Nasehat dari guru mulia habibana seif alwiy ba'aalaawy
(Di Yogyakarta)
Hakikatnya agama islam datang adalah untuk memanusiakan manusia.
Karakter akhlaq yg dibangun adlh untuk kemaslahatan kehidupan masyarakat yg baik.
Hidup itu adalah bagaimana seseorang bisa memberi manfaat bagi yg lain.
Ibadah yg kita lakukan adalah bukan untuk Alloh swt (karena Allah swt tdk membutuhkanya), namun untuk yg sdh disebutkan tadi(tulisan diatas), yaitu untuk membentuk akhlaq mulia dan kemaslahatan ummat manusia.
Kita bisa melihat bgmn hukuman hukuman ketika seseorang beribadah puasa dibulan Ramadhan kmdn melakukan kesalahan dengan hubungan suami-istri disiang hari.
Hukumannya adalah salah satunya dgn membebaskan budak, atau dengan memberi makan 60 org faqir miskin atau dengan bersedekah..
Apa artinya? Artinya kita diperintahkan untuk berbuat kebaikan kepada sesama manusia(apapun agamanya)..
Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu berkata: “Tatkala kami sedang duduk-duduk di sekitar Rasulullah, datanglah seorang laki-laki. Lalu dia berkata: “Wahai Rasulullah celakalah saya”. Beliau bertanya: Ada apa denganmu? Dia menjawab: Saya telah bersetubuh dengan isteri saya, padahal saya sedang puasa. Rasulullah lantas bertanya; Apakah engkau mempunyai seorang budak yang dapat engkau bebaskan? Dia menajawab: Tidak!. Rasulullah kembali bertanya: Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut? Dia menjawab: Tidak! Rasulullah bertanya lagi: Apakah kamu mampu memberi makan kepada enam puluh orang miskin? Dia menjawab: Tidak. Lalu Rasulullah diam sejenak. Tiba-tiba Rosululloh dibawakan sekeranjang korma. Beliau bertanya: Mana yang tadi bertanya? Dia menjawab: Saya. Beliau berkata: Ambillah sekeranjang korma ini dan bersedekahlah dengannya!. Laki-laki tadi malah berkata; Apakah kepada orang yang lebih miskin dari saya wahai Rosulullah? Demi Alloh, tidak ada keluarga di daerah ini yang lebih miskin daripada saya! Rosulullah akhirnya tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat. Lalu beliau bersabda: Berikanlah korma ini kepada keluargamu!(HR.Bukhari: 1936, Muslim: 1111)
Dan jika kita pelajari lagi, Ternyata ridlo Allah swt ada terdapat pada hubungan saling membantu dan saling mengasihi serta menyayangi satu dengan yang lain.
Sebagaimana disebutkan dalam hadist qudsi:
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala berfirman di hari Kiamat:
« ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺁﺩَﻡَ ﻣَﺮِﺿْﺖُ ﻓَﻠَﻢْ ﺗَﻌُﺪْﻧِﻲ . ﻗَﺎﻝَ : ﻳَﺎﺭَﺏِّ ،ﻛَﻴْﻒَ ﺃَﻋُﻮﺩُﻙَ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓِ ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﻣَﺎﻋَﻠِﻤْﺖَ ﺃَﻥَّ ﻋَﺒْﺪِﻱ ﻓُﻼﻧًﺎ ﻣَﺮِﺽَ ﻓَﻠَﻢْ ﺗَﻌُﺪْﻩُ ، ﻭَﻟَﻮْ ﻋُﺪْﺗَﻪُ ﻟَﻮَﺟَﺪْﺗَﻨِﻲ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ؟ ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ : ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺁﺩَﻡَ ، ﺍﺳْﺘَﻄْﻌَﻤْﺘُﻚَ ﻓَﻠَﻢْ ﺗُﻄْﻌِﻤْﻨِﻲ . ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﻛَﻴْﻒَ ﺃُﻃْﻌِﻤُﻚَ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓِ ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﻣَﺎ ﻋَﻠِﻤْﺖَ ﺃَﻥَّ ﻋَﺒْﺪِﻱ ﻓُﻼﻧًﺎ ﺍﺳْﺘَﻄْﻌَﻤَﻚَ ﻓَﻠَﻢْ ﺗُﻄْﻌِﻤْﻪُ ، ﺃَﻣَﺎﻋَﻠِﻤْﺖَ ﺃَﻧَّﻚَ ﻟَﻮْ ﺃَﻃْﻌَﻤْﺘَﻪُ ﻟَﻮَﺟَﺪْﺕَ ﺫَﻟِﻚَ ﻋِﻨْﺪِﻱ ؟ ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ : ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺁﺩَﻡَ ﺍﺳْﺘَﺴْﻘَﻴْﺘُﻚَ ﻓَﻠَﻢْ ﺗَﺴْﻘِﻨِﻲ . ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ ، ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﺃَﺳْﻘِﻴﻚَ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺭَﺏُّ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓِ ؟ ﻓَﻴَﻘُﻮﻝُ : ﺃَﻣَﺎﻋَﻠِﻤْﺖَ ﺃَﻥَّ ﻋَﺒْﺪِﻱ ﻓُﻼﻧًﺎ ﺍﺳْﺘَﺴْﻘَﺎﻙَ ﻓَﻠَﻢْ ﺗَﺴْﻘِﻪِ ، ﻭَﻟَﻮْ ﺳَﻘَﻴْﺘَﻪُ ﻟَﻮَﺟَﺪْﺕَ ﺫَﻟِﻚَ ﻋِﻨْﺪِﻱ ؟ » .
Hai anak Adam, Aku telah sakit, tetapi engkau tidak menjenguk-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana cara saya menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah menjawab: Apakah engkau tidak mengetahui bahwa seorang hamba-Ku bernama Fulan sedang sakit tetapi engkau tidak mau menjenguknya. Sekiranya engkau mau menjenguknya, pasti engkau dapati Aku di sisinya.
Wahai anak Adam, Aku minta makan kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberikan makan kepada-Ku. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya saya memberi makan kepada-Mu, sedang Engkau Tuhan penguasa alam semesta? Allah berfirman: Ketahuilah, apakah engkau tidak peduli adanya seorang hamba-Ku, si Fulan, telah datang meminta makan kepadamu, tetapi engkau tidak memberinya makan. Ketahuilah, sekiranya engkau mau memberinya makan, pasti engkau akan menemukan balasannya di sisi-Ku.
Wahai anak Adam, Aku minta minum kepadamu, tetapi engkau tidak mau memberi-Ku minum. Orang itu bertanya: Wahai Tuhan, bagaimana caranya aku memberi-Mu minum, padahal Engkau Tuhan penguasa semesta alam? Allah berfirman: hamba-Ku, si Fulan, minta minum kepadamu tetapi engkau tidak mau memberinya minum. Ketahuilah, sekiranya engkau memberinya minum, pasti engkau akan menemui balasannya di sisi-Ku. [HR. Muslim]
Mari kita mengukur diri kita, sudah seberapa besar kita bisa memberikan kebaikan dan manfaat serta kebahagiaan kepada orang lain, karena inilah buahnya akhlaq yang mulia.
(Ditulis dgn ingatan sy yg lemah).
Condro Aris Widodo