a. Aktor dengan suara dan tubuhnya
Dalam pekerjaan sehari-hari seorang aktor-aktris, ia akan berhadapan dengan berbagai masalah yang menyangkut suara dan tubuhnya. Berbagai perasaan yang berkecamuk dibatin tokoh yang diperankan, harus mampu dilahirkan melalui suara dan tubuhnya. Kondisi-kondisi badaniah yang dihadapi tokoh harus mampu dikemukakan dengan memanfaatkan suara dan tubuhnya. Melalui suara dan tubuhnyalah seorang aktor-aktris berkomunikasi. Dengan suara dan tubuhnya, yang terdiri dari bagian-bagian, ia harus mampu bercerita. Dan ceritanya ini harus dapat meyakinkan orang lain.
Banyak yang dituntut dari segi suara dan fisik. Sebanyak tuntutan yang ada dari segi kejiwaannya. Bagi seorang aktor-aktris teater, kondisi suara dan fisik yang prima menjadi syarat mutlak. Ia tidak perlu bersuara merdu bagai biduan dan berbadan bagai seorang binaragawan, atau ratu kecantikan. Tidak perlu baginya untuk bersuara alto atau sopran, atau berpotongan tubuh bagaikan seorang pesenam. Suara boleh biasa-biasa saja dan tubuhnya boleh berbentuk bagaimana saja, sesuai kebutuhan tokoh yang diperankan. Ia bisa bersuara cempreng, bertubuh kurus tinggi, pendek gemuk, besar tegap atau sedang-sedang saja dan berbagai bentuk suara dan tubuh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Tapi dari dirinya dibutuhkan kesiapan yang mutlak. Sebaiknya suara dan tubuhnya siap pakai dalam kondisi seperti apapun juga. Kelenturan suara dan tubuh, keluwesan gerak, kemampuan untuk berpasif dengan seluruh tubuhnya, atau kesanggupan untuk bersikap tak melawan dan berbagai sikap serta perbuatan lainnya harus mampu dilahirkannya. Dan ini semua harus logis, jelas dan tegas. Untuk segalanya inilah, maka dari dirinya dituntut untuk senantiasa melatih suara dan tubuhnya. Salah satu usaha untuk itu ialah latihan olah suara dan latihan olah tubuh.
Kemudian kita bertanya, dapatkah suara dan tubuh diolah? Kalau seorang aktor-aktris mau melihat pada suara dan tubuhnya sebagaimana seorang seniman keramik melihat tanah liat. Maka dapatlah ia mengolah suara dan tubuhnya. Sebagaimana si seniman keramik, menyiapkan adonan tanah liat yang diaduk-aduknya dan diremas-remas sebelum membentuk benda yang ingin dibuatnya. Demikian pula sikap aktor-aktris terhadap suaranya dan tubuhnya.
b. Olah Suara
Suara pemain teater menempuh jarak yang lebih jauh dibanding dengan suara pemain film dan sinetron. Karena suara pemain teater tidak hanya dituntut terdengar oleh lawan main, tetapi juga harus terdengar oleh seluruh penonton. Pertunjukan yang secara visual baik, kalau suara pemainnya tidak cukup terdengar, maka penonton tidak dapat menangkap jalan ceritanya. Pertunjukan yang secara visual buruk, kalau ucapan pemainnya cukup terdengar oleh penonton, maka penonton masih bisa menikmati jalan cerita dari pertunjukan tersebut. Ini menunjukkan bahwa, suara mempunyai peranan yang cukup penting. Agar tujuannya tercapai, pemain teater harus melatih;
1) Kejelasan ucapan. Agar setiap sukukata yang ia ucapkan cukup terdengar.
2) Tekanan ucapan. Agar isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat yang ia ucapkan bisa ditonjolkan.
3) Kerasnya ucapan. Agar kalimat yang ia ucapkan cukup terdengar oleh seluruh penonton.
c. Melatih Kejelasan Ucapan
1) Latihan berbisik: Dua orang berhadapan, membaca naskah dalam jarak dua atau tiga meter, dengan cara berbisik.
2) Latihan mengucapkan kata atau kalimat dengan variasi tempo, cepat dan lambat: “sengseng tengtes sresep brebeeet … maka para tukang sulap mengeluarkan kertas warna-warni dari mulut dowernya yang kebanyakan mengunyah popcorn, pizza, kentucky, humberger di rumah-rumah makan eropa-amerika dan membuat jamur dari air-liurnya pada kertas panjang yang menjulur bagai lidah sungai menuju jalan layang bebas hambatan kemudian melilit bangunan-bangunan mewah disekitar pondok indah cinere bumi serpong damai pantai indah kapuk pluit pulomas sunter hijau kelapa gading permai dan tugu monas …”
d. Melatih Tekanan Ucapan
Tekanan ucapan ada tiga macam; 1). Tekanan Dinamik. 2). Tempo. 3). Tekanan Nada.
1) Tekanan Dinamik
Tekanan Dinamik ialah keras-pelannya ucapan. Gunanya untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat. Contohnya; “Hari Minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan hari Senin atau hari Selasa). “Hari Minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan adik saya atau kakak saya). “Hari Minggu saya ke toko buku” (artinya bukan ke toko pakaian atau ke toko makanan).
2) Tekanan Tempo
Tekanan Tempo ialah cepat lambatnya ucapan. Gunanya sama dengan tekanan dinamik. Untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat. Contohnya;
• “Ha-ri Ming-gu saya ke toko buku”
• “Hari Minggu sa-ya ke toko buku”
• “Hari Minggu saya ke to-ko bu-ku”
3) Tekanan Nada
Merupakan lagu daripada ucapan, contohnya; “Wah, kamu pandai sekali!” atau “Gila, ternyata dia bisa menjawab pertanyaan yang sesulit itu!”
e. Melatih Kerasnya Ucapan
Teknik ucapan pemain teater lebih rumit dibanding dengan tehnik ucapan bagi pemain film dan sinetron. Ucapan pemain teater tidak hanya dituntut jelas dan menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan, tetapi juga harus keras, karena ucapan pemain di atas panggung menempuh jarak yang lebih jauh. Untuk itu kerasnya ucapan harus dilatih. Adapun cara melatihnya bisa dengan berbagai macam cara. Diantaranya;
1) Mengucapkan kata atau kalimat tertentu dalam jarak 10 meter atau 20 meter. Dalam latihan ini, yang harus selalu dipertanyakan ialah: a). Sudah jelaskah? b). Sudahkah menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan? c). dan pertanyaan yang terpenting, sudah wajarkah?
2) Latihan mengguman. Gumaman harus stabil dan konstan. Kemudian gunakan imajinasi dengan mengirim gumaman ke cakrawala. Bayangkan “gumaman” yang dikeluarkan lenyap di cakrawala.
Ketiga tehnik ucapan di atas (kejelasan ucapan, tekanan ucapan dan kerasnya ucapan), pada dasarnya adalah satu kesatuan yang utuh ketika seseorang berbicara atau berdialog. Ketiganya saling mengisi dan melengkapi. Sebelum melatih ketiga tehnik ucapan di atas, sebaiknya dilakukan pemanasan terlebih dahulu. Misalnya, dengan mengendurkan urat-urat pembentuk suara, urat-urat leher, dan membuat rileks seluruh anggota tubuh.
f. Olah Tubuh
Bentuk tubuh kita, dan cara-cara kita berdiri, duduk dan jalan memperlihatkan kepribadian kita. Motivasi-motivasi kita untuk melakukan gerak lahir dari sumbersumber fisikal (badaniah), emosional (perasaan), dan mental (pikiran), dan setiap tindakan (action) kita berasal dari satu, dua atau tiga macam desakan hati (impuls). Banyak sekali interaksi atau pengaruh timbal-balik dan perubahan urutan yang tak habis-habisnya. Tubuh kita kedinginan dan bergetar, kita merasakan dingin dan sengsara, maka kita berkata: “dingin”. Pengalaman badaniah kita memberi petunjuk bagi perasaan dan pikiran kita. Kita diliputi kegembiraan, maka kita melompat, menari dan menyanyi.
Aliran perasaan yang meluap meledak ke dalam bentuk aktifitas badaniah. Seorang aktor tidak akan bergerak demi gerak itu sendiri dan tidak membuat gerak indah demi keindahan. Bila dari dirinya diminta agar menari, maka ia akan melakukannya sebagai seorang tokoh tertentu, pada waktu, tempat dan situasi tertentu. Latihan olah tubuh bagi seorang aktor adalah suatu proses pemerdekaan.
Tulang punggung dapat menyampaikan pada para penonton berbagai kondisi yang kita alami, apakah lagi tegang atau tenang, letih atau segar, panas atau dingin, tua atau muda, dan ia juga membantu keberlangsungan perubahan sikap tubuh dan bunyi suara kita. Secara anatomis bagian-bagian tulang punggung terdiri dari:
1) 7 buah ruas tulang tengkuk
2) 12 buah ruas tulang belakang
3) 5 buah ruas tulang pinggang
4) 5 buah ruas tulang kelangkang bersatu dan 4 ruas tulang ekor.
Atau rinciannya sebagai berikut:
1) Leher
2) Bagian bahu dan dada tulang punggung
3) Tulang punggung bagian tengah
4) Bagian akar, dasar atau ekor tulang punggung
g. Latihan kepala dan leher
1) Jatuhkan kepala ke depan dengan seluruh bobotnya dan ayunkan dari sisi ke sisi.
2) Jatuhkan kepala ke kanan, ayunkan ke arah kiri melalui bagian depan, ayunkan ke arah kanan melalui punggung.
3) Lalukan latihan yang sama untuk “bahu”.
4) Untuk tangan dan kaki, gunakan variasi rentangan.
h. Latihan tubuh bagian atas
Berdiri dengan kedua kaki sedikit direnggangkan dengan jarak antara 60 sentimeter. Tekukkan lutut sedikit saja. Benamkan seluruh tubuh bagian atas ke depan di antara kedua kaki. Biarkan tubuh bagian atas bergantung seperti ini dan berjuntai-juntai beberapa saat. Tegakkan kembali seluruh tubuh melalui kerakan tuas demi ruas, sehingga kepalalah yang paling akhir mencapai ketinggiannya dan seluruh tulang punggung melurus. Dengan cara yang sama, coba membongkokkan tubuh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang.
i. Latihan pinggul, lutut dan kaki
1) Berdiri tegak dan rapatkan kaki. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak.
2) Berdiri tegak dengan satu kaki, kaki yang lain julurkan ke depan. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak. Ganti dengan kaki yang lain.
3) Putar lutut ke kiri dan ke kanan. Buat berbagai variasi dengan konsentrasi pada lutut.
j. Seluruh batang tubuh
1) Berdiri dan angkat tangan kita ke atas setinggi-tingginya, regangkan diri bagaikan sedang menguap keras merasuki seluruh tubuh. Ketika kita mengendurkan regangan tubuh berdesahlah dan lemaskan diri sehingga secara lemah lunglai mendarat di lantai. Jangan mendadak, tapi biarkanlah bobot tubuh kita sedikit demi sedikit luruh ke bawah/ke lantai.
2) Pantulkan diri dan goyangkan lengan-lengan, tangan-tangan, lutut, kaki dan telapak kaki ketika berada di udara. Keluarkan teriakan singkat ketika kita memantul.
k. Berjalan:
1) Mengkakukan tulang punggung dan rasakan betapa langkah yang satu terpisah dari langkah lainnya.
2) Mendorong leher ke depan.
3) Mengangkat dagu.
4) Menunduk/menjatuhkan kepala ke depan.
5) Mengangkat bahu tinggi-tinggi.
6) Menarik bahu ke belakang.
7) Menjatuhkan atau membungkukkan bahu ke depan.
8) Sambil menggerak-gerakkan tangan pada siku-sikunya.
9) Memantul-mantulkan diri dari kaki ke kaki.
10) Dengan membengkokkan telapak kaki ke atas dan bertumpu pada tumit-tumit kaki.
11) Mencondongkan seluruh tubuh ke belakang dan perhatikan betapa ini meninggalkan berat bobot tubuh di belakang ketika kita melangkah maju.
l. Berlari
Berdiri dan tarik napas. Hembuskan napas ke depan sambil mengeluarkan suara “haaaa” sepanjang kemampuan napas yang dikeluarkan. Kemudian berbalik ke tempat ketika berhenti, lalu tarik napas dan ulangi gerak lari yang sama. Gerakan dan suara akan membentuk ungkapan atau ucapan yang selaras. Tarik napas dalam-dalam, ketika mengeluarkan napas larilah mundur sambil membungkukkan tubuh bagian atas ke depan.
m. Melompat
1) Berlari menuju ke suatu lompatan. Rasakan betapa sifat memantulnya berat tubuh mengangkat kita.
2) Ayunkan kedua kaki sebebas-bebasnya dan lompatlah lebih tinggi lagi.
Seluruh rangkaian latihan olah tubuh ini dilakukan dengan menggunakan imajinasi (pikir dan rasa), dan bisa diberi variasi dengan membunyikan musik instrumentalia.
Dalam pekerjaan sehari-hari seorang aktor-aktris, ia akan berhadapan dengan berbagai masalah yang menyangkut suara dan tubuhnya. Berbagai perasaan yang berkecamuk dibatin tokoh yang diperankan, harus mampu dilahirkan melalui suara dan tubuhnya. Kondisi-kondisi badaniah yang dihadapi tokoh harus mampu dikemukakan dengan memanfaatkan suara dan tubuhnya. Melalui suara dan tubuhnyalah seorang aktor-aktris berkomunikasi. Dengan suara dan tubuhnya, yang terdiri dari bagian-bagian, ia harus mampu bercerita. Dan ceritanya ini harus dapat meyakinkan orang lain.
Banyak yang dituntut dari segi suara dan fisik. Sebanyak tuntutan yang ada dari segi kejiwaannya. Bagi seorang aktor-aktris teater, kondisi suara dan fisik yang prima menjadi syarat mutlak. Ia tidak perlu bersuara merdu bagai biduan dan berbadan bagai seorang binaragawan, atau ratu kecantikan. Tidak perlu baginya untuk bersuara alto atau sopran, atau berpotongan tubuh bagaikan seorang pesenam. Suara boleh biasa-biasa saja dan tubuhnya boleh berbentuk bagaimana saja, sesuai kebutuhan tokoh yang diperankan. Ia bisa bersuara cempreng, bertubuh kurus tinggi, pendek gemuk, besar tegap atau sedang-sedang saja dan berbagai bentuk suara dan tubuh yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Tapi dari dirinya dibutuhkan kesiapan yang mutlak. Sebaiknya suara dan tubuhnya siap pakai dalam kondisi seperti apapun juga. Kelenturan suara dan tubuh, keluwesan gerak, kemampuan untuk berpasif dengan seluruh tubuhnya, atau kesanggupan untuk bersikap tak melawan dan berbagai sikap serta perbuatan lainnya harus mampu dilahirkannya. Dan ini semua harus logis, jelas dan tegas. Untuk segalanya inilah, maka dari dirinya dituntut untuk senantiasa melatih suara dan tubuhnya. Salah satu usaha untuk itu ialah latihan olah suara dan latihan olah tubuh.
Kemudian kita bertanya, dapatkah suara dan tubuh diolah? Kalau seorang aktor-aktris mau melihat pada suara dan tubuhnya sebagaimana seorang seniman keramik melihat tanah liat. Maka dapatlah ia mengolah suara dan tubuhnya. Sebagaimana si seniman keramik, menyiapkan adonan tanah liat yang diaduk-aduknya dan diremas-remas sebelum membentuk benda yang ingin dibuatnya. Demikian pula sikap aktor-aktris terhadap suaranya dan tubuhnya.
b. Olah Suara
Suara pemain teater menempuh jarak yang lebih jauh dibanding dengan suara pemain film dan sinetron. Karena suara pemain teater tidak hanya dituntut terdengar oleh lawan main, tetapi juga harus terdengar oleh seluruh penonton. Pertunjukan yang secara visual baik, kalau suara pemainnya tidak cukup terdengar, maka penonton tidak dapat menangkap jalan ceritanya. Pertunjukan yang secara visual buruk, kalau ucapan pemainnya cukup terdengar oleh penonton, maka penonton masih bisa menikmati jalan cerita dari pertunjukan tersebut. Ini menunjukkan bahwa, suara mempunyai peranan yang cukup penting. Agar tujuannya tercapai, pemain teater harus melatih;
1) Kejelasan ucapan. Agar setiap sukukata yang ia ucapkan cukup terdengar.
2) Tekanan ucapan. Agar isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat yang ia ucapkan bisa ditonjolkan.
3) Kerasnya ucapan. Agar kalimat yang ia ucapkan cukup terdengar oleh seluruh penonton.
c. Melatih Kejelasan Ucapan
1) Latihan berbisik: Dua orang berhadapan, membaca naskah dalam jarak dua atau tiga meter, dengan cara berbisik.
2) Latihan mengucapkan kata atau kalimat dengan variasi tempo, cepat dan lambat: “sengseng tengtes sresep brebeeet … maka para tukang sulap mengeluarkan kertas warna-warni dari mulut dowernya yang kebanyakan mengunyah popcorn, pizza, kentucky, humberger di rumah-rumah makan eropa-amerika dan membuat jamur dari air-liurnya pada kertas panjang yang menjulur bagai lidah sungai menuju jalan layang bebas hambatan kemudian melilit bangunan-bangunan mewah disekitar pondok indah cinere bumi serpong damai pantai indah kapuk pluit pulomas sunter hijau kelapa gading permai dan tugu monas …”
d. Melatih Tekanan Ucapan
Tekanan ucapan ada tiga macam; 1). Tekanan Dinamik. 2). Tempo. 3). Tekanan Nada.
1) Tekanan Dinamik
Tekanan Dinamik ialah keras-pelannya ucapan. Gunanya untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat. Contohnya; “Hari Minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan hari Senin atau hari Selasa). “Hari Minggu saya ke toko buku” (artinya, bukan adik saya atau kakak saya). “Hari Minggu saya ke toko buku” (artinya bukan ke toko pakaian atau ke toko makanan).
2) Tekanan Tempo
Tekanan Tempo ialah cepat lambatnya ucapan. Gunanya sama dengan tekanan dinamik. Untuk menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan dari kalimat. Contohnya;
• “Ha-ri Ming-gu saya ke toko buku”
• “Hari Minggu sa-ya ke toko buku”
• “Hari Minggu saya ke to-ko bu-ku”
3) Tekanan Nada
Merupakan lagu daripada ucapan, contohnya; “Wah, kamu pandai sekali!” atau “Gila, ternyata dia bisa menjawab pertanyaan yang sesulit itu!”
e. Melatih Kerasnya Ucapan
Teknik ucapan pemain teater lebih rumit dibanding dengan tehnik ucapan bagi pemain film dan sinetron. Ucapan pemain teater tidak hanya dituntut jelas dan menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan, tetapi juga harus keras, karena ucapan pemain di atas panggung menempuh jarak yang lebih jauh. Untuk itu kerasnya ucapan harus dilatih. Adapun cara melatihnya bisa dengan berbagai macam cara. Diantaranya;
1) Mengucapkan kata atau kalimat tertentu dalam jarak 10 meter atau 20 meter. Dalam latihan ini, yang harus selalu dipertanyakan ialah: a). Sudah jelaskah? b). Sudahkah menggambarkan isi pikiran dan isi perasaan? c). dan pertanyaan yang terpenting, sudah wajarkah?
2) Latihan mengguman. Gumaman harus stabil dan konstan. Kemudian gunakan imajinasi dengan mengirim gumaman ke cakrawala. Bayangkan “gumaman” yang dikeluarkan lenyap di cakrawala.
Ketiga tehnik ucapan di atas (kejelasan ucapan, tekanan ucapan dan kerasnya ucapan), pada dasarnya adalah satu kesatuan yang utuh ketika seseorang berbicara atau berdialog. Ketiganya saling mengisi dan melengkapi. Sebelum melatih ketiga tehnik ucapan di atas, sebaiknya dilakukan pemanasan terlebih dahulu. Misalnya, dengan mengendurkan urat-urat pembentuk suara, urat-urat leher, dan membuat rileks seluruh anggota tubuh.
f. Olah Tubuh
Bentuk tubuh kita, dan cara-cara kita berdiri, duduk dan jalan memperlihatkan kepribadian kita. Motivasi-motivasi kita untuk melakukan gerak lahir dari sumbersumber fisikal (badaniah), emosional (perasaan), dan mental (pikiran), dan setiap tindakan (action) kita berasal dari satu, dua atau tiga macam desakan hati (impuls). Banyak sekali interaksi atau pengaruh timbal-balik dan perubahan urutan yang tak habis-habisnya. Tubuh kita kedinginan dan bergetar, kita merasakan dingin dan sengsara, maka kita berkata: “dingin”. Pengalaman badaniah kita memberi petunjuk bagi perasaan dan pikiran kita. Kita diliputi kegembiraan, maka kita melompat, menari dan menyanyi.
Aliran perasaan yang meluap meledak ke dalam bentuk aktifitas badaniah. Seorang aktor tidak akan bergerak demi gerak itu sendiri dan tidak membuat gerak indah demi keindahan. Bila dari dirinya diminta agar menari, maka ia akan melakukannya sebagai seorang tokoh tertentu, pada waktu, tempat dan situasi tertentu. Latihan olah tubuh bagi seorang aktor adalah suatu proses pemerdekaan.
Tulang punggung dapat menyampaikan pada para penonton berbagai kondisi yang kita alami, apakah lagi tegang atau tenang, letih atau segar, panas atau dingin, tua atau muda, dan ia juga membantu keberlangsungan perubahan sikap tubuh dan bunyi suara kita. Secara anatomis bagian-bagian tulang punggung terdiri dari:
1) 7 buah ruas tulang tengkuk
2) 12 buah ruas tulang belakang
3) 5 buah ruas tulang pinggang
4) 5 buah ruas tulang kelangkang bersatu dan 4 ruas tulang ekor.
Atau rinciannya sebagai berikut:
1) Leher
2) Bagian bahu dan dada tulang punggung
3) Tulang punggung bagian tengah
4) Bagian akar, dasar atau ekor tulang punggung
g. Latihan kepala dan leher
1) Jatuhkan kepala ke depan dengan seluruh bobotnya dan ayunkan dari sisi ke sisi.
2) Jatuhkan kepala ke kanan, ayunkan ke arah kiri melalui bagian depan, ayunkan ke arah kanan melalui punggung.
3) Lalukan latihan yang sama untuk “bahu”.
4) Untuk tangan dan kaki, gunakan variasi rentangan.
h. Latihan tubuh bagian atas
Berdiri dengan kedua kaki sedikit direnggangkan dengan jarak antara 60 sentimeter. Tekukkan lutut sedikit saja. Benamkan seluruh tubuh bagian atas ke depan di antara kedua kaki. Biarkan tubuh bagian atas bergantung seperti ini dan berjuntai-juntai beberapa saat. Tegakkan kembali seluruh tubuh melalui kerakan tuas demi ruas, sehingga kepalalah yang paling akhir mencapai ketinggiannya dan seluruh tulang punggung melurus. Dengan cara yang sama, coba membongkokkan tubuh ke kiri, ke kanan, dan ke belakang.
i. Latihan pinggul, lutut dan kaki
1) Berdiri tegak dan rapatkan kaki. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak.
2) Berdiri tegak dengan satu kaki, kaki yang lain julurkan ke depan. Turunkan badan dengan menekuk lutut dan kembali tegak. Ganti dengan kaki yang lain.
3) Putar lutut ke kiri dan ke kanan. Buat berbagai variasi dengan konsentrasi pada lutut.
j. Seluruh batang tubuh
1) Berdiri dan angkat tangan kita ke atas setinggi-tingginya, regangkan diri bagaikan sedang menguap keras merasuki seluruh tubuh. Ketika kita mengendurkan regangan tubuh berdesahlah dan lemaskan diri sehingga secara lemah lunglai mendarat di lantai. Jangan mendadak, tapi biarkanlah bobot tubuh kita sedikit demi sedikit luruh ke bawah/ke lantai.
2) Pantulkan diri dan goyangkan lengan-lengan, tangan-tangan, lutut, kaki dan telapak kaki ketika berada di udara. Keluarkan teriakan singkat ketika kita memantul.
k. Berjalan:
1) Mengkakukan tulang punggung dan rasakan betapa langkah yang satu terpisah dari langkah lainnya.
2) Mendorong leher ke depan.
3) Mengangkat dagu.
4) Menunduk/menjatuhkan kepala ke depan.
5) Mengangkat bahu tinggi-tinggi.
6) Menarik bahu ke belakang.
7) Menjatuhkan atau membungkukkan bahu ke depan.
8) Sambil menggerak-gerakkan tangan pada siku-sikunya.
9) Memantul-mantulkan diri dari kaki ke kaki.
10) Dengan membengkokkan telapak kaki ke atas dan bertumpu pada tumit-tumit kaki.
11) Mencondongkan seluruh tubuh ke belakang dan perhatikan betapa ini meninggalkan berat bobot tubuh di belakang ketika kita melangkah maju.
l. Berlari
Berdiri dan tarik napas. Hembuskan napas ke depan sambil mengeluarkan suara “haaaa” sepanjang kemampuan napas yang dikeluarkan. Kemudian berbalik ke tempat ketika berhenti, lalu tarik napas dan ulangi gerak lari yang sama. Gerakan dan suara akan membentuk ungkapan atau ucapan yang selaras. Tarik napas dalam-dalam, ketika mengeluarkan napas larilah mundur sambil membungkukkan tubuh bagian atas ke depan.
m. Melompat
1) Berlari menuju ke suatu lompatan. Rasakan betapa sifat memantulnya berat tubuh mengangkat kita.
2) Ayunkan kedua kaki sebebas-bebasnya dan lompatlah lebih tinggi lagi.
Seluruh rangkaian latihan olah tubuh ini dilakukan dengan menggunakan imajinasi (pikir dan rasa), dan bisa diberi variasi dengan membunyikan musik instrumentalia.