Dibandingkan militer negara tetangga seperti Filipina, Malaysia dan
Thailand, usia TNI boleh dibilang yang termuda. Malaysia sudah memiliki
tentara tempur sejak tahun 1930-an walaupun masih dibawah penjajahan
Inggris, Tentara Filipina yang terbentuk sejak tahun 1900-an dan
Thailand yang dalam sejarahnya tidak pernah terjajah bangsa Eropa.
TNI secara resmi baru terbentuk pada tahun 1945 dengan nama Tentara Keamanan Rakyat. Walau pada masa Belanda dan Jepang sudah ada rekrutmen warga Indonesia menjadi tentara, tapi semuanya belum ada dalam komando pribumi. Embrio pasukan ada, tapi embrio satu komando belum ada.
Sejarah berdirinya TNI adalah sebuah rekor yang belum pernah ada di dunia. Puluhan laskar pejuang ber-fusi menjadi satu kekuatan, melebur ego demi satu tujuan, bila akhirnya ada yang memberontak itupun hanya segelintir. Bandingkan dengan laskar pejuang kemerdekaan India yang justru pecah setelah merdeka, atau para pejuang Afghanistan, para laskar pemberontak Libya dan Syam yang malah saling bertempur setelah tujuan tercapai.
1. Pengalaman Tempur menghadapi Invasi asing.
Ketika akhirnya TNI lahir tahun 1945 dengan nama Tentara Keamanan Rakyat, dalam usia yang masih balita (1946-1949) mereka mampu memberikan perlawanan maha-dahsyat terhadap tentara Inggris dan Belanda.
Dunia waktu itu begitu tercengang dengan kemampuan tempur TNI, bagaimana mungkin tentara yang hanya memakai senjata rampasan dari Jepang mampu merepotkan kekuatan sekutu yang baru saja menjuarai perang dunia ke-II.
Walhasil, tidak ada pilihan bagi negara-negara barat selain menyerah di meja diplomasi dan mengakui Indonesia sebagai negara merdeka lewat Konferensi Meja Bundar tahun 1949. Terserah bila anda menganggap ini sebagai kemenangan pemberian, tapi tanpa perang yang digelorakan TNI dengan gagah berani anda tak akan pernah merdeka.
Perang seperti ini membutuhkan kecerdikan strategi yang jitu dan keberanian yang luar biasa. Perang 10 November Surabaya, Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api dan Serangan Umum 1 Maret telah membuktikan betapa TNI sangat kaya strategi dalam strategi perang. Dan mental kecerdikan dan keberanian akan selalu didoktrin pada generasi militer selanjutnya.
Contoh Negara yang gagal membendung Invasi Asing setelah perang kemerdekaan: China, Mesir, Korea, Afghanistan.
2. Pengalaman tempur menumpas pemberontakan di dalam negeri.
Musuh terbesar dan terberat bagi sebuah bangsa adalah pemberontakan/pengkhianatan dari dalam negeri. Mulai dari PKI, Permesta, RMS, APRA sampai yang terberat DI/TII semuanya berhasil ditumpas oleh TNI. Bahkan Jenderal Perang paling jenius milik Belanda, Westerling dengan sisa-sisa pasukan khususnya “Andjing Nica” juga tak mampu mengalahkan TNI.
Andai presiden mau memasukkan dan mengusulkan OPM sebagai organisasi teroris pada PBB, sebagaimana Hamas oleh Israel dan Macan Tamil oleh pemerintah Srilanka. Maka TNI bisa mengabaikan HAM dalam menumpas sampai habis OPM.
Perang tipikal ini membutuhkan kemampuan intelijen yang luar biasa untuk mengidentifikasi musuh dalam selimut plus (ini rahasia) nafsu membunuh yang dahsyat karena musuh adalah satu suku bangsa bahkan mungkin masih saudara. Jadi teringat salah satu filosofi perang samurai, hanya pasukan yang tak punya hati bisa memberi kemenangan sejati.
Contoh negara yang gagal memadamkan pemberontakan setelah Merdeka: India, Pakistan, Sudan, Yaman,
sumber : http://roda2blog.com/2014/07/16/3/
TNI secara resmi baru terbentuk pada tahun 1945 dengan nama Tentara Keamanan Rakyat. Walau pada masa Belanda dan Jepang sudah ada rekrutmen warga Indonesia menjadi tentara, tapi semuanya belum ada dalam komando pribumi. Embrio pasukan ada, tapi embrio satu komando belum ada.
Sejarah berdirinya TNI adalah sebuah rekor yang belum pernah ada di dunia. Puluhan laskar pejuang ber-fusi menjadi satu kekuatan, melebur ego demi satu tujuan, bila akhirnya ada yang memberontak itupun hanya segelintir. Bandingkan dengan laskar pejuang kemerdekaan India yang justru pecah setelah merdeka, atau para pejuang Afghanistan, para laskar pemberontak Libya dan Syam yang malah saling bertempur setelah tujuan tercapai.
1. Pengalaman Tempur menghadapi Invasi asing.
Ketika akhirnya TNI lahir tahun 1945 dengan nama Tentara Keamanan Rakyat, dalam usia yang masih balita (1946-1949) mereka mampu memberikan perlawanan maha-dahsyat terhadap tentara Inggris dan Belanda.
Dunia waktu itu begitu tercengang dengan kemampuan tempur TNI, bagaimana mungkin tentara yang hanya memakai senjata rampasan dari Jepang mampu merepotkan kekuatan sekutu yang baru saja menjuarai perang dunia ke-II.
Kehebatan TNI ini jelas mengundang kekhawatiran bagi blok sekutu (Inggris-Belanda didalamnya) jika perang ini terus berlanjut, pasti Uni Sovyet akan masuk membantu Indonesia. Sovyet pada masa itu sedang besar kepala dan sedang mencari teman, karena termasuk sebagai pemenang di medan perang dunia ke-II walaupun dia berperang sendirian, tidak masuk blok sekutu maupun blok Jerman.Andjing Nica, Pasukan Pemburu Gerilya Belanda. foto:archief.rnw.nl
Walhasil, tidak ada pilihan bagi negara-negara barat selain menyerah di meja diplomasi dan mengakui Indonesia sebagai negara merdeka lewat Konferensi Meja Bundar tahun 1949. Terserah bila anda menganggap ini sebagai kemenangan pemberian, tapi tanpa perang yang digelorakan TNI dengan gagah berani anda tak akan pernah merdeka.
Perang seperti ini membutuhkan kecerdikan strategi yang jitu dan keberanian yang luar biasa. Perang 10 November Surabaya, Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api dan Serangan Umum 1 Maret telah membuktikan betapa TNI sangat kaya strategi dalam strategi perang. Dan mental kecerdikan dan keberanian akan selalu didoktrin pada generasi militer selanjutnya.
Contoh Negara yang gagal membendung Invasi Asing setelah perang kemerdekaan: China, Mesir, Korea, Afghanistan.
2. Pengalaman tempur menumpas pemberontakan di dalam negeri.
Musuh terbesar dan terberat bagi sebuah bangsa adalah pemberontakan/pengkhianatan dari dalam negeri. Mulai dari PKI, Permesta, RMS, APRA sampai yang terberat DI/TII semuanya berhasil ditumpas oleh TNI. Bahkan Jenderal Perang paling jenius milik Belanda, Westerling dengan sisa-sisa pasukan khususnya “Andjing Nica” juga tak mampu mengalahkan TNI.
Bila sekarang masih ada OPM di Papua, itu bukan karena ketidakmampuan TNI, tapi karena panglima tertinggi TNI (Presiden) yang belum meneken perintah “tumpas habis”. Perang di era modern ini terlalu kompleks dengan HAM.
Andai presiden mau memasukkan dan mengusulkan OPM sebagai organisasi teroris pada PBB, sebagaimana Hamas oleh Israel dan Macan Tamil oleh pemerintah Srilanka. Maka TNI bisa mengabaikan HAM dalam menumpas sampai habis OPM.
Perang tipikal ini membutuhkan kemampuan intelijen yang luar biasa untuk mengidentifikasi musuh dalam selimut plus (ini rahasia) nafsu membunuh yang dahsyat karena musuh adalah satu suku bangsa bahkan mungkin masih saudara. Jadi teringat salah satu filosofi perang samurai, hanya pasukan yang tak punya hati bisa memberi kemenangan sejati.
Contoh negara yang gagal memadamkan pemberontakan setelah Merdeka: India, Pakistan, Sudan, Yaman,
sumber : http://roda2blog.com/2014/07/16/3/