Pemeliharaan anak/Hadlanah.

    Kitab Bajuri juz II halaman 195 :

وإذا فارق الرجل زوجته وله منها ولد فهي أحق بحضانته
Apabila seorang laki-laki bercerai dengan isterinya, dan dia mempunyai anak dari perkawinannya dengan isterinya itu, isterinya lebih berhak untuk memeliharanya.

    Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 101 :

والأولى بالحضانة وهي تربية من لا يستقل إلى التمييز أم لم تتزوج
Yang lebih utama dalam hal hadlanah yaitu pemeliharaan anak sampai umur mumayyiz, adalah ibu selama ia belum menikah dengan laki-laki lain.

    Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 102 :

والمميز إن افترق أبواه من النكاح كان عند من اختاره منهما
Dan kalau sudah mumayyiz dimana ayah ibunya telah bercerai, maka hadlanah anak itu berada pada ayahnya atau ibunya yang dipilih diantara keduanya.

    Kitab I’anatut thalibin juz IV halaman 99 :

من له أب وأم فنفقته على أب
Anak yang masih punya bapak dan ibu, maka bapaknyalah yang wajib menafakahinya.

    Kitab Kifayatul Akhyar juz II halaman 94 :

وشرائط الحضانة سبع العقل والحرية والدين والعفة والأمانة والإقامة فى بلد المميز
والخلو من زوج فإن احتل شرط منها أي السبعة فى الأم سقطت حضنتها
Syarat-syarat hadlanah itu ada tujuh, berakal, merdeka, beragama Islam, menjaga kehormatan, amanah(dapat dipercaya), tinggal di tempat yang dipilih dan belum menikah dengan laki-laki lain. Jika tidak terpenuhi salah satu diantara syarat-syarat tersebut gugurlah hak si ibu untuk memelihara anaknya.

    Kitab Kifayatul Akhyar juz II halaman 93 :

أن رسول الله ص م أتته إمرأة وقالت يارسول الله إن إبني هذا كان بطني لـه وعاء
ولثديي له سقاء وحجري له حواء وأن أباه طلقني وأراد أن ينـزعه مني . فقال لـها رسول الله ص م أنت أحق به ما لم تنكحي
Bahwasanya Rasulullah telah didatangi seorang wanita, ia berceritera “Ya Rasulullah, sesungguhnya anak saya ini perut sayalah yang mengandungnya, air susu sayalah yang diminumnya serta pangkuan sayalah tempat penjagaannya, sedang ayahnya telah menceraikan saya dan ia bermaksud memisahkan anakku dari padaku”. Maka sabda Rasulullah saw. padanya “Engkau lebih berhak terhadap anakmu selama engkau belum kawin”.

    Kitab Bajuri juz II halaman 198 :

العفة والأمانة (العفة … الكسف عما لا يحل ولا يحمد … والأمانة ضد الخيانة)
فلا حضانة لفاسقة (ومن الفاسقة تاركة الصلاة)
Dan diantara syarat hadlanah yaitu mempunyai sifat ‘iffah dan amanah, (‘iffah yaitu mencegah diri dari perbuatan tidak halal dan tidak terpuji, amanah adalah lawan khiyanat), maka tidak ada hak hadlanah bagi isteri yang fasik(dan sebagian kefasikan itu ialah meninggalkan shalat).

    Kitab Syarqowi ala at Tahrir juz II halaman 352 :

فيما إذا اجتمعا وتقدم حينئذ أم فأمهاتها وإن علت . فأب فأمهاته وإن علا فالأقرب
من الحواشى
Dalam hal pemegang hak hadlanah bersama-sama ada, ketika itu didahulukan ibu dan seterusnya ke atas, kemudian ayah dan seterusnya keatas, baru keluarga dekat menyamping.

    Hadits Rasulullah saw :

و عن عبد الحميد بن جعفر الأنصارى عن جده أن جده أسلم وأبت امرأته أن
تسلم فجاء بابن له صغير لم يبلغ قال فأجلس النبي صلى الله عليه وسلم الأب
ها هنا والأم ها هنا ثم خيره وقال اللهم اهده فذهب إلى أبيه (رواه أحمد والنسائ)
Dari Abdul Hamid bin Ja’far Al Anshari dari kakeknya : sesungguhnya kakeknya telah masuk Islam, sedang neneknya enggan masuk Islam. Maka datanglah kakeknya tersebut membawa anak kecil/belum dewasa. Abdul Hamid bin Ja’far Al Anshari berkata : “maka Nabi mendudukkan ayahnya di sana dan ibunya di sana. Kemudian menyuruh anak itu untuk memilihnya dan beliau berdoa : Ya Allah berilah petunjuk kepada anak itu. Maka pergilah anak itu memilih ayahnya”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan An Nasa’i.