Untuk mengamati tari-tarian tradisional, ada beberapa cara, salah satunya dipandang dari fungsinya. Soedarsono, membagi fungsi tari atas dasar :
a. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai upacara.
Tari yang berfungsi sebagai upacara, apabila tari tersebut memiliki ciri : dipertunjukan pada waktu terpilih, tempat terpilih, penari terpilih, dan disertai sesajian. Dalam hal ini bapak-ibu guru bisa mengamati tari-tari yang ada di daerah sekitar lingkungannya atau daerah lainnya. Bagi bapak-ibu guru yang berada di Bali, tentunya tidak akan sulit menemukan tari-tari tersebut. Hampir semua tari yang digunakan untuk acara keaagamaan memiliki fungsi upacara. Bagi bapak-ibu guru yang berada Yogyakarta atau Surakarta, tentu mengenal tari Bedhaya dan tari Serimpi yang digelar di keraton pada setiap upacara penting. Gambar di bawah ini adalah salah satu contoh tari yang berfungsi sebagai upacara.
b. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi
Tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi, memiliki ciri gerak yang spontan. Pernahkah bapak-ibu guru menyaksikan orang menari dengan gerak spontan? Betul sekali, jika bapak-ibu guru menyatakan orang yang sedang ramai-ramai menari diiringi musik dangdut adalah menari sebagai hiburan pribadi. Dari pengamatan bapak-ibu guru, mengapa mereka menari secara spontan? Sekali lagi bapak-ibu guru benar, bahwa pada intinya tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi ini dilakukan untuk kesenangan sendiri atau kegembiraan yang sesaat.
c. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis
Tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis, adalah tari yang disiapkan untuk dipertunjukan. Apakah bapak-ibu guru pernah menonton pertunjukan tari di gedung pertunjukan atau televisi? Sudah tentu sering sekali menonton pertunjukan seperti itu, ya...! Banyak sekali pergelaran tari sebagai penyajian estetis itu. Menurut bapak-ibu guru, bagaimana cara penari agar terlihat kompak, serempak, hapal gerakan, sesuai dengan iringannya? Tentu saja latihan yang intens dengan sesama penari dan juga menyesuaikannya dengan musik pengiringnya.
a. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai upacara.
Tari yang berfungsi sebagai upacara, apabila tari tersebut memiliki ciri : dipertunjukan pada waktu terpilih, tempat terpilih, penari terpilih, dan disertai sesajian. Dalam hal ini bapak-ibu guru bisa mengamati tari-tari yang ada di daerah sekitar lingkungannya atau daerah lainnya. Bagi bapak-ibu guru yang berada di Bali, tentunya tidak akan sulit menemukan tari-tari tersebut. Hampir semua tari yang digunakan untuk acara keaagamaan memiliki fungsi upacara. Bagi bapak-ibu guru yang berada Yogyakarta atau Surakarta, tentu mengenal tari Bedhaya dan tari Serimpi yang digelar di keraton pada setiap upacara penting. Gambar di bawah ini adalah salah satu contoh tari yang berfungsi sebagai upacara.
b. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi
Tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi, memiliki ciri gerak yang spontan. Pernahkah bapak-ibu guru menyaksikan orang menari dengan gerak spontan? Betul sekali, jika bapak-ibu guru menyatakan orang yang sedang ramai-ramai menari diiringi musik dangdut adalah menari sebagai hiburan pribadi. Dari pengamatan bapak-ibu guru, mengapa mereka menari secara spontan? Sekali lagi bapak-ibu guru benar, bahwa pada intinya tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi ini dilakukan untuk kesenangan sendiri atau kegembiraan yang sesaat.
c. Pengamatan terhadap tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis
Tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis, adalah tari yang disiapkan untuk dipertunjukan. Apakah bapak-ibu guru pernah menonton pertunjukan tari di gedung pertunjukan atau televisi? Sudah tentu sering sekali menonton pertunjukan seperti itu, ya...! Banyak sekali pergelaran tari sebagai penyajian estetis itu. Menurut bapak-ibu guru, bagaimana cara penari agar terlihat kompak, serempak, hapal gerakan, sesuai dengan iringannya? Tentu saja latihan yang intens dengan sesama penari dan juga menyesuaikannya dengan musik pengiringnya.