Wacana dan Teks sebagai Realisasi Proses Sosial
Wacana dan teks dapat muncul dalam proses sosial kebahasaan dan nonkebahasaan. Di dalam proses sosial kebahasaan, wacana merealisasikan perilaku verbal yang menjadi sentral atau dominan, sedangkan di dalam proses sosial nonverbal menjadi periferal. Artinya, pencapaian tujuan proses sosial kebahasaan ini direalisasikan melalui wacana. Dengan demikian, wacana mengandung nilai-nilai dan norma-norma kultural yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Tipe teks atau wacana, seperti musyawarah di dalam masyarakat tradisional, upacara adat suku Kiriwian, dan diskusi di dalam masyarakat Barat, merupakan contoh wacana atau teks yang menghadirkan nilai dan norma kultural dari masyarakatnya. Contoh lain, tipe teks debat yang terdapat di parlemen negara Barat, teks esai, atau wawancara televisi menunjukkan bahwa sebuah teks juga dibentuk dengan kandungan ideologis partisipannya.
Kandungan ideologis dalam teks akan tampak pada bentuk perubahan atau keinginan untuk mempertahankan atau menentang sebuah yang terdapat di dalam teks. Dalam pengertian seperti ini, akhirnya teks merupakan fenomena linguistis yang dibentuk secara sosio-kultural dan ideologis.
Sementara itu, di dalam proses sosial nonkebahasaan, wacana hanya memerankan fungsi periferal. Fungsi utama proses sosial tersebut direalisasikan melalui aktivitas nonkebahasaan. Sepak bola, tenis, kerja bakti, dan sebagainya merupakan contoh proses sosial nonkebahasaan tersebut. Di dalam proses sosial seperti itu peran bahasa sangat sedikit dan tidak berperan membangun proses sosial secara keseluruhan.
Sumber : Buku K13 Bahasa Indonesia kelas IX
Wacana dan teks dapat muncul dalam proses sosial kebahasaan dan nonkebahasaan. Di dalam proses sosial kebahasaan, wacana merealisasikan perilaku verbal yang menjadi sentral atau dominan, sedangkan di dalam proses sosial nonverbal menjadi periferal. Artinya, pencapaian tujuan proses sosial kebahasaan ini direalisasikan melalui wacana. Dengan demikian, wacana mengandung nilai-nilai dan norma-norma kultural yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Tipe teks atau wacana, seperti musyawarah di dalam masyarakat tradisional, upacara adat suku Kiriwian, dan diskusi di dalam masyarakat Barat, merupakan contoh wacana atau teks yang menghadirkan nilai dan norma kultural dari masyarakatnya. Contoh lain, tipe teks debat yang terdapat di parlemen negara Barat, teks esai, atau wawancara televisi menunjukkan bahwa sebuah teks juga dibentuk dengan kandungan ideologis partisipannya.
Kandungan ideologis dalam teks akan tampak pada bentuk perubahan atau keinginan untuk mempertahankan atau menentang sebuah yang terdapat di dalam teks. Dalam pengertian seperti ini, akhirnya teks merupakan fenomena linguistis yang dibentuk secara sosio-kultural dan ideologis.
Sementara itu, di dalam proses sosial nonkebahasaan, wacana hanya memerankan fungsi periferal. Fungsi utama proses sosial tersebut direalisasikan melalui aktivitas nonkebahasaan. Sepak bola, tenis, kerja bakti, dan sebagainya merupakan contoh proses sosial nonkebahasaan tersebut. Di dalam proses sosial seperti itu peran bahasa sangat sedikit dan tidak berperan membangun proses sosial secara keseluruhan.
Sumber : Buku K13 Bahasa Indonesia kelas IX