Bandar Saham ?

Bandar Saham ? Siapa sebenarnya mereka, apa yang sebenarnya mereka lakukan ?

Pertanyaan itu umumnya akan muncul di pemikiran para investor yang baru mau menekuni dunia trading dan investasi saham di bursa saham Indonesia. Pertanyaan ini wajar dimiliki setiap investor, karena Ilmu Bandarmologi tidak pernah (dan kemungkinan tidak akan pernah) masuk dalam materi edukasi yang akan diberikan kepada calon investor saham di Indonesia.

Materi edukasi pada investor pemula memang hanya berfokus pada Analisa Fundamental dan Analisa Technical, kedua analisa yang sudah dibuat sejak 100 tahun yang lalu, dan dianggap sebagai materi yang ‘save and harmless‘  untuk diberikan pada investor pemula.

Karena kalau kita mengajarkan Ilmu Bandarmologi pada para calon investor, pemahaman akan ilmu bandarmologi pada investor pemula berpotensi membuat investor tersebut takut, dan malah tidak jadi buka akun saham. Kami yakin tidak satu sekuritas pun ingin mengambil resiko tersebut kepada calon nasabahnya.

Bahkan saya sendiri melakukan hal yang sama, saya tidak akan mengatakan satu kalimat pun tentang Bandar ketika saya diminta mengajarkan seseorang yang sama sekali belum kenal tentang investasi saham.

Namun setelah beberapa bulan trading, setelah masa ‘honeymoon’ lewat, bagi rekan-rekan yang kritis dan serius untuk belajar, anda akan menyadari bursa saham tidak seindah yang dituliskan di buku oleh para akademisi, atau yang dikatakan analis yang tugasnya memberikan rekomendasi beli.

Akan banyak pertanyaan yang muncul seperti :

  • Kenapa saham dengan fundamental bagus bisa turun terus harganya ?
  • Kenapa hampir semua saham yang harganya terbang tinggi setiap harinya fundametalnya misterius bahkan banyak bisa dikatakan busuk fundamentalnya ?
  • Kenapa ketika ada berita bagus, kadang saham naik, dan kadang saham turun ?
  • Kenapa satu saham bisa tiba-tiba terbang, atau tiba-tiba terjun bebas tanpa ada berita apa-apa ?
  • Dan banyak pertanyaan lainnya.

Karena pada akhirnya hanya BBCA lah saham yang fundamentalnya bagus dan harganya terus naik, dan karena alasan itulah di awal-awal kita belajar tentang saham, BBCA selalu dijadikan contoh kasus. Ketika prinsip tentang BBCA tersebut diterapkan pada 600 saham lainnya, maka keanehan-keanehan akan muncul.

Karena pada akhirnya mekanisme pergerakan harga saham di bursa saham tidak ditentukan oleh berita, laporan keuangan, bursa saham luar negeri, direksi perusahaan, atau bahkan Bursa Efek Indonesia sekalipun.

Pada akhirnya harga saham ditentukan oleh para pelaku pasar, hanya aksi beli dalam jumlah dalam jumlah besarlah yang bisa membuat harga saham naik, dan hanya aksi jual dalam jumlah besar yang bisa membuat harga turun.

Tidak peduli fudamental perusahaan sebusuk apa pun, kalau pada suatu hari ada seorang ‘pelaku pasar’ yang memutuskan untum membeli semua antrian di offer, maka harga saham tersebut akan otomatis terbang tinggi sampai auto reject atas.

Begitu juga di perusahaan yang fundamentalnya bagus, laporan keuangannya bagus, beritanya bagus, tapi kalau ada seorang pelaku pasar yang memutuskan untuk menjual saham tersebut dalam jumlah besar, maka pada saat itu juga harga saham tersebut akan jatuh. Begitulah mekanisme pergerakan harga di bursa kita.

Dan kita juga tahu, tidak ada peraturan yang mengikat kita sebagai  investor atau trader, untuk membeli saham dalam kondisi tertentu, atau menjual saham dalam kondisi tertentu.

Sebagai contoh tidak ada peraturan seperti ini :
Kalau ada saham yang PER nya sudah dibawah 2, dan PBV nya di bawah 1 maka Bursa Efek Indonesia akan melarang investor untuk menjual sahamnya di harga BID, jadi kalau ada investor yang memiliki saham tersebut dan mau jualan, maka mereka diwajibkan untuk antri di harga offer.

Dengan peraturan tersebut maka setiap saham dengan PER < 2 dan PBV < 1 tidak akan bisa turun lagi, karena harga saham hanya bisa turun kalau ada ‘pelaku pasar’ yang mengguyur di harga BID dalam jumlah besar dan jika ada peraturan yang melarang hal tersebut maka harga saham tidak akan bisa turun lagi.

Kita tahu pihak otoritas tidak pernah membuat peraturan seperti itu, harga saham selalu dibiarkan bergerak bebas sesuai dengan keinginan ‘pelaku pasar’.

Pertanyaannya adalah ‘pelaku pasar’ yang mana ?!
Karena kita-kita investor ritel juga merasa kita adalah pelaku pasar, namun saya yakin 99% dari pembaca artikel ini tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengatur pergerakan harga suatu saham sesuai dengan keinginan anda sendiri.

Karena sebagai investor ritel tidak peduli sudah berapa lama kita trading, sehabat apa pun analisa yang kita sudah lakukan, kita tetap saja kita TIDAK AKAN TAHU saham yang kita miliki sekarang akan naik atau turun harganya besok.

Karena memang sebagai investor ritel kita tidak punya kekuatan untuk menggerakan harga sesuai dengan keinginan kita, jadi kita hanya bisa pasrah melihat harga saham yang kita miliki akan naik atau turun besok. Bukan kita yang memutuskan kemana harga saham akan bergerak dan kapan harga saham akan bergerak, kita hanya bisa menganalisa, berharap, dan berdoa, namun Bandarlah yang memutuskan kemana harga akan bergerak.

Itulah sebabnya sering dikatakan di bursa saham tidak ada analisa yang akan selalu benar, karena  analisa kita tidak menggerakan harga saham, harga saham akan bergerak sesuai keinginan Bandar.

Anda mungkin sudah pernah mendengar sebelumnya, di bursa saham Investor Ritel sering dianalogikan seperti ‘copet’. Karena memang dalam aksinya investor ritel  adalah pihak yang berusaha mencari keuntungan dengan cara menunggangi/mencopet pergerakan harga saham yang diciptakan oleh Bandar.

Itu sebabnya saham-saham yang tidak dimiliki oleh investor ritel (supplynya dikuasai oleh Bandar), harganya bisa terbang puluhan bahkan ratusan persen dalam waktu singkat. Sementara saham-saham ‘sejuta umat’  harganya semua hancur.

Karena tidak peduli berapa juta umat (investor ritel) yang nyangkut di saham-saham seperti BUMI, ENRG, BEKS, TMPI, POSA, dan sejuta umat tersebut berharap harga saham-saham tersebut segera naik. Namun pada kenyataanya harga saham tersebut tidak akan bisa naik, kalau tidak dinaikan oleh Bandar. Karena harapan investor ritel tidak bisa menaikan harga, Bandarlah yang menaikan.

Kalau tidak percaya rekan-rekan yang nyangkut di saham-saham tersebut bisa coba membuat satu group, dan coba buatlah forum diskusi sesama korban nyangkut di suatu saham, sehingga anda semua bisa menyatukan kekuatan dan modal anda semua dan untuk menaikan harga saham tersebut.

Jika anda melakukan semua itu, anda akan menyadari betapa besarnya usaha dan modal yang dibutuhkan untuk menaikan harga satu saham, dan kalaupun anda nekad mencoba, saya cukup yakin strategi tersebut hanya akan membuat anda lebih rugi lagi.

Jadi tidak bisa dipungkuri keberadaan Bandar sangatlah essential untuk bursa saham. Jadi sangatlah aneh kalau banyak pihak dan investor ritel yang membenci bahkan menyangkal keberadaan Bandar.

Lalu sebenarnya siapakah Bandar ?! 

Di bursa saham Indonesia istilah Bandar pertama kali dipopulerkan oleh seorang analis/trader yang menyebut dirinya ‘Embah’, di tahun 2000an beliau adalah Owner dari Mailing List yang diberi nama ‘Obrolan Bandar’.

Yang saya tahu di situlah pertama kali istilah Bandar muncul di kalangan investor di Indonesia, dalam milis itu embah sering mengatakan harga saham dinaikan oleh Bandar atau diturunkan oleh Bandar. Kalau harga saham turun sering dikatakan bandarnya jahat, dan kalau harga sahamnya naik sering dikatakan bandarnya hebat, macho atau baik, dll.

Karena milis tersebut cukup populer pada jamannya, jadi istilah bandar cukup melekat di kalangan investor di jaman tersebut.

Seperti group-group saham pada umumnya, Embah OB juga membuka layanan membership premium yang bernama Obrolan Bandar Premium, namun dalam layanan tersebut beliau tidak menggunakan analisa bandarmologi sama sekali, melainkan menggunakan analisa technical untuk memilih saham-saham yang direkomendasikan pada member berbayarnya.

Kita tahu dalam analisa Technical apa pun teori atau indikator yang digunakan, analisanya hanya akan menganalisa bentuk-bentuk dan pola-pola candlestick, dan bukan menganalisa apa yang sedang dilakukan para pemain besar/Bandar.

Seiring dengan perkembangan teknologi, dengan kemunculan facebook, twitter, telegram, whatsapp, pengguna milis OB pun berkurang secara drastis, dan akhirnya milis tersebut pun ditinggalkan para penggunanya.

Sambil menulis artikel ini saya coba googling keberadaan Embah Obrolan Bandar saat ini, dan saya menemukan ada satu akun twitter yang sampai sekarang masih aktif dengan ID @embahjsx dan di profile akun tersebut pemilik akun tersebut mengaku sebagai The Founding Father of Bandarmologi.

Kalau dilihat gaya bahasa dan analisa technical yang digunakan ada kemungkinan ini orang yang sama, dan jika anda melihat konten twitternya, sama seperti di milis dulu, analisa yang digunakan juga masih tetap fokus pada analisa technical yang fokus menganalisa pergerakan harga, bukan menganalisa pergerakan Bandar.

(Bagi rekan-rekan yang juga pernah bergabung di milis Obrolan Bandar, mungkin bisa bantu melihat akun twitter tersebut untuk memastikan apakah pemilik akun tersebut adalah orang yang sama dengan Embah di milih OB dulu)

Mengapa saya membahas mengenai sejarah kemunculan istilah Bandar di bursa saham Indonesia?  Karena tanpa disadari digunakannya istilah Bandar dalam menyebut sosok yang bertugas mengatur pergerakan harga saham cukup membuat banyak investor bingung, dan tidak mengerti siapa sebenarnya Bandar. Beberapa investor ritel bahkan takut pada sosok tersebut.

Karena memang istilah Bandar cukup memberikan konotasi negatif. Karena sering dikaitkan dengan Bandar Judi, walaupun sebenarnya Bandar tidak hanya ada di kasino, kita tahu di hampir semua bisnis ada Bandarnya.  Kita sering mendengar tentang Bandar Cabe Merah, bandar ayam, dll.

Kalau kita menggunakan istilah yang digunakan di bursa saham international, maka sebenarnya akan lebih mudah bagi kita untuk mengerti siapa sebenarnya Bandar dan apa yang dilakukan mereka.

Di bursa saham dunia sosok Bandar paling sering disebut menggunakan istilah MARKET MAKER, istilah market maket tentu jauh lebih mudah dipahami.

Karena Market Maker berarti sosok yang menciptakan/membuat  market itu sendiri,  karena seperti sudah sering kami jelaskan fungsi Bandar adalah MENCIPTAKAN MARKET.

Tanpa ada bandar, market tidak akan berjalan, karena semua saham akan cenderung tidur. Karena tidak ada pihak yang punya cukup kekuatan untuk menaikan harga suatu saham, dan mereka yang sudah punya saham yang tidak ada yang mau menurunkan harga saham yang dimilikinya. Jadi ujungnya semua saham akan tidur, seperti saham-saham sejuta umat yang kami bahas di atas.

Istilah lain dari Bandar yang sering digunakan di bursa-bursa utama dunia adalah PRICE MAKER, Bandar disebut sebagai PEMBUAT HARGA dengan alasan yang kurang lebih sama, karena peran Bandar di bursa saham adalah untuk mengatur pergerakan harga saham yang dibandarinya.

Ada juga yang menyebut bandar sebagai LIQUIDITY PROVIDER, istilah ini digunakan karena fungsi lain dari Bandar adalah menyediakan liquiditas di bursa saham.

Kita tahu sering kali muncul berita positif dan berita negatif pada suatu emiten. Kalau ada berita positif investor ritel umumnya ingin membeli saham yang bersangkutan.  Namun pertanyaannya kalau kalau beritanya sangat bagus, dan  investor ritel semua mau membeli, siapa yang jualan ?!

Tidak peduli berapa banyak investor ritel yang mau beli, kalau tidak ada yang jualan maka tidak akan ada transaksi, dan tidak akan ada liquiditas, karena itu harus ada pihak yang mau menjual saham tersebut pada kondisi tersebut, karena itulah dibutuhkan seorang liquidity provider.

Begitu juga kalau ada berita negatif, dan semua investor ritel panic dan mau menjual saham yang dimilikinya ? Pada saat itu supaya ritel bisa jualan  atau cutloss tetap butuh pembeli, di situlah dibutuhkan fungsi seorang liquidity provider.

Untuk menjalankan peran tersebut tentunya tidak mudah, seorang liquidity provider atau bandar benar-benar harus mengatur semuanya supaya berjalan dengan serasi.

Mereka harus mengatur, kapan mereka melakukan akumulasi, kapan berita akan dikeluarkan ke publik, bagaimana format berita tersebut dikemas (sebagai berita positif atau negatif). Jadi ketika ritel mau membeli setelah membaca berita, mereka sudah punya barang untuk dijual, dan juga sebaliknya ketika ritel panic selling, mereka sudah punya uang untuk membeli.

Jadi memang bisa dikatakan fungsi Bandar itu sangat essential untuk kelangsungan bursa saham, kita semua ada di sini karena adanya Bandar. Karena tanpa adanya pergerakan harga, dan tanpa adanya liquiditas, saya yakin mayoritas dari kita tidak trading saham. Artinya tanpa ada bandar kita tidak trading saham.

Jadi menurut kami kurang fair kalau sosok Bandar dikonotasikan sebagai sosok yang negatif, bahkan menjadi sosok yang dibenci. Hanya karena kita gagal ‘mencopet Bandar’ bukan berarti kita harus membenci orang yang sedang berusaha kita copet tersebut, toh mereka tidak memaksa kita untuk mencopet mereka. Kita sendiri yang ber-inisiative untuk mencopet.

Kami harap artikel ini dapat membantu anda untuk memahami sosok bandar yang sebenarnya, dan anda jadi tidak langsung takut atau skeptis jika sendang mendengar istilah ini. Karena kembali lagi, kalau tidak ada mereka, kita pun tidak di sini sekarang.

Karena pada akhirnya mereka adalah Market Maker, mereka yang membuat market ini. Kalau anda tidak senang dengan keberadaannya, anda bisa mencari saham-saham yang sudah tidur bertahun-tahun dan sudah ditinggalkan Bandarnya, anda bisa borong saham itu dan menunggu siapa tahu harganya naik.

Dan kalau ternyata bandarnya tidak kembali juga dan tidak menaikan harga sehingga sahamnya tetap tidur, mungkin anda bisa mengumpulkan uang untuk menaikan harga saham itu sendiri, dan berharap di harga atas ada ritel lain yang membeli saham yang anda miliki. Dan tanpa disadari anda sudah menjadi Market Maker di saham itu, alias Bandar itu sendiri.

 

 


Selama ini mayoritas investor ritel fokus melawan Bandar, sehingga ketika Bandar jualan investor ritel fokus memborong saham tersebut, ketika bandar membeli, investor ritel berbondong-bondong untuk menjual saham tersebut. Namun setelah kami pelajari ada cara lebih mudah untuk mencari untung di bursa saham, yaitu dengan mengikuti pergerakan bandar, dan bukan melawannya. Namun untuk itu, pola pikir anda harus berubah, anda harus berhenti berpikir seperti ritel, dan mulai berpikir sebagai Bandar, supaya anda bisa mengerti bagaimana cara mengikuti pergerakan Bandar.

Itulah yang diajarkan dalam Workshop Bandarmologi yang kami adakan, dari hasil riset 12 tahun terakhir, kami menemukan berbagai metode untuk mendeteksi dan mengikuti pergerakan bandar di bursa kita, pembelajaran ini tidak akan anda temukan di tempat lain, karena memang pembelajaran ini didapat dari riset dan praktek, bukan dari teori yang ditulis di buku-buku.