Penampilan teater pada dasarnya merupakan proses pemanggungan sebuah lakon. Naskah drama yang berupa teks berisi kata-kata karya seorang pengarang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa pentas oleh para seniman penggarap maka itulah pertunjukan teater. Istilah lain untuk proses penterjemahan bahasa ungkap yang dipanggungkan adalah transformasi.
Bahasa kata-kata dalam teks naskah yang awalnya hanya simbol-simbol verbal, kemudian diperkaya dengan simbol-simbol audio dan visual. Seorang penggarap teater akan selalu mencari padanan sarana simbol yang digunakan dalam teks naskah ke dalam versi pertunjukan. Misalnya, kata “tidak” dalam teks naskah apakah kemudian langsung diucapkan oleh pemain? Atau hanya cukup dengan bahasa tubuh dengan cara menggelengkan kepala. Dapat juga kata “tidak” divisualkan dengan gerakan tangan yang seolah-olah menolak atau mungkin dapat menggunakan seluruh media ungkap, baik visual maupun verbal serta audio agar betul-betul lengkap. Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan media ungkap, efektivitas dan kesesuaiannya dengan karakter tokoh cerita yang dimainkan. Karakter tokoh yang lincah, berani dan tegas senantiasa menyertakan bahasa tubuh ketika dia sedang berbicara. Berbeda dengan seseorang yang dingin, pendiam, atau pemalu. Dia akan sulit berkomunikasi dengan orang lain. Akibatnya gagasannya atau hasratnya, atau keinghinginannya sulit untuk dipahami oleh orang lain. Kedua karakter tersebut di atas dapat hadir dalam satu cerita dan bagaimanana cara menampilkannya.
Bukan hal gampang untuk menerjemahkan bahasa teks (sastra drama) ke dalam bahasa pertunjukan. Ada banyak pengetahuan dan pengalaman yang harus dimiliki oleh seorang penggarap drama. Jika garapan drama tidak disertai dengan pengetahuan dan pengalaman, maka produk drama yang dipertunjukan akan berkesan miskin pengalaman dan pengetahuan. Sebaliknya jika penggarapnya adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan serta pengalaman maka pertunjukan akan berkesan kaya dan bagus. Seseorang yang memiliki banyak pengetahuan tidak akan kehabisan ide untuk manafsirkan hal-hal yang ada dalam sastra drama untuk kebutuhan pertunjukan. Seseorang yang memiliki banyak pengalaman dalam proses garapan dan menonton karya orang lain, sangat memungkinkan untuk menghadirkan ide-ide yang orisinal, bukan tiruan dari karya orang lain. Orisinalitas karya adalah keunikan seniman penggarap yang membedakan dirinya dengan seniman lainnya.Semua itu berindikasi pada suksesnya garapan drama, serta itulah kualitas karya yang membuat penonton merasa empati pada karya tersebut.
Bahasa kata-kata dalam teks naskah yang awalnya hanya simbol-simbol verbal, kemudian diperkaya dengan simbol-simbol audio dan visual. Seorang penggarap teater akan selalu mencari padanan sarana simbol yang digunakan dalam teks naskah ke dalam versi pertunjukan. Misalnya, kata “tidak” dalam teks naskah apakah kemudian langsung diucapkan oleh pemain? Atau hanya cukup dengan bahasa tubuh dengan cara menggelengkan kepala. Dapat juga kata “tidak” divisualkan dengan gerakan tangan yang seolah-olah menolak atau mungkin dapat menggunakan seluruh media ungkap, baik visual maupun verbal serta audio agar betul-betul lengkap. Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan media ungkap, efektivitas dan kesesuaiannya dengan karakter tokoh cerita yang dimainkan. Karakter tokoh yang lincah, berani dan tegas senantiasa menyertakan bahasa tubuh ketika dia sedang berbicara. Berbeda dengan seseorang yang dingin, pendiam, atau pemalu. Dia akan sulit berkomunikasi dengan orang lain. Akibatnya gagasannya atau hasratnya, atau keinghinginannya sulit untuk dipahami oleh orang lain. Kedua karakter tersebut di atas dapat hadir dalam satu cerita dan bagaimanana cara menampilkannya.
Bukan hal gampang untuk menerjemahkan bahasa teks (sastra drama) ke dalam bahasa pertunjukan. Ada banyak pengetahuan dan pengalaman yang harus dimiliki oleh seorang penggarap drama. Jika garapan drama tidak disertai dengan pengetahuan dan pengalaman, maka produk drama yang dipertunjukan akan berkesan miskin pengalaman dan pengetahuan. Sebaliknya jika penggarapnya adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan serta pengalaman maka pertunjukan akan berkesan kaya dan bagus. Seseorang yang memiliki banyak pengetahuan tidak akan kehabisan ide untuk manafsirkan hal-hal yang ada dalam sastra drama untuk kebutuhan pertunjukan. Seseorang yang memiliki banyak pengalaman dalam proses garapan dan menonton karya orang lain, sangat memungkinkan untuk menghadirkan ide-ide yang orisinal, bukan tiruan dari karya orang lain. Orisinalitas karya adalah keunikan seniman penggarap yang membedakan dirinya dengan seniman lainnya.Semua itu berindikasi pada suksesnya garapan drama, serta itulah kualitas karya yang membuat penonton merasa empati pada karya tersebut.