oleh layar
penutup. Layar ini berfungsi sebagai tanda dimulainya pertunjukan dengan cara
dibuka, serta tanda pertunjukan berakhir dengan cara ditutup. Teknik tutup buka
layar ada yang ditarik oleh petugas yang berada di samping kiri-kanan panggung,
ada juga yang hidrolik, menggunakan tenaga listrik, tinggal pijit kenop saja
secara otomatis layar akan bergerak menutup atau membuka. Bentuk fisik pentas
prosenium banyak terdapat di gedung-gedung pertunjukan yang biasanya di
kotakota besar. Bentuk yang kedua adalah apa yang disebut pentas arena atau teater arena.
Bentuk pentas ini berbeda dengan bentuk pentas prosenium.
Pentas arena merupakan tempat terbuka, tidak ada
dinding penyekat, serta tidak ada perbedaan ketinggian lantai yang dipergunakan
untuk permainan dengan lantai untuk tempat penonton. Bentuknya biasanya tapal
kuda atau lingkaran. Antara pemain dengan penonton tidak terdapat jarak.
Penonton dapat berkomunikasi langsung dengan pemain atau sebaliknya. Bentuk
teater ini biasanya dipergunakan untuk pentas teater rakyat atau teater
tradisional. ide-ide atau gagasan-gagasan seni. Komunikasi dapat terwujud
apabila ada kesesuaian antara karya cipta teater dengan tingkat apresiasi
penontonya.
Dengan kata lain bahwa antara karya seni teater
dengan penontonnya harus ada kesesuaian. Oleh karena demikian, dalam penyajian
teater senantiasa mempertimbangkan unsur-unsurnya hingga terwujud sebuah
komunikasi.
Lingkup kerja yang menjadi tanggung jawab penata
pentas adalah:
1. Menata ruang untuk permainan.
2. Menata cahaya untuk memberikan suasana serta
menerangi permainan.
3. Menata suara (agar suara vokal para pemain
serta suara musik dapat terdengar jelas dan enak ditelinga penonton). Oleh
karena itu perlu ditata sedemikian rupa.
4. Menata ruang tempat penonton agar penonton
dapat menyaksikan pertunjukan dengan nyaman dan tertib, maka harus ditata dan
disesuaikan dengan daya tampung ruangan yang dipergunakan.
5. Menata pintu masuk serta pintu keluar untuk
para penonton agar berjalan dengan tertib. Pada waktu penonton masuk harus
dipandu oleh panitia atau seksi yang bertugas untuk menerima tamu (biasanya di
ruang loby). Kemudian dipandu dan diantar oleh petugas sampai pada tempat yang disediakan.
Unsur ketiga adalah pemain. Yang dimaksud dengan pemain
adalah orang-orang yang tergabung dalam sebuah tim kerja untuk memproduksi
karya pertunjukan. Ada pemain yang muncul di atas panggung disebut pemeran dan
ada pemain yang berada di belakang layar. Walaupun tidak muncul di atas
panggung, namun mereka sama-sama memiliki peran penting dalam pertunjukan.
Contohnya: sutradara, penata pentas, penata musik, penata tari, serta
penata-penata lainnya. Mereka ini biasanya tidak menjadi pemeran tokoh yang
harus muncul di atas panggung. Kecuali dalam keadaan terpaksa karena kekurangan
pemain. Namun peran mereka di belakang layar sungguh sangat penting untuk
terwujudnya sebuah garapan Teater.
Kerja sama dalam tim harus terjalin dengan baik
dari berbagai unsur, karena tanpa itu maka pertunjukan Teater tidak akan berjalan
dengan lancar. Semua pemain dalam kerja teater penting.
Unsur keempat, yaitu sutradara. Orang yang pertama menemukan
naskah yang akan digarap dalam bentuk pertunjukan adalah sutradara. Dia adalah seniman
penafsir pertama terhadap naskah yang akan dipentaskan. Gagasangagasannya kemudian
disosialisasikan kepada calon-calon pemain atau calon-calon penata. Sehubungan
dengan sangat luasnya tugas dan tanggung jawab seorang sutradara, maka akan
dibahas secara khusus pada bagian berikutnya. Dalam karya cipta teater,
kahadiran sutradara sangat penting. Orang yang pertama menafsirkan naskah ke
dalam bentuk pertunjukan teater adalah sutradara. Oleh karena demikian jika
tidak ada sutradara, maka tidak ada gagasan untuk mementaskan teater atau
drama. Sehubungan bahwa sutradara adalah orang yang pertama membaca dan
memahami naskah, maka sutradara dianggap orang yang paling tahu tentang isi
ceritera atau naskah yang akan dipentaskan. Fungsi sutradara dalam karya cipta
teater adalah penggagas pertama dalam mewujudkan karya pertunjukan, penafsir
pertama terhadap naskah yang akan digarap, serta koordinator dalam melaksanakan
kerja kolektif. Setelah memahami naskah, melalui analisis peran-peran tokoh yang
terdapat dalam naskah, tempat dan waktu peristiwa, maka sutradara akan
menghimpun orang-orang yang berminat untuk diajak kerja sama dalam produksi
teater. Tugas yang paling berat bagi sutradara adalah mengatur laku.
Tugas tersebut adalah merupakan tugas pokok bagi
seorang sutradara, karena melalui para pemainlah gagasan-gagasan sutradara
dapat dikomunikasikan langsung kepada penonton.
Unsur kelima adalah properti. Dalam permainan Teater, di
samping mengoptimalkan kemampuan para pemeran di bidang akting, juga dibantu oleh
perlengkapan lain untuk membantu menjelaskan maksud yang terkandung dalam
naskah. Perlengkapan tersebut dapat berupa benda-benda yang dihadirkan di atas
panggung, atau juga benda-benda yang dipegang oleh para aktris dan aktor untuk
mendukung permainannya. Properti yang diletakan di atas pentas untuk kebutuhan
pementasan disebut stageprop (perlengkapan panggung), sedangkan yang dipegang
atau dibawa oleh aktor dan aktris disebut handprop. Misalnya, dalam sebuah adegan drama yang menceriterakan
peristiwa yang terjadi di sebuah dapur pada sebuah rumah di desa. Untuk itu,
barang-barang yang harus hadir di pentas adalah barangbarang yang menjadi ciri
khas dan terdapat di dapur. Contohnya: tungku api, panci, wajan, serta perkakas
masak lainnya. Walaupun tidak ada katakata yang menjelaskan tentang tempat
peristiwa tadi, hanya dengan melihat barang-barang yang terdapat di atas
pentas, secara cepat para penonton akan menafsirkan bahwa itu adalah dapur.
Adapun perlengkapan yang dibawa atau dipegang oleh aktor atau aktris, fungsinya
untuk menegaskan status atau profesi. Kalau ada seorang pemeran muncul di atas
panggung dengan membawa cangkul, para penonton akan menafsirkan ganda, yaitu
petani atau tukang cangkul. Oleh karena itu supaya tegas, tidak terjadi
penafsiran ganda di pihak penonton, maka alat itu harus dimainkan sebagaimana
mestinya. Kalau pemain itu memerankan seorang petani, maka biasanya cangkul itu
menjadi handprof yang digunakan petani Indonesia untuk
mencangkul. Lain halnya apabila seorang pemain memerankan seorang tukang
cangkul, maka dia harus memperlakukan cangkul sebagai barang dagangan, dengan
cara dijajagan atau ditawarkan. Status tokoh selain dipertegas oleh properti
juga biasanya kostum serta rias sudah sangat membantu dalam penampilannya.