Habib Ja’far Bin Baghir Alathos
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على سيد المرسلين
والإمامالمتقينسيدنَاو حبَيبينَاوقُرَّةَ أَعْيُنِنَا
والإمامالمتقينسيدنَاو حبَيبينَاوقُرَّةَ أَعْيُنِنَا
ونور قلوبنا محمد وعلى آله وصحبهأجمعين
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Hadirin hadirot wa bil
khusus para Habaib para alim ulama, para tokoh masyarakat wa bil khusus
Sayyidil Walid Akhinal Fadhil Alhabib Hud Bin Baghir Bin Abdullah Bin
Salim Alathos mata’anallah wa iyyakum bitulihayati semoga Allah SWT
panjangkan umur beliau sehatkan badan beliau diberikan keberkahan ilmu
keberkahan keturunan rizqi keberkahan dunia akhirat (aamiinn amiinnn yaa
robbal ‘alamiinnn), kemudian juga yang lainnya yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu yang laki yang prempuan, yang tua yang muda, yang
anak-anak bahkan yang kita niatkan didalam diri kita yang kita taruh
didalam sanubari kita dari keluarga kita, family kita, kerabat kita,
tatangga kita, ummat Nabi Besar Muhammad SAW, Allah SWT terus curahkan
pemberian-pemberiannya yang terbesar yang dari doa Rasulullah SAW, juga
kita mendapatkan maghfirah dari Allah SWT juga mendapatkan Taufiq dari
Allah SWT berkat doa langsung dari Rasulullah SAW dalam keberkahan bulan
sya’ban dan mudah-mudahan kita disampaikan semua masuk kedalam bulan
puasa Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiyah panjang umur dalam ta’at
kepada Allah SWT dan menggapai Ridwanallahil akbar (amiinn amiinn amiinn
yaa robbal’alamiin).
Kita berada dalam awal
bulan sya’ban, bulan yang diajakn kita banyak bersholawat kepada
Baginda kita Muhammad Rasulullah SAW, juga bulan yang kita juga diajak
oleh ulama-ulama kita untuk banyak mendoakan para arwah orang tua kita,
kerabat kita, family kita, keluarga kita, ummat Nabi Besar Muhammad SAW
agar Allah SWT berikan daripada ampunan juga keridhoan Allah SWT di alam
kubur mereka yang mudah-mudahan yang dinamakan ini bulan Rowah oleh
orang-orang betawi jadi bulan penyemangat kita untuk kita benar-benar
memacu diri kita untuk menyambut datangnya bulan Puasa Ramadhan yang
dahulu para ulam kita 6 bulan sebelumnya udah siap-siap untuk rindu
dengan masuknya bulan Ramadhan, paling tidak kalo orang kita bilang
“Sya’ban ini memacu benar-benar” sehingga kita dingatkan dengan
menghadiri ziarah kubur mendoakan orang-orang tua kita dan terus
mempelajari mengambil faedah dari ziarah kita dar orang-orang yang telah
mendahuli kita bahwa kita akan sama seperti mereka, bahwa kita juga
akan dipanggil oleh Allah SWT, paling tidak itu memacu semngat kita
untuk benar-benar beribadah maksimal kepada Allah SWT dan kita datang
bulan Ramadhan dalam kekuatan beribadah maksimal kepada Allah SWT,
karena pahala yang berlipat-lipat ganda disediakan oleh Allah SWT. Mudah
–mudahan Allah SWT berikan Taufiq hidayah selalu kepada kita (aammiinn
yaa robbal’alamin).
Kemarin kita masuk
masuk pelajaran kita didalam kitab Safinntunnajah, kemarin kita bahas
Rukun islam ada 5, ini awalan yang patut benar-benar kita sebagai muslim
faham mengerti bahwa kita punya tanggung jawab didalam syariat Allah
SWT yang merupakan pondasi-pondasinya 5 ini, walaupun tanggung jawab
dalam beragama islam banyak sekali, tapi yang merupakan rukun-rukunnya
yaitu ada 5 ini, bahkan yang paling berat yaitu yang dikaitkan dengan
Isra’ wal Mi’rajnya Rasulullah SAW yaitu masalah “Assholah” yang
merupakan wasiat terakhir Rasulullah SAW :
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ الْمِقْدَامِ، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ،
سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ،
قَالَ: كَانَتْ عَامَّةُ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
حِينَ حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ وَهُوَ يُغَرْغِرُ بِنَفْسِهِ: ” الصَّلَاةَ
وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
Telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Al-Miqdaam, telah menceritakan kepada
kami Al-Mu’tamir bin Sulaimaan, aku mendengar Ayahku menceritakan, dari
Qataadah, dari Anas bin Maalik -radhiyallaahu ‘anhu-, ia berkata,
“Wasiat Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam secara umum ketika
beliau akan wafat menjelang sakaratul maut adalah, “Shalat, dan
hamba-hamba sahaya yang kalian miliki.”
[Sunan Ibnu Maajah no. 2697]
[Sunan Ibnu Maajah no. 2697]
Sholat, sholat, dan
tanggung jawab kalian terhadap budak-budak kalian, wanita-wanita kalian,
anak-anak wanita kalian istri kalian dan pembantu-pembantu budak
kalian. Menjadi pandangan khusus dari Rasulullah SAW di akhir hidupnya
sehingga perhatian beliau untuk kita semua bener-bener perhatian lebih
untuk masalah sholat kita, kalau rukun pertama yaitu Syahadat :
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Tiada Tuhan Selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT”
Yang kemarin telah
kita bahas bahwa Syahadat ada 3 tahap, yaitu ada yang Syahadat Badaniah,
hanya lisan itu yang merupakan patokan manusia dianggap islam secara
hukum dhohir, dan berbicara mengucapkan Syahadat:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Tiada Tuhan Selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT”
Maka dijadikan untuk
sahnya keimanan seseorang dan dianggap orang itu sebagai seorang muslim
dengan dia Syahadat, tapi ingat! Harus terus dinaikkan levelnya, harus
ditingkatin sampai benar-benar keluarnya dari nurani kita hati kita,
sampai nanti Syahadat tersebut menjadi bukan lagi dengan lidah tapi
seluruh tubuh kita sudah bersyahadat kepada Allah SWT, hati kita juga
pun yang merupakan tempat pandangan Allah SWT benar-benar bersyahadat
kepada Allah SWT, dan kemudian rohani kita bersyahadat kepada Allah SWT
yang merupakan rukun agama kita yang merupakan dalil daripada yang
ditanyakan sayyidina Jibril kepada Rasulullah SAW didalam hadits Jibril
dimana Rasulullah SAW ditanya tentang islam yaituYang pertama Syahadat :
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ
“Tiada Tuhan Selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT”
Yang
kedua yaitu Sholat, Sholat didalam semua madzhab kecuali kita madzhab
Imam Syafi’i masih ada keringanan, kalau yang lain mengambil secara
dhohir, kebanyakan ngambil hadits:
العَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلاَةُ فَمَنْ تَركَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat. Siapa yang meninggalkan shalat maka telah kafir (HR. Tirmidzi)
“Siapa
orang yang meninggalkan sholat secara sengaja maka dia telah kufur
secara terang-terangan”. Kebanyakan Ahlussunah Wal Jamaah imam Madzhab
mengatakan kufur dan wajib dia bersyahadat lagi. Kecuali Madzhab imam
Syafi’i, jikalau dia hanya sengaja meninggalkan sholat karena malas
masih dikasih toleransi sampai 3 hari, dimintain ampunan taubat kepada
Allah SWT selama 3 hari, kalau dia masih tidak mau melakukan sholat
karena malasnya berhari-hari 3 hari, maka dia dibunuh dipenggal walaupun
itu yang melakukan hakim islam. Kita ini masalahnya belum bisa
membedakan mana hakim, mana alim, mana mufti ketiganya itu beda dan itu
pembahasan yang bukan pada tempatnya sekarang kita bahas. Kita harus
bisa membedakan, Jadi ada hakim islam dia yang menentukan yang memfonis
(potong tangan, penggal leher, cambukan) semua hukuman dia yang
menentukan, tidak bisa diserahkan kepada mufti dinergeri seseorang. Atau
orang alim, karena orang alim yang berbicara seperti saya yang
mengatakan 3 hari dia meninggalkan sholat berturut-turut maka hukumnya
dipenggal, kemudian besok banyak yang mati? Lalu saya yang dituntut?
Tidak bisa seperti itu, karena harus membedakan antara penyampaian
Bayyan dan Ifta’ Fatwa seorang Ulama, kemudian Hukum Fonis dari Ghodi’.
Ghodi’ ini seorang yang harus ditunjuk oleh pemerintah islam, kalau
kita kan Pancasila, kalau mau jadi pancasila jangan mengutak ngatik
daripada hukum kita yang berkaitan dengan hukum kita yang berkaitan
dengan masalah Syariat Allah SWT , kita punya konstitusi Pancasila
walaupun secara praktek sebagai muslim kita menjalankan semua Syariat
Allah SWT, tidak boleh kita keluar dari garis yang digariskan oleh Allah
SWT tapi kita mengikuti perintah daripada hukumah pemerintah kita, itu
kewajiban yang diwajibkan juga setelah perindah Allah SWT dan RasulNya
kita jalankan baru kita harus Ta’at kepada pemerintah kita, walaupun
pemerintah kita itu Budak Ethopia yang Dholim yang keras yang menekan
kita selama tidak mengajak kita kepada Kufur membawa kepada kekufuran
yang terang-terangan (dilarang kita sholat, dilarang kita puasa) dengan
Dalil-dalil yang Qod’ih, semua dalil-dalil qod’ih apabila pemerintah
kita melarang kita melakukannya maka kita boleh memerangi pemerintah,
selama masalahnya Dzonni, selama masalahnya Furuiyyat, selama masalahnya
Ikhtilaful ulama maka tidak bisa kita menentang dari pemerintahan kita,
kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk taat kepada pemerintah kita.
Ini
Sholat hukumnya 3 daripada Imamul Madzahib mengatakan hukumnya kafir
bagi orang yang sengaja meninggalkannya kecuali Imamu Syafi’i, Imamu
Syafi’i kalau karena malas dia meninggalkannya maka dimintakan taubat
selama 3 hari, kalau tidak dia dibunuh dipenggal dengan fonis dari
Ghodi’ yang ditunjung oleh pemerintah Islam, dia menentukan untuk
memfonis orang tersebut dengan penggal kepalanya dan dikuburkan di
tempat pemakaman orang islam, itu Madzhab Kita Imam Syafi’i. Tapi kalau
meninggalkannya karena ingkar kewajiban (contoh: “Aku tidak wajib
Sholat, aku ga wajib Sholat Dzuhur, aku tidak wajib Shlat Ashar) tanpa
Udzurnya, itu termasuk pengingkaran pembangkangan terhadap Allah SWT
maka itu orang Kafir, dihukumkan oleh Imam Syafi’i. Mudah-mudahan kita
bener-bener jaga diri kita, kalau sudah 3 Madzhab memfonis kita dengan
kafir dan wajib kita untuk bersyahadat lagi maka Naudzubillahimindzalik
kalau kita masih meremehkan masalah Sholat.
Kemudian
zakat, kenapa katanya kok hakim yang paling keras hukum sholat didalam
masalah yang berkaitan dengan hukum islam? karena masalah Zakat masalah
puasa sulit untuk pebuktiannya hakim, kalau sholat bisa di buktikan,
tapi kalau puasa ada alasannya mungkin saja dia sakit, mungkin saja bisa
menghindar atau mengelak daripada alasan-alasan yang bisa dibuat-buat,
tapi kalau sholat tidak bisa, maka hakim memaksa orang tersebut untuk
minta taubat, sedangkan yang lainnya haji itu jikalau mampu, kalau tidak
mampu maka tidak wajib haji. Lalu zakat kalau dia bukan orang-orang
yang punya kelebihan, kalau dia orang yang fakir yang miskin yang berhak
menerima zakat maka belum tentu dia harus mengeluarkan zakat. Tapi
kalau Sholat hakim wajib dia menekan orang yang meninggalkan sholat
untuk melaksanakan sholat perintah Allah SWT, karena kita tau sholat ini
menerima perintahnya langsung didalam kalimat yang sangat istimewa
yaitu undangan Allah SWT diterima oleh Rasulullah SAW untuk mengambil
mi’raj untuk ummatnya kepada Allah SWT dengan melakukan Assholah
“Sholat”.
“Sholat adalah hubungan antara seorang hamba denga Tuhannya”
Kemarin
kita sudah bahas menunaikan zakat, kita tidak akan uraikan disini
karena Babnya sendiri-sendiri ada Sholat, zakat, puasa, haji itu ada
sendiri-sendiri . Menunaikan Zakat, mendirikan Sholat dengan rukun dan
syarat-syarat menjaganya secara maksimal dengan hukm yang disahkan
untuk melakukan sholatnya, karena hukum islam hukum Dhohir, kemarin Al
islam Al indhiyat wa ist tislam bil ahkami syar’iyatil amaliyah (tunduk
patuh dengan hukum-hukum islam yang dhohir yang sifatnya Amalan)
amalan-amalan Dhohir itu yang dimintakan didalam masalah islam secara
badaniah kita/ibadah Badaniah kita.
Sekarang kita masuk
kedalam ibadah Qolbiyah, ibadah yang dari hati. Nah ini yang menentukan
sebenarnya keislaman seseorang itu jujur/tidak, karena mungkin orang
sholat mungkin orang ibadah badannya beribadah tetapi hatinya tidak itu
dinamakan dengan Annifaq.
Yudzhirul islam wa yudzminu kufrah
“Dia tampakkan keislamannya tapi dia pendam disembunykan kekafiran didalam hatinya”
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ
“Di
antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman.”
QS. al-Baqarah (2) : 8
QS. al-Baqarah (2) : 8
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”
QS. al-Baqarah (2) : 9
QS. al-Baqarah (2) : 9
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
QS. al-Baqarah (2) : 10
QS. al-Baqarah (2) : 10
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
Dan
bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan.”
QS. al-Baqarah (2) : 11
QS. al-Baqarah (2) : 11
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”
QS. al-Baqarah (2) : 12
QS. al-Baqarah (2) : 12
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ
Apabila
dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain
telah beriman. Mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana
orang-orang yang bodoh itu telah beriman? “Ingatlah, sesungguhnya
merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.”
QS. al-Baqarah (2) : 13
QS. al-Baqarah (2) : 13
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan
bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan:
” Kami telah beriman “. Dan bila mereka kembali kepada
syaithan-syaithan mereka, mereka mengatakan: ” Sesungguhnya kami
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok “.
QS. al-Baqarah (2) : 14
QS. al-Baqarah (2) : 14
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terumbang-ambing dalam kesesatan mereka.”
QS. al-Baqarah (2) : 15
QS. al-Baqarah (2) : 15
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
“Mereka
itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.”
QS. al-Baqarah (2) : 16
QS. al-Baqarah (2) : 16
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُونَ
“Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu
menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka,
dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”
QS. al-Baqarah (2) : 17
QS. al-Baqarah (2) : 17
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَرْجِعُونَ
“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”
QS. al-Baqarah (2) : 18
أَوْ
كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ
أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ
وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ
“Atau
seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai
gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak
jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan
Allah meliputi orang-orang kafir.”
QS. al-Baqarah (2) : 19
QS. al-Baqarah (2) : 19
يَكَادُ
الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ
وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ
بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Hampir-hampir
kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari
mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa
mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia
melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
berkuasa atas segala sesuatu.”
QS. al-Baqarah (2) : 20
QS. al-Baqarah (2) : 20
Golonganmunafik ini
lebih berbahaya, dari sekedar kafir aja, kalau islam lawannya kafir
kalau iman mu’min lawannya munafik, ini lebih dahsyat dari pada orang
kafir.
إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah
dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang
penolongpun bagi mereka.”
QS. At-Taubah [9] : 68
Bagian
yang terbawah daripada neraka jahanamnya Allah SWT yaitu orang-orang
yang munafik. Kalau orang-orang munafik ini sudah bertemu dengan
orang-orang yang beriman dia mengatakan “Saya beriman” kalau dia bertemu
dengan kawan setan-setannya kalau dia berjumpa dengan orang yang udah
berfiatnya setan maka dia mengatakan “aku bersama kalian, kami hanya
meledek mereka hanya mengolok-olok mereka doang”, Allah SWT yang
membalas omongan mereka sesungguhnya Allah SWT yang lagi meledek dia,
merendahkan dia, menghinakan dia, dan Allah SWT lagi ulur dia didalam
kegelapan Hatinya dia buta daripada sinar cahaya iman yang diberikan
Allah SWT.
Pada hakikatnya dia
yang dibodohin oleh Allah SWT, yang di butakan oleh Allah SWT walaupun
mereka merasa dirinya yang menipu orang, meledek orang, membutakan
orang, menghiknakan orang, mengolok-olok orang lain sesama muslimnya,
sesama orang-orang yang berimannya. Ini Arkanul Iman, karena iman itu
urusan Hati.
Kemarin
saya sudah kasih perumpamaan Isra’ Mi’rajnya Nabi SAW, Isra’ ialah
perjalanan Badaniah yang dilakukan oleh Nabi SAW dan ibadah Badaniah
bisa diambil dalilnya dengan akal, bisa diambil penjelasannya melalui
akal, Isra’ diwaktu dahulu Nabi SAW kalau terjadinya dimasa kita,
dizaman kita bisa cerna dengan gampang, karena perjalanan dari mekkah ke
palestina Masjidil Aqsa yaitu 20.000Km tidak sampai 1 setengah jam
mungkin kalau naik pesawat, kalau naik pesawatnya Zet Tempur/Sukoi
mungkin 15 menit, sekarang lagi di gempur habis-habisan Syuriah
(Naudzubilla min Ghodo billah) mudah-mudahan Allah SWT angkata bala dan
musibah untuk saudara-saudara kita di Syuriah (ammiinnn amminnn ammiinn
yaa Robbal ‘Alamiin). Kecepatan peswat itu cepat, Perkataan Imam Ahmad
Almanshur dan Syeikh Muhammad Amin AlSunkity beliau mengatakan “Nabi SAW
naik Buroq ke palestina itu bukan karena Nabi SAW perlu dengan Buroq
tapi Nabi SAW perlu mengurangi kecepatan dirinya, karena Nabi SAW
mempunyai jati diri yang terbuat dari NurNya Allah SWT, mempunyai
kecepatan cahaya yang begitu dahsyat” kata beliau “kalau kecepatan
matahari saja itu 300.000Km/detik, kalau dari mekkah ke Masjidil Aqso
hanya 20.000Km, itu cahaya matahari namun apakah cahaya Rasulullah
kurang lebih cepat daripada matahari? Tentu saja cahayanya Rasulullah
SAW berganda-ganda, cahayanya matahari tidak bisa menembus cahayanya
Rasulullah SAW, makanya Rasulullah SAW tidak pernah ada bayangan karena
matahari kalah cahayanya dengan Rasulullah SAW. Jadi diperlukan buroq
untuk memperlambat kecepatan Rasulullah SAW, itu secara terori, ini
ibadah badaniah kalau terjadinya dimasa kita mungkin kita tidak
heran/tidak ragu, kenapa? Karena bisa dicerna oleh akal. Tapi ketika
kita berbicara mi’raj maka buroq tidak ikut campur lagi, buroq diikat
ditempat ikatan para Nabi yang berkumpul di Masjidil Aqso, Buroq itu
diikat oleh jibril dan Buroq itu menunggu di Palestina, sedangkan Nabi
SAW memakai kecepatan dirinya bersama dengan Sayyidina Jibril dan
akhirnya Jibril mundur tidak mampu menembus lagi ruang cahaya yang Allah
SWT berikan. Kata Rasulullah SAW :
Setelah melewati 7
lapis langit dengan kecepatan yang Allah SWT berikan didalam tubuh
Sayyidina Rasulullah SAW dan Buroq ini tidak bisa di cerna dengan akal,
yang harus pakai apa? Iman, ibadahnya ibadah hati iman yang harus
berbicara, akal tidak bisa tembus. Mu’jizat semuanya tidak bisa dicerna
dengan baik oleh akal, walaupun zaman sekarang orang suka
membias-biaskan mencari jalan ilmiahnya, tapi tetap tidak bisa sama
persis hasil Mu’jizat yang Allah SWT berikan kepada Para Nabi dan Rasul.
Nabi SAW Mi’raj dari langit pertama lalu langit kedua dikatakan oleh
ulama, kalau kita sekarang bilang sekarang yaitu Lift, disediakan Lift
yang otomatis dari Allah SWT turun dari langit dengan kecepatan Cahaya
naik Rasulullah SAW. Dan beliau Syeikh Muhammad Amin AlSunkity dan Imam
Ahmad Almanshur mengatakan “lebih dahsayatnya lagi kenapa dipilih
palestina? Kenapa tidak dimekkah saja?” sekarang dibuktikan oleh
orang-orang barat,orang amerika yang menerbangkan pesawat-pesawat luar
angkasa mereka yang menerbangkan satelit-satelit mereka menembus langit
yang menurut mereka itu langit, walaupun ulama kita mengatakan itu belum
sampai langit pertama yang mereka tembus, mereka mengatakan langit yang
berada diaatas atmosfir ini ternyata ada pintu-pintu terbuka/ruang
terbuka untuk masuk persawat antariksa untuk melewati daripada garis
yang sudah melewati atmosfir kita, dia baru menemukannya sekarang tetapi
Allah SWT sudah katakan kepada Rasulullah SAW sebelum mereka menemukan:
وَفُتِحَتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا
“Dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu”
(QS An Nabaa’ ayat 19)
Dibukakan
langit-langit oleh Allah SWT ternyata berpintu-pintu. Kenapa dipilih
palestina? Karena Palestina adalah tempat banyaknya Nabi-Nabi Allah SWT
dan para Rasul Allah SWT di kuburkan, disitu banyak keberkahan dari
Allah SWT, ingin ditunjukkan oleh Allah SWT sebagaimana firmanNya:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya847 agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui”.
(Q.S. Al Isra’ Ayat 1)
Allah
SWT ingin memperlihatkan kebesarannya mulai dari tempat-tempat yang
diberkahi oleh Allah SWT, yang merupakan tempat berkumpulnya para Nabi
dan Rasul dan para malaikatnya Allah ketika Sholat di dalam Masjidil
Aqso dan banyak para Rasul dikuburkan disitu maka Naik Rasulullah SAW,
dan yang sampai sekarang ada yang namanya batu ngapung , itu batu ketika
Rasulullah SAW naik ke Lift yang dibuat oleh Allah SWT maka itu batu
tidak sabar kepengen ikut naik juga maka mengapung itu batu sampai
sekarang dimasjidil Aqso katanya masih ada, walaupun saya belum kesana
nih tapi sudah banyak banget yang cerita. Batu itu mengapung tetap di
tempat udaranya karena mau mengikut Rasulullah SAW dan banyak yang kita
dengar bahwa semua yang melekat pada Rasulullah SAW ngikut semua dengan
Rasulullah SAW melebihi kecepatannya Jibril, karena apa? Bersatu dengan
Rasulullah, menyatu dikulitnya Rasulullah SAW mereka ngikut sampai
Sitradul Muntaha sampai kepada Allah SWT maka ikut itu semua pakaiannya
Rasulullah SAW.
Ala
ro’si hadzal qowl na’lu muhammadin ‘alad, fajaabii ul qowl
tahtadzilalihii fa qod nuu diya musa fitturiyakhlaa wa ahmadun fauqol
arsy lam yu’mar bi khol’i ni alihi.
Sendal, diatas semua
alam jagad raya Allah SWT maka naik itu sendalnya Rasulullah SAW.
Semuanya dibawahnya itu sendalnya Rasulullah SAW, kalau Nabi Musa ketika
ingin menghadap Allah SWT disuruh lepas sendalnya Nabi Musa di tempat
yang telah disediakan oleh Allah SWT.
إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى
“Sungguh, Aku adalah Tuhanmu. Lepas kedua sandal mu wahai Musa kau berada di lembah yang suci”
(QS Thaahaa Ayat 12).
Tapi Rasulullah SAW
di atas ‘Arsy nya Allah tidak diperintahkan suruh lepas sendalnya oleh
Allah SWT. Ini yang berbicara harus iman harus hati kita. Alhamdulillah
mudah-mudahan orang disini semuanya orang-orang yang beriman sama Allah
SWT, kalau sudah menimba ilmu bertahun-tahun masih islam aja masih mikir
aja masih gunain akal aja, ga akan maju-maju itu iman yang ada didalam
dirinya karena masih meragukan segala yang Allah SWT berikan
kehebatannya didalam diri Rasulullah SWT, hati-hati jangan sampai jatuh
kepada Nifaq kepada penyakit, kalau memang dasarnya ada penyakit didalam
hati maka sudah tidak akan baik itulah penyakit Nifaq (Naudzubillah min
Ghodo billah). Mudah-mudahan Allah SWT sucikan badaniah kita hati kita
untuk mengikuti jejaknya Rasulullah SAW beriman kepada Allah SWT
(aammiinnn yaa Robbal’alamiin)
Arkanul
iman, Al iman attasdiq yaitu iman ialah meyakini/mempercayai,
membenarkan, apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW, terutama yang
berkaitan dengan hal-hal Ghoib. Yang pertama Beriman kepada Allah. Yang
ke dua beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, semua selain Allah
SWT mengikut kedalam ke Ghaib-an, Allah SWT tidak sendiri dibuat
kitab-kitabnya/undang-undangnya untuk penyampaian undang-undangnya
dibuat orang yang ngirimnya yaitu malaikat-malaikatnya, untuk sampai
kepada tangan yang akan menyampaikan undang-undangnya di perlukan
manusia-manusia yaitu Rasul-Rasul pilihanNya untuk menyampaikan
undang-undang Allah SWT, kemudian setelah tau undang-undangnya Allah SWT
maka Allah SWT katakan “ada batasan/ketentuan yang harus kalian percaya
benar-benar baik/buruknya benar-benar dari Allah SWT dan hari akhir
yang merupakan nanti tempat pengambilan balasan dari Allah SWT”. Ini
semuanya daripada rukun iman Beriman kepada Allah SWT.Yang ke Tiga yaitu
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, ada yang mengatakan kitab-kitab
Allah SWT berjumlah 104, ada juga yang mengatakan tidak terhitung, yang
seratus diberikan kepada Sayyidina Ibrahim 60 lalu diberikan kepada
Sayyidina Musa 30, kemudian diberikan kepada Sayyidina Daud, dan 4 nya
di berikan lagi kepada Ulul Adzmi daripada Rasul-Rasul Allah SWT yaitu
Zabur kepada Nabi Daud, Taurat kepada Nabi Musa, Injil kepda Nabi Isa,
dan Al Qur’an kepada Rasulullah SAW itu yang wajib kita beriman
dengannya, selain dari yang 4 ini kita wajib percaya tapi tidak wajib
kita mengetahuinya, 104 daripada kitab Allah SWT yang dikatakan oleh
para ulama kita. Yang ke Empat yaitu beriman kepada Rasul-RasulNya yang
berjumlah ada yang mengatakan 314 ada yang mengatakan 315 ada yang
mengatakan 313 tetapi yang wajib kita beriman kepadanya adalah 25 Rasul
yang kita Hafal daripada Nabi Adam AS sampai dengan Rasulullah SAW. Yang
ke Lima yaitu beriman kepada hari akhir, kenapa dinamakan hari akhir?
Karena kita tidak ada lagi malam setelahnya, ini 2 maknanya yaitu
penghabisan seluruh waktu Bumi kita, waktu hari kita atau penghabisan
dari Ajal kita kalau sudah dipanggil sama Allah SWT maka sudah tidak ada
lagi batasannya untuk menambah daripada umur kita. Ada kiamat Sugra
(kecil), ada kiamat Kubra (besar) , kiamat yang kecil yaitu dengan
kematian dan kiamat yang besar yaitu dengan datangnya hari pembangkitan
dan pembalasan dari Allah SWT. Kemudian yang ke Enam yaitu beriman
kepada tadkir Allah SWT, takdir baik maupun takdir buruk dari Allah SWT.
Ke Enam Rukun ini merupakan Amal hati kita, amaliah hati kita selain
kita harus percaya dengan Jin kita harus percaya dengan adanya Syaithon,
percaya dengan tempat-tempat yang Ghaib yang Allah SWT sediakan, tapi
ini semua yang Enam ini merupakan kewajiban Rukun kita untuk beriman
kepada Allah SWT yang intinya ialah Beriman kepada Allah SWT, kalau kita
beriman dengan Allah dengan Syahadat dengan hati kita maka kita baru
dinamakan Mukmin kepada Allah SWT.
Mudah-mudahan
Allah SWT berikan kekuatan keislaman kedalam diri kita, dimasukkan
cahaya iman kedalam diri kita, sehingga kita terus meningkat kedudukan
kita disisi Allah SWT (aammiin Yaa Robbal’alamiin).
Adhanallahu wa iyyakum ajmain
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ