ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN














BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN






MATERI:
ANALISIS PENERAPAN
MODEL PEMBELAJARAN













DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2017



ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

A.   Konsep
1.    Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Selaras dengan itu pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaianuntuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.

Beberapa konsep pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sandaran dalam mengembangkan belajar di PMK yang diantaranya;
·         mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar memiliki wawasan kerja, keterampilan teknis bekerja, employability skills, dan melakukan transformasi diri terhadap perubahan tuntutan dunia kerja (Putu Sudira; 2016).
·         “pendidikan kejuruan akan menjadi efisien bila pembelajarannya (peserta didik dilatih) dengan cara mengimitasi/mereplikasi lingkungan kerja semirip mungkin dengan yang terjadi di tempat pekerjaan yang sebenarnya” Charles A. Prosser (1950 : 217). “Pembelajaran pada pendidikan kejuruan dapat efektif jika pelatihan dilakukan dengan cara yang sama seperti di dunia kerja termasuk penggunaan peralatan dan mesin” Konsep ke dua dari Charles A.Prosser (1950 : 218). “Pembelajaran pada pendidikan kejuruan akan efektif sesuai proporsinya jika pembelajaran dilatihkan secara langsung dan secara individu pada peserta didik dalam kebiasaan berfikir dan diperlukan habit memanipulasinya dalam kompetensi keahlian itu sendiri” Konsep ke tiga dari Charles A.Prosser (1950 : 220).

Pembelajaran dengan pereplikaan seperti konsep di atas hampir mirip dengan teaching factory atau production based trainning/Production Based Education Trainning dan ini memungkinkan akan terbangun pembiasaan pada peserta didik sesuai tuntutan dunia kerja dan akhirnya mereka memiliki kesiapan untuk mendapatkan peluang dalam memasuki lapangan kerja yang sebenarnya.

·         Konsep pembelajaran abad 21 yakni model relasi sain dan rekayasa yang dikembangkan oleh Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009; disadur dari Putu Sudira). Pada konsep ini sain lebih menekankan pada metoda penyelidikan dan penemuan untuk menjelaskan gejala-gejala alam, sedangkan rekayasa dan teknologi menggunakan strategi perancangan dan penemuan solusi atas problematika kehidupan.

2.   Konsep Saintifik
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, prosedur, hukum atau prinsip, melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan

3.   Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (Joice&Wells). Sedangkan menurut “Arends dalam Trianto”, mengatakan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”.

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
a.    Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
b.    Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
c.    Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
d.    Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.  (Trianto, 2010).

B.   Deskripsi
1.    Prinsi-prinsip pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PMK meliputi:
Prinsip umum(1) Pembelajaran sepanjang hayat;(2) Menerapkan pendekatan ilmiah; (3) Menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (4) Menerapkan pembelajaran secara terpadu dan tuntas (mastery learning); (5) Memperhatikan keseimbangan antara hard skills dan soft skills; (6) Menggunakan berbagai sumber belajar; (7) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi; (8) Menerapkan metode pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan serta mempertimbangkan karakteristik peserta didik; dan (9) Menerapkan strategi pembelajaran berbasis kompetensi, dan model-model belajar inkuiri, discovery learning, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis produk dan pembelajaran berbasis proyek.

Prinsip khusus(1)Menekankan pada keterampilan aplikatif; (2) Berlangsung di rumah, sekolah/madrasah dan masyarakat/Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI); (3) Iklim belajar merupakan simulasi dari lingkungan kerja di DUDI; (4) Berdasarkan pada pekerjaan nyata, otentik dan sarat nilai melalui teaching factory untuk mendapatkan pembiasaan berpikir dan bekerja dengan kualitas seperti di tempat kerja; (5) Berdasarkan permintaan pasar kerja; (6) Melibatkan praktisi ahli yang berpengalaman di bidangnya untuk memperkuat pembelajaran dengan cara pembimbingan saat praktik kerja lapangan dan PSG; dan (7) Menerapkan sistem penyelenggaraan pendidikan terbuka (Multi Entry-Multi Exit System/MEMES) dan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL);

2.    Karakteristikpembelajaran pada Pendidikan kejuruan di adopsi dari Crunkilton (1984) sejalan dengan pernyataan Charles A. Prosser (1950:215) bahwa karakteristik pembelajaran pada pendidikan kejuruan secara proporsi hanya menyiapkan peserta didik secara nyata untuk melakukan pekerjaan dengan menetapkan (establish) habit berfikir yang benar dan bekerja dengan tepat melalui pembelajaran atau pelatihan yang berulang-ulang pada lingkup kompetensi keahlian yang dipelajarinya.

3.    Perancangan pembelajaran SMK dengan memperhatikan karakteristik Pembelajaran pada Pendidikan kejuruan sebagai berikut:
·         diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja
·         didasarkan atas kebutuhan dunia kerja
·         ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
·         Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “mind-on, heart-on, hands-on” atau cara cara pikir, sikap dan keterampilan kerja di dunia usaha atau produksi
·         melibatkan dunia kerja sebagai  kunci keberhasilan pendidikan kejuruan
·         responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi
·         lebih ditekankan pada “learning by doing
·         memerlukan fasilitas praktek sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri

4.    Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan kemampuan dari suatu keadaan yang ingin dicapai sebagai hasil perubahan dari yang peserta didik pelajari atau pernyataan sebagai hasil dari pendidikan dan pelatihan. Agar tujuan pembelajaran di SMK efektif, maka perumusannya dapat menggunakan beberapa pertanyaan dasar yang berkaitan dengan pembelajaran yakni: “kemana kita akan pergi; bagaimana kita akan mencapainya; dan bagaimana kita mengetahui bahwa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan” ( Mager; 1984 :24). Secara umum tujuan pembelajaran pada SMK adalah: (1) Memahami persyaratan kompetensi kerja, (2) melakukan pekerjaan rutin, (3) menguasai prosedur kerja sehari-hari, (4) menerapkan standar keamanan kerja, (5) meningkatkan produktifitas, (6) mampu bekerja dalam tim kolaboratif, (7) melek digital dan simbol-simbol dalam pekerjaan, (8) memperhatikan kualitas, efisiensi, (9) menerapkan etika, moralitas kerja, (10) memahami perubahan nasional dan (11) memiliki jiwa kewirausahaan (Putu Sudira; 2016).

5.    Proses pembelajaran pendekatan saintifikmengacu pada pendekatan langkah berpikir saintifik, mengandung 5 (lima) langkah yang tidak selalu harus berurut dan seluruhnya ada dalam satu kali pertemuan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
a.    Mengamati, yaitu kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah.
b.    Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru hingga siswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatan menanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.
c.    Mengumpulkan data, yaitu kegiatan siswa mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji hipotesis.
d.    Mengasosiasi, yaitu kegiatan siswa mengolah data dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
e.    Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari kegiatan mengomunikasikan adalah siswa dapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.

6.    Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Guna memperkuat pendekatan saintifik serta pendekatan rekayasa dan teknologi serta mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya nyata, baik individual maupun kelompok, maka diterapkan strategi pembelajaran menggunakan model model pembelajaran penyingkapan (inquiry learning), pembelajaran penemuan (discovery learning) dan pendekatan pembelajaran berbasis hasil karya yang meliputi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) serta pelatihan berbasis produk (production based training) dan pembelajaran berbasis proyek (project based learning) serta teaching factorysesuai dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan.

7.    Jenis dan sintaksis model pembelajaran
a.    Model Pembelajaran Penemuan(Discovery Learning))
Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi(pengambilan keputusan/kesimpulan). Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Sebagai Contoh penerapan model ini melalui strategi deduktif dimana peserta didik diberikan tugas untuk menentukan rumus luas lingkaran melalui permainan kertas berbentuk lingkaran yang dibagi dalam n sektor yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling sudah diketahui sebelumnya. Dari permainan kertas tersebut peserta didik dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah..............;

Tujuan pembelajaran model Discovery Learning
·         Meningkatkan Kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran
·         Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak
·         Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan
·         Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain
·         Meningkatkan Keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna
·         Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam aktivitas situasi belajar yang baru

Sintak model Discovery Learning
·         Pemberian rangsangan (Stimulation);
·         Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
·         Pengumpulan data (Data Collection);
·         Pembuktian (Verification), dan
·         Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).

b.    Model Inquiry Learning  Terbimbing dan Sains
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan. Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan siswa pada kasus yang nyata di dalam penyelidikan dengan cara mengkonfontasi dengan area yang diselidiki, dengan cara membantu mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi pada area investigasi serta mendorong dalam cara-cara mengatasi masalah.

Tujuan Pembelajaran Inquiry untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses mental.

Sintak/tahap model inkuiri terbimbing meliputi:
·         Orientasi masalah;
·         Pengumpulan data dan verifikasi;
·         Pengumpulan data melalui eksperimen;
·         Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
·         Analisis proses inkuiri.

Sintak/tahap model inkuiri Sains (Biology)
·         Menentukan area investigasi termasuk metodologi yang akan digunakan
·         Menstrukturkan problem/masalah
·         Mengidentifikasi problem-problem yang kemungkinan terjadi  dalam proses investigasi
·         Menyelesaikan kesulitan/masalah dengan melakukan desain ulang, mengumpulkan dan mengorganisir data dengan cara lain dan sebagainya.

c.    Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Merupakan pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000).Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang komplek, problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi kasus.Peserta didik melakukan penelitian dan menetapan solusi untuk pemecahan masalah. (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111).

TujuanPembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOT’s) yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dan  secara aktif mengembangkan  keinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt).Pengembangan kemandirian belajar dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.

Sintak model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
·         Mengidentifikasi masalah;
·         Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan;
·         Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
·         Melakukan tindakan strategis, dan
·         Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.

Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
·         Merumuskan uraian masalah;
·         Mengembangkan kemungkinan penyebab;
·         Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
·         Mengevaluasi.

d.    Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerja sama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron 2011).

Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/ taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).

Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
·         Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question);
·         Mendesain perencanaan proyek;
·         Menyusun jadwal (Create a Schedule);
·         Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project);
·         Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
·         Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).

e.    Model Pembelajaran Production Based Training/ Production Based Education Training
Model inimerupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.

Tujuan penggunaan model pembelajaran PBT/PBET adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta kemampuan kerjasama (berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja.

Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:
·         Merencanakan produk;
·         Melaksanakan proses produksi;
·         Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
·         Mengembangkan rencana pemasaran.
(Diadaptasi dari Ganefri; 2013; G. Y. Jenkins, Hospitality 2005).

f.     Model Pembelajaran Teaching Factory
Pembelajaran teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.Pelaksanaan teaching factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching factory  (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah,  pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.

Pelaksanaanteaching factory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model , dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebut  adalah sebagai berikut:
1)   Model pertama, Dual Sistemdalam bentuk praktek kerja industri yaitu pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training.
2)   Model Kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada metode ini, penilaian peserta didik dirancang sehingga dapat memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
3)   Model ketiga Production Based Education and Training(PBET) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan masyarakat).
4)   Model keempat, Teaching factory adalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar.

Tujuan Pembelajaran Teaching Factory
1)    Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja, dan wirausaha;
2)    Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya.
3)    Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing.
4)    Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
5)    Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK
6)    Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual, dll
7)    memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.

Tujuan yang selaras tentang pembelajaran teaching factory (Sema E. Alptekin, Reza Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf; 2001) adalah:
1)    Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur moderen sehingga secara efektif dapat berkompetitif di industri.
2)    Meningkatkan pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur moderen.
3)    Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang terpadu
4)    Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.

Sintaksis Teaching Factory
Pembelajaran teaching factory dapat menggunakan sintaksis PBET/PBT atau dapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal Poly-San Luis Obispo USA ( Sema E. Alptekin: 2001) dengan langkah-langkah:
·         Merancang produk
·         Membuat prototype
·         Memvalidasi dan memverifikasi prototype
·         Membuat produk masal

Berdasarkan hasil penelitian,Dadang Hidayat (2011) mengembangkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut :
·         Menerima Order
·         Menganalisis order
·         Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
·         Mengerjakan order
·         Mengevaluasi produk
·         Menyerahkan order


8.    Analisis Pemilihan Model Pembelajaran
Memilih atau menentukan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh karakteristik Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari materi yang akan diajarkan, dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap model pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan peserta didik dengan bimbingan guru

Pemilihan suatu model belajar sangat ditentukan oleh isi rumusan Kompetensi Dasar/materi pembelajaran.Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu pula. Guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning).

Rumusan KD yang mengarah pada pembentukan penguasaan konsep dan prinsip tentu sangat tepat menggunakan model pembelajaran Inquiry  atau model pembelajaran discovery learning karena ke dua model pembelajaran tersebut membentuk kemampuan eksplanasi terhadap konsep phenomena alam dan sosial yang terjadi. Guru pada saat akan memilih model belajar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut di antaranya:

a.    Menganalisis rumusan pernyataan setiap  KD
b.    Membaca tujuan dari setiap model belajar
c.    Menentukan apakah rumusan KD cenderung pada pembentukan konsep/prinsip atau pada pembentukan hasil karya
d.    Kompetensi Dasar  (KD-di KI-3; KD-di KI-4) pada kelompok mata pelajaran Dasar Kejuruan (C1) dan kelompok mata pelajaran Dasar Keahlian (C2) yang cenderung pada penguasaan konsep/prinsip yang membentuk kemampuan eksplanasi sangat tepat menggunakan model pembelajaran Inquiry/Discovery learning sebagai fondasi mata pelajaran kelompok Kompetensi Keahlian (C3).
e.    Kompetensi Dasar (KD-di KI-3; KD-di KI-4) pada kelompok mata pelajaran kompetensi keahlian (C3) yang cenderung membentuk kemampuan solusi-solusi teknologi dan rekayasa atau hasil karya dapat menggunakan model belajar Problem based learning,Production based Trainning, Project Based Learning dan Teacfing Factory.

Berdasarkan rambu-rambu pemilihan model di atas dapat digunakan tabel pemilihan model belajar seperti di bawah ini.

Tabel 1
PENENTUAN MODEL PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran: Simulasi dan Komunikasi Digital

No.
Kompetensi Dasar
Analisis KD
Model Pembelajaran
.
KD.3.2 Menerapkan pengetahuan pengelolaan informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (online).
KD-3.2 menitikberatkan pada pembentukan pengetahuan konseptual dan prosedural
Model Pembelajaran
Discovery Learning
KD.4.2 Melakukan pengelolaan informasi digital melalui komunikasi daring (online).
KD 4.2 Pernyataan pada taksonomi keterampilan kongkret pada gradasi membiasakan gerakan atau manipulasi.


9.    Penyusunan Kegiatan Pembelajaran (menggunakan matrik perancah)
Penyusunan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sangat dipengaruhi oleh bentuk kemampuan yang ingin dibentuk dari setiap langkah mengamati, menanya, mencoba, menganalisis dan mengkomunikasikan.Langkah-langkah tersebut harus diselaraskan dengan langkah-langkah belajar (sintaksis) dari setiap model belajar sehingga antara pembentukan kemampuan saintifik dengan langkah-langkah belajar terjadi keselarasan dan keterpaduan dalam bentuk pengalaman belajar atau aktivitas belajar yang berpusat pada peserta didik. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kegiatan pembelajaran diusahakan kegiatan pengalaman balajar yang dilakukan peserta didik harus mencapai indikator pembelajaran.

Untuk memudahkan pemaduan pendekatan saintifik dengan model belajar serta Kompetensi Dasar dalam hal ini indikator yang akan dicapai sebagai tahapan-tahapan hasil belajar dapat digunakan matrik perancah seperti format berikut ini.

C.   Contoh
Langkah sinkronisasi proses berpikir ilmiah (saintifik) dengan model pembelajaran yang dipilih atas dasar hasil analisis, dapat menggunakan matrik perancah sebagai pertolongan sebelum dituliskan menjadi kegiatan inti pada RPP. Pemaduan atau sinkronisasi antara langkah-langkah proses berpikir ilmiah (saintifik) dan sintaks (tahapan/langkah kerja) model pembelajaran dilakukan sebagai berikut.
a.    Pilih pasangan KD dari mata pelajaran yang diampu sesuai hasil analisis keterkaitan KI-KD dengan silabus dan buku teks siswa terkait.
b.    Rumuskan IPK dari KD di KI-3 dan KD di KI-4 sesuai dengan dimensi proses atau level pengetahuan dan dimensi kategori pengetahuan serta keterampilan yang terkandung di masing-masing KD. Setiap KD minimal memiliki 2 (dua) indikator.
c.    Petakan pemilihan model pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan model pembelajaran.
d.    Pilih model pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan model pembelajaran.
e.    Tentukan kegiatan peserta didik dan kegiatan guru sesuai dengan langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran yang dipilih, kemudian sinkronkan dengan proses berpikir ilmiah (saintifik) sampai mencapai IPK.





Tabel 2.
Matriks Perancah Pemaduan Sintak Model Pembelajaran Discovery Learningdan Proses Berpikir Ilmiah (Saintifik)
pada MapelSimulasi dan Komunikasi Digital
3.     Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, operasional lanjut, dan metakognitif secara multidisiplin sesuai dengan bidang dan lingkup kajian Simulasi dan Komunikasi Digital(Simulasi Digital) pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.
4.     Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan lingkup kajian Simulasi dan Komunikasi Digital(Simulasi Digital). Menampilkan kinerja mandiri dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadika ngerak alami, sampai dengan tindakan orisinal dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik secara mandiri.

Kompetensi
Dasar
IPK

Sintaksis model Discovery Learning
Proses Berfikir Ilmiah (Saintifik)
Tujuan
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Mengomuni-kasikan
3.2.Menerapkan pengetahuan pengelolaan informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (online).
·     Menerangkan komunikasi daring asinkron.

·     Menerangkan komunikasi daring sinkron.

·  Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat :
a.   Menyebutkan bentuk komunikasi daring asinkron
b.  Menjelaskan prinsip komunikasi daring asinkron
c.   menjelaskan 2 jenis pengelolaan informasi digital melalui komunikasi daring online dengan santun

·  Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat:
a.    menjelaskan proses terjadinya komunikasi daring sinkron
b.   menentukan kebutuhan pokok fasilitas yang diperlukan untuk pengelolaan informasi digital daring online secara mandiri.

Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik akan dapat menjelaskan cara melakukan komunikasi daring online dengan percaya diri.
1.  Pemberian stimulus terhadap siswa.
·     Guru meminta siswa untuk melihat berbagai jenis komunikasi dalam jaringan (daring/online) melalui bahan tayangan.
·     Guru menugaskan siswa membaca buku untuk meng identifikasi berbagai jenis komunikasi dalam jaringan (daring)
·     Siswa melihat bahan tayang yang disajikan oleh Guru.
·     Siswa membaca buku berkaitan dengan berbagai jenis komukasi jaringan(daring)
·     Siswa berdiskusi tentang berbagai jenis komunikasi dalam jaringan (daring).
·     Siswa mengidentifikasi ciri-ciri komunikasi jaringan (daring) asinkron dan sinkron dari hasil diskusi dan buku.
·     Siswa menentukan komunikasi jaringan (daring) asinkron dan sinkron.





·     Menerangkan kewargaan digital.
·     Menentukan prosedur komunikasi daring asinkron dan komunikasi daring sinkron
·   
2.  Identifikasi  masalah

·     Guru menugaskan siswa untuk menentukankasi masalah utama apa dalam membuat komunikasi daring sinkron dan asinkron serta syarat-syarat seseorang dikatakan warga digital.
·     Siswa mengidentifikasi masalah – masalah melalui contoh yang didemonstrasika n oleh guru mengenai e-mail, (komunikasi asinkron) dan chatting (komunikasi sinkron).
·     Siswa membaca buku untuk mendapatkan informasi tentang syarat- ­syarat dikatakan temasuk warga digital seseorang
·     Siswa mendiskusikan syarat-syarat seseorang dikatakan termasuk warga digital.
·     Berdasarkan hasil membaca buku dan diskusi siswa merumuskan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menjadi warga digital meliputi kebaikan, keurukan, dan undang-undang ITE.
·     Guru meminta siswa untuk menentukan prosedur komunikasi daring asinkron dan sisnkron sesuai aturan melalui buku siswa  dan hasil diskusi
·     Siswa menggali informasi prosedur tentang informasi komunikasi daring asingkron dan sinkron
·     Siswa mendiskusikan untuk menentukan prosedur daring asingkron dan sinkron
·     Siswa menyampaikan pada kelompok lain dan menanggapinya berkaitan  prosedur komunikasi daring asinkron dan sinkron




4.2    Melakukan pengelolaan informasi digitalmelalui komunikasi daring (online).
·     Mengikuti komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarkan contoh.







·     Mendemonstrasikan komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarkan tugas.
·  Disediakan peralatan komunikasi dan jaringan internet, peserta didik akan dapat melakukan komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarkan contoh dengan percaya diri
·  Disediakan peralatan komunikasi dan jaringan internet, peserta didik akan dapat mendemonstrasikan komunikasi daring asinkron dan sinkron berdasarkan tugas sesuai prosedur dengan percaya diri
3.  Pengumpulan data


·     Guru meminta siswa untuk mencoba melakukan komunikas daring asinkron dan sinkron sesuai dengan aturan–aturan dalam berkomunikasi daring sebagai pembuktian rumusan masalah/hipotesis
·     Siswa mencoba membuat akun pada Gmail dan Yahoo sesuai dengan aturan seperti contoh sebagai pembuktian rumusan masalah/hipotesis
·     Siswa mencoba mengirimkan e-mail kepada guru atau temannya menggunakan akun e-mail (G-mail dan Yahoo) sesuai dengan aturan seperti contoh Guru sebagai pembuktian rumusan masalah/hipotesis
·     Siswa mencoba melakukan chatting sesuai dengan aturan sesuai contoh guru sebagai pembuktian rumusan masalah/hipotesis




4.  Pembuktian



·     Guru menugaskan siswa untuk menilai hasil komunikasi dengan daring asinkron (e-mail) dan sinkron (chatting) kepada siswa dikomputer menggunakan format penilaian.
·     Siswa menilai hasil komunikasi daring asinkron(e-mail) menggunakan format penilaian etika berkomunikasi daring.
·     Siswa menilai hasil komunikasi daring sinkron(chatting) menggunakan format penilaian etika berkomunikasi daring.
·     Guru menugaskan kepada siswa untuk mengirim e-mail dan chatting kepada guru berdasarkan perintah.
·     Siswa mengirim tugas via e-mail.
·     Siswa berkomunikasi tentang pelajaran via chatting.



5.  Menarik kesimpulan/
generalisasi




·     Guru menugaskan siswa untuk menyajikan cara-cara serta kesimpulan berkomunikasi daring asinkron dan sinkron.
·     Siswa membuat bahan presentasi tentang berkomunikasi daring asinkron dan sinkron dalam bentuk PPT.
·       Siswa menyajikan tentang berkomunikasi daring asinkron dan sinkron.
·       Siswa lain memberikan tanggapan terhadap presentasi.
·       Siswa menerima tanggapan dari siswa lain dan guru.
·       Siswa memperbaiki hasil presentasi dan membuat simpulan berkomunikasi daring asinkron dan sinkron .

Catatan:
Hasil pemaduan model pembelajaran dan proses berpikir ilmiah (saintifik) digunakan dalam penyusunan RPP khususnya pada perumusan kegiatan inti pembelajaran.




Tabel 3.
Matrik Perancah Pemaduan Sintaksis Model Pembelajaran Problem Based Learning
dan Pendekatan Saintifik pada Mapel Kelistrikan Alat Berat

3.  Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, procedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung

Kompetensi
Dasar
IPK

Sintaksis model Problem Based Learning
Pendekatan Saintifik
Tujuan Pembelajaran
Mengamati (mengidentifikasi masalah)
Menanya
(merumuskan masalah/hipotesis)
Mengumpulkan Informasi
(menguji hipotesis)
Menalar
(menyimpulkan hasil dr hipotesis)
Mengomunikasikan
(memformulasikan pembuktian hipotesis)
3.3   Menentukan teknik perbaikan ringan pada sistem penerangan alat berat.

1.   Mengurutkan teknik perbaikan ringan pada sistem penerangan alat berat.

1.  Melalui menggali informasi dari referensi dan diskusi siswa dapat mengurutkan teknik perbaikan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai buku literatur dengan teliti, santun, bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain.

1.    Merumuskan uraian masalah.
































































2.    Mengembangkan kemungkinan penyebab.
·    Guru menyampaikan permasalahan tentang tidak hidupnya lampu kepala, lampu stop, lampu parking.
·    Guru menanyakan dan menugaskan untuk mengobservasi apa yang menyebabkan kemungkinan lampu-lampu tersebut tidak menyala.
·    Siswa memperhatikan permasalahan yang disampaikan oleh guru.
·    Siswa secara berkelompok mengobservasi gangguan yang terjadi pada sistem penerangan alat berat.
·    Siswa menggali informasi tentang sistem penerangan alat berat pada software training manual berbagai jenis alat berat.
·    Siswa mendiskusikan kemungkinan gangguan berdasarkan hasil observasi dan pembacaan sistem penerangan alat berat.
·    Berdasarkan hasil diskusi siswa mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan gangguan pada sistem penerangan alat berat.




































































·  Guru menugaskan siswa untuk menentukan kemungkinan utama penyebab gangguan tidak hidupnya lampu kepala, lampu stop, lampu parking.
·  Siswa mendiskusikan temuan-temuan berdasarkan observasi terhadap gangguan tidak hidupnya lampu kepala, lampu stop, lampu parking.
·  Siswa berdasarkan diskusi dan observasi merumuskan masalah-masalah penyebab gangguan tidak hidupnya lampu kepala, lampu stop, lampu parking.
·  Guru menugaskan siswa mengembangkan skema penelusuran gangguan.
·  Siswa dalam kelompok berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya menentukan urutan pemeriksaan gangguan tidak hidupnya lampu kepala, lampu stop, lampu parking.






2. Mendiagnosis gangguan ringan pada sistem penerangan alat berat.
2.   Melalui menggali informasi dari referensi dan diskusi siswa dapat mendiagnosis gangguan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai buku literatur dengan teliti, santun, bekerjasama dan menghargai pendapat orang lain.
3. Mengetes penyebab atau proses diagnosa.



·  Guru menugaskan siswa untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan urutan pemeriksaan gangguan tidak hidupnya lampu kepala, lampu stop, lampu parking yang telah siswa buat.
·  Siswa melakukan pengukuran menggunakan AVO meter berdasarkan urutan skema penelusuran gangguan sesuai service manual.
·  Siswa mencatat dan membandingkan hasil pengukurannya dengan data pada service manual.
·  Siswa menentukan letak gangguan.


4.3   Memperbaiki kerusakan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai dengan SOP.
1.   Memperbaiki kerusakan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai dengan SOP.
1.    Melalui praktik siswa dapat memperbaiki kerusakan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai Service Manual dengan teliti, konsisten, rasa percayadiri, teliti dan disiplin.



·      Guru menugaskan siswa memperbaiki gangguan yang telah ditentukan sesuai dengan service manual.
·      Siswa melakukan perbaikan kerusakan ringan pada gangguan yang telah ditentukan sesuai service manual.
·      Guru mengawasi dan menilai pelaksanaan perbaikan kerusakan ringan pada gangguan yang telah ditentukan sesuai service manual.



2. Mengkalibrasi hasil perbaikan kerusakan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai dengan SOP.

2. Melalui praktik siswa dapat mengkalibrasi hasil perbaikan kerusakan ringan pada sistem penerangan alat berat sesuai Service Manual dengan teliti, konsisten, rasa percayadiri, teliti dan disiplin.
4. Mengevaluasi



·  Guru menugaskan siswa untuk memeriksa ulang hasil perbaikan yang dilakukan siswa secara kelompok.
·  Siswa memeriksa ulang hasil perbaikan dengan cara mencoba fungsi dari bagian yang telah diperbaiki mengacu pada service manual.
·  Siswa menyimpulkan hasil pemeriksaan perbaikan gangguan sesuai service manual.









·       Guru menugaskan siswa untuk mempresentasikan proses dan hasil perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.
·       Siswa membuat bahan presentasi  tentang proses dan hasil perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.
·       Siswa mempresentasikan tentan proses dan hasil perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.
·       Guru membimbing dan menilai pelaksanaan presentasi
·       Siswa lain memberikan tanggapan dan masukan
·       Siswa memperbaiki hasil presentasi perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.
·       Siswa secara individu membuat laporan pelaksanaan perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.
·       Guru bersama siswa menyimpulkan dari hasil pelaksanaan presentasi perbaikan ringan gangguan sistem penerangan alat berat.

Catatan:
Hasil pemaduan model pembelajaran dan proses berpikir ilmiah (saintifik) digunakan dalam penyusunan RPP khususnya pada perumusan kegiatan inti pembelajaran.




D.   Latihan/Tugas
Buat pemaduan proses berpikir ilmiah (saintifik) dengan model belajar yang Saudara pilih berdasarkan analisis menggunakan format matrik seperti tabel di atas untuk mata pelajaran yang Saudara ampu