Konsep pergelaran teater meliputi: konsep tata pentas,
konsep tata rias, konsep tata busana, konsep tata cahaya, dan konsep musik
ilustrasi.
Konsep pentas didasari oleh bentuk fisik bangunan panggung.
Bentuk fisik akan berpengaruh pada tata ruang dalam gedung pertunjukan dan
posisi pandang penonton terhadap peristiwa pertunjukan. Ada banyak bentuk fisik
bangunan yang biasa digunakan untuk pertunjukan teater dan seni pertunjukan lainnya.
Namun, secara garis besar hanya ada dua bentuk fisik, yaitu panggung berbatas
dan panggung tidak berbatas. Panggung berbatas seperti halnya panggung
proscenium dimana ada batas antara panggung tempat berlangsungnya pertunjukan
teater dengan tempat duduk penonton. Panggung proscenium biasanya berupa teater
tertutup (beratap). Antara Panggung dengan tempat duduk penonton ada ruang
pembatas berupa orchestra. Deretan tempat duduk penonton semakin kebelakang
semakin tinggi bahkan ada yang menggunakan balkon. Tampak dari tempat duduk
penonton, panggung berkesan seperti dinding yang berlubang segi empat tempat
permainan teater berlangsung. Di kiri-kanan panggung dilengkapi dengan wing serta layar hitam sebagai pembatas keluar masuknya pemain.
Sementara lampu dipasang permanen pada instalasi yang sudah ditentukan. Di
bagian depan panggung terdapat layar (tutup-buka) untuk mengawali dan
mengakhiri pertunjukan.
Di bagian belakang panggung terdapat layar berwarna gelap
(biasanya warna hitam) sebagai pembatas belakang. Panggung proscenium cocok
untuk konsep pertunjukan teater realis karena sangat memungkinkan untuk
memainkan trik panggung membuat suasana seolah-olah seperti yang sebanarnya.
Panggung tidak berbatas adalah panggung yang biasanya digunakan untuk
pertunjukan teater tradisional. Bentuknya bisa berupa pendopo, atau hanya
pelataran saja.
Penonton biasanya lesehan, tidak disediakan tempat duduk
khusus. Bentuknya setengah lingkaran, atau tapal kuda, atau bahkan melingkar mengelilingi
permainan. Antara penonton dan para pemain tidak ada jarak, bahkan dapat berkomunikasi.
Bentuk panggung seperti ini sulit bagi penggarap untuk melakukan trik panggung
atau teknik dan montase karena semuanya nampak dalam penglihatan penonton. Berdasarkan
paparan di atas, mana yang akan anda jadikan konsep pergelaran anda dalam hal
tata pentas.
Rias dalam pergelaran teater pada prinsipnya adalah rias
karakter tokoh yang dihadirkan. Pentingnya rias selain memperkuat perwatakah
tokoh cerita, juga untuk menyembunyikan wajah aslinya para pemain. Bahannya
bisa menggunakan alat-alat kosmetik, bisa juga menggunakan bahan alami sepanjang
tidak berdampak buruk pada wajah dan anggota tubuh lainnya.
Konsepnya bisa realis (sesuai dengan kenyataan), misalnya tokoh
raja dirias seperti raja aslinya, tetapi akan kesulitan mencari rujukannya.
Konsep rias bisa juga surealis, mengandalkan imajinasi dan intuisi penata
walaupun sulit dipahami oleh akal. Bisa juga metaforis misalnya tokoh seorang
koruptor dirias seperti tikusdan seterusnya. Dalam kreativitas berteater tidak
terbatas, bebas, asal bisa dipertanggungjawabkan secara artistik dan penonton
mendapat pengalaman baru.
Konsep busana bergantung pada waktu peristiwa cerita kapan
terjadi, zaman apa, dan siapa. Jika lakon itu menceritakan zaman purba, maka
konsep busananya zaman purba yang minimalis, terbuat dari daun dan kulit pohon.
Jika peristiwa terjadi pada zaman kerajaan, maka konsep busananya menggunakan busana
raja lengkap dengan atributnya serta pernak-pernik yang gemerlapan. Tidak hanya
zaman yang akan memberikan inspirasi konsep busana, waktu dan peristiwa juga.
Waktunya kapan terjadi? Siang atau malam? Dimana? Busana raja yang sedang duduk
di singgahsana berbeda dengan busana raja yang sedang berburu di hutan
belantara. Kita mengenal pakaian yang digunakan di siang hari dan pakaian yang
digunakan di malam hari. Ada pakaian yang digunakan untuk bekerja, ke pesta,
melayat, bahkan pakaian tidur. Upaya yang detail dalam menyikapi konsep busana
akan memperlancar komunikasi estetik dengan penonton.
Fungsi dasar cahaya dalam pergelaran teater adalah menerangi
peristiwa panggung agar nampak dipenglihatan para penonton. Percuma anda
membuat sebuah pertunjukan teater tetapi tidak terlihat oleh penonton. Cahaya
sebagai penerangan adalah fungsi primer, sedangkan fungsi sekundernya adalah memberi
efek atau memberi nuansa, memperkuat, memperlemah, menonjolkan atau
menyembunyikan, bahkan memperkuat suasana dalam adegan. Cahaya dapat berasal
dari matahari, lampu minyak, obor, atau lampu pertunjukan khusus yang sangat
canggih. Kapasitas cahaya sangat bergantung pada kapasitas ruang dimana
pertunjukan itu digelar. Jika pertunjukan dilaksanakan di ruang terbuka pada
siang hari, tidak perlu menggunakan lampu khusus pertunjukan karena akan
sia-sia. Sebaliknya kalau malam hari mungkin perlu ribuan watt untuk menerangi
arena pertunjukan.
Musik sebagai salah satu media ungkap dalam pergelaran
teater. Musik senantiasa hadir dalam setiap pertunjukan teater. Oleh karena
itu, perlu konsep tataan yang sangat penting agar musik tidak sekedar bunyi,
melainkan kekuatan yang menyertai pergelaran teater. Konsep musik untuk
pergelaran teater minimalis atau maksimalis dengan menggunakan perangkat
orchestra besar plus musisinya. Namun kehadiran musik yang terpenting bukan kuantitasnya,
melainkan kualitas dan intensitasnya yang luruh mendukung adegan demi adegan
dalam sebuah struktur pergelaran teater.