Suatu ketika jama’ah haji Darul Musthofa mengadakan pertemuan khusus
bersama Sayyid Salim bin Umar bin Hafidz (putra Guru Mulia Habib Umar),
dalam kesempatan tersebut Sayyid Salim bercerita :
“Waktu itu.. ada seseorang yang mengakui tanah milik Sayyidil Walid (Habib Umar bin Hafidz), ia mengatakan tanah itu adalah miliknya, keesokannya, aku datangi orang itu, aku jelaskan kalau tanah ini milik Habib Umar dan surat surat resminya ada ditangan beliau”.
Sayyid Salim memberikan bukti kuat, namun orang tersebut tidak bergeming, dia tetap ngotot tanah tersebut miliknya. Akhirnya dengan terpaksa Sayyid Salim mengadukan hal tersebut kepada Sang ayah Habib Umar bin Hafidz atas permasalahan yang sedang dihadapinya.
”Abah.. si fulan mengakui tanah kita yang berada di daerah sana..”, beliau malah tersenyum lalu berkata :
“Kalau begitu kita ikhlas kan saja tanah itu untuk dia”, Sayyid Salim terheran-heran dan mencoba untuk memastikan
”Tapi bukankah surat-surat resmi tanah itu ada di tangan kita ?”
beliau menjawab :
”Salim.. kita tidak akan berseteru dengan saudara muslim, hanya karena urusan duniawi. Kita tidak akan pernah memperebutkan dunia dengan siapapun, seandainya dia juga mengakui rumah kita ini.. Kita akan ikhlaskan rumah ini untuknya, kita masih memiliki mobil, kita bisa tidur disana”
Demikianlah kedudukan dunia dihadapan seorang waliyullah. Sangat selaras dengan ajaran leluhurnya Al Musthofa SAW
“Seandainya dunia disisi Allah, seekor sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan mengizinkan orang kafir meminum setetes air pun dari dunia ini” (Sayyiduna Rasulullah saw)
Kini kota Jakarta sedang bersiap menyambut kedatangan tamu mulia, pewaris Nabi Muhammad SAW, Guru Mulia Al Habib Umar bin Hafidz. Siapkan diri kita semua, ajak sanak saudara dan handai taulan meramaikan perkumpulan mulia tanggal 8-9 November 2015.
“Waktu itu.. ada seseorang yang mengakui tanah milik Sayyidil Walid (Habib Umar bin Hafidz), ia mengatakan tanah itu adalah miliknya, keesokannya, aku datangi orang itu, aku jelaskan kalau tanah ini milik Habib Umar dan surat surat resminya ada ditangan beliau”.
Sayyid Salim memberikan bukti kuat, namun orang tersebut tidak bergeming, dia tetap ngotot tanah tersebut miliknya. Akhirnya dengan terpaksa Sayyid Salim mengadukan hal tersebut kepada Sang ayah Habib Umar bin Hafidz atas permasalahan yang sedang dihadapinya.
”Abah.. si fulan mengakui tanah kita yang berada di daerah sana..”, beliau malah tersenyum lalu berkata :
“Kalau begitu kita ikhlas kan saja tanah itu untuk dia”, Sayyid Salim terheran-heran dan mencoba untuk memastikan
”Tapi bukankah surat-surat resmi tanah itu ada di tangan kita ?”
beliau menjawab :
”Salim.. kita tidak akan berseteru dengan saudara muslim, hanya karena urusan duniawi. Kita tidak akan pernah memperebutkan dunia dengan siapapun, seandainya dia juga mengakui rumah kita ini.. Kita akan ikhlaskan rumah ini untuknya, kita masih memiliki mobil, kita bisa tidur disana”
Demikianlah kedudukan dunia dihadapan seorang waliyullah. Sangat selaras dengan ajaran leluhurnya Al Musthofa SAW
“Seandainya dunia disisi Allah, seekor sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan mengizinkan orang kafir meminum setetes air pun dari dunia ini” (Sayyiduna Rasulullah saw)
Kini kota Jakarta sedang bersiap menyambut kedatangan tamu mulia, pewaris Nabi Muhammad SAW, Guru Mulia Al Habib Umar bin Hafidz. Siapkan diri kita semua, ajak sanak saudara dan handai taulan meramaikan perkumpulan mulia tanggal 8-9 November 2015.