pembacadiajak bersikap arif dengan menyelami ranah pelajaran tentang teks cerita fiksi dalam novel. Genre fiksi merupakan jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi.
Cerita fiksi atau cerita rekaan adalah dunia imajinatif. Pada hakikatnya, cerita fiksi itu merupakan hasil olahan imajinasi penulis berdasarkan pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap berbagai peristiwa. Peristiwa itu bisa saja pernah terjadi secara nyata ataupun hanya dalam khayalan penulis saja. Kemudian, dengan kemampuan imajinasi dan keluasan wawasan pengetahuannya, penulis mengungkapkannya kembali dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya.
Penulis tidak sekadar menampilkan kembali fakta yang terjadi dalam kehidupan, melainkan telah membalurinya dengan imajinasi dan wawasannya, sehingga teks cerita fiksi yang dihasilkan tidak sama persis dengan kehidupan nyata. Akan tetapi, tetap saja dalam menghasilkan karyanya, penulis dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam menghasilkan sebuah karya sastra, pengalaman, pengetahuan, dan wawasan penulis sangat menentukan mutu kreasinya.
Kalian pun bisa menulis. Saat kalian hendak menulis, yang paling penting adalah kemauan. Kemauan itu harus selalu dipupuk. Caranya adalah membaca, sebab membaca adalah belajar. Dengan mengarahkan kemauan kalian untuk membaca karya novel yang ada, kalian bisa distimulasi untuk menulis. Oleh sebab itu, jika hendak bicara soal teori menulis, maka teori yang paling tepat adalah setelah membaca karya-karya yang ada, hendaknya langsung menulis dengan menggunakan rasa keindahan dan nalar kebenaran.
Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Dalam hal ini, bahasa tidak saja merupakan media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha manyalurkan kebutuhan keindahan manusia.
Dunia sastra dengan berbagai kerumitannya mencoba pula menyodorkan pemahaman dan kesadaran mengenai situasi dan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Dalam hal ini, sastra bermaksud menawarkan semacam dunia alternatif. Pengarang bermaksud memberi hiburan estetik dan sekalian hendak menyentuh rasa dan nilai kemanusiaan atau sengaja menampilkan sesuatu dengan maksud hendak menggugah pembaca dan kepeduliannya atas kehidupan ini.
Karya sastra tidak jatuh begitu saja dari langit. Karya sastra tersebut diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan yang kreatif bermakna orang yang sanggup menemukan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat, bukan menciptakan nilai-nilai. Kesanggupan sastrawan dalam menemukan nilai-nilai terbaik yang akan dijadikan tema dalam karyanya merupakan suatu hal yang menyangkut mutu kreativitas tersebut.
Berangkat dari asumsi bahwa kelahiran sastra itu tidak lahir dari kekosongan sosial, atau dengan kata lain kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra, maka sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda tetapi dapat saling melengkapi. Dalam kaitan ini, sastra merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya, kemudian dikembangkan dalam karya sastra.
Cerita fiksi atau cerita rekaan adalah dunia imajinatif. Pada hakikatnya, cerita fiksi itu merupakan hasil olahan imajinasi penulis berdasarkan pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap berbagai peristiwa. Peristiwa itu bisa saja pernah terjadi secara nyata ataupun hanya dalam khayalan penulis saja. Kemudian, dengan kemampuan imajinasi dan keluasan wawasan pengetahuannya, penulis mengungkapkannya kembali dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya.
Penulis tidak sekadar menampilkan kembali fakta yang terjadi dalam kehidupan, melainkan telah membalurinya dengan imajinasi dan wawasannya, sehingga teks cerita fiksi yang dihasilkan tidak sama persis dengan kehidupan nyata. Akan tetapi, tetap saja dalam menghasilkan karyanya, penulis dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam menghasilkan sebuah karya sastra, pengalaman, pengetahuan, dan wawasan penulis sangat menentukan mutu kreasinya.
Kalian pun bisa menulis. Saat kalian hendak menulis, yang paling penting adalah kemauan. Kemauan itu harus selalu dipupuk. Caranya adalah membaca, sebab membaca adalah belajar. Dengan mengarahkan kemauan kalian untuk membaca karya novel yang ada, kalian bisa distimulasi untuk menulis. Oleh sebab itu, jika hendak bicara soal teori menulis, maka teori yang paling tepat adalah setelah membaca karya-karya yang ada, hendaknya langsung menulis dengan menggunakan rasa keindahan dan nalar kebenaran.
Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Dalam hal ini, bahasa tidak saja merupakan media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berpikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha manyalurkan kebutuhan keindahan manusia.
Dunia sastra dengan berbagai kerumitannya mencoba pula menyodorkan pemahaman dan kesadaran mengenai situasi dan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Dalam hal ini, sastra bermaksud menawarkan semacam dunia alternatif. Pengarang bermaksud memberi hiburan estetik dan sekalian hendak menyentuh rasa dan nilai kemanusiaan atau sengaja menampilkan sesuatu dengan maksud hendak menggugah pembaca dan kepeduliannya atas kehidupan ini.
Karya sastra tidak jatuh begitu saja dari langit. Karya sastra tersebut diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan yang kreatif bermakna orang yang sanggup menemukan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat, bukan menciptakan nilai-nilai. Kesanggupan sastrawan dalam menemukan nilai-nilai terbaik yang akan dijadikan tema dalam karyanya merupakan suatu hal yang menyangkut mutu kreativitas tersebut.
Berangkat dari asumsi bahwa kelahiran sastra itu tidak lahir dari kekosongan sosial, atau dengan kata lain kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra, maka sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda tetapi dapat saling melengkapi. Dalam kaitan ini, sastra merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya, kemudian dikembangkan dalam karya sastra.