A. PENGERTIAN PONDOK PESANTREN
Frasa pondok
pesantren merupakan dua kata yang saling berkaitan dan mempunyai tujuan yang sama
yaitu sebagai tempat tinggal sementara untuk belajar agama Islam. Kata pondok
berasal dari bahasa arab funduq yang
berarti ruang tidur, wisma, hotel
sederhana. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri dengan awalan ‘pe’
akhiran ‘an’ yang berarti tempat tinggal santri.
Menurut istilah,
pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam, tempat para santri
belajar agama Islam dan menerapkan ajaran Islam menjadi bentuk perilaku yang
Islami. Menurut Imam Bawani M, pesantren adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran agama Islam, umumnya dilakukan dengan cara nonklasikal.
Pada umumnya, sistem
pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren dibagi menjadi dua yaitu: bandongan (sistem weton) dan sorogan.
Pertama, sistem bandongan atau sistem
weton diajarkan dengan cara kiai
membacakan, menerjemahkan, menerangkan dan mengulas kitab-kitab klasik,
sedangkan santri menulis hal-hal
B. SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN
1.
Asal Usul Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam pertama kali didirikan oleh Syekh Maulana Malik
Ibrahim (Syekh Maghribi) yang berasal dari Gujarat. Beliau terkenal dengan
julukan Spiritual Father atau Bapak
Spiritual Walisongo. Disebut demikian, karena Syekh Maghribi menurunkan
generasi yang ahli dalam agama Islam yang dikenal dengan sebutan “Walisongo” serta berperan besar dalam
menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Syekh Maghribi
disebut juga sebagai Sunan Gresik, karena padepokannya yang dipergunakan
sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mengajarkan ilmu agama Islam
ada di wilayah Gresik, Jawa Timur.
Pada awalnya
rintisan pesantren tidak hanya menekankan misi pendidikan, melainkan juga misi
dakwah. Dan misi dakwah lebih menonjol daripada misi pendidikan. Lembaga dakwah
merupakan lembaga tertua di Indonesia. Lembaga ini selalu mencari lokasi baru
agar dapat mengembangkan misinya.
Dalam perjalanannya, lembaga pendidikan agama
Islam diteruskan oleh para kiai. Para kiai ini biasanya
menyediakan tempat tinggal
untuk para santri yang ingin menelaah kitab-kitab klasik dan kemudian
dikenal dengan nama “pondok pesantren”. Seorang kiai adalah figur teladan dan
memiliki ilmu yang mendalam, baik secara teori maupun pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari.
Pondok pesantren
yang didirikan oleh seorang kiai mendapatkan sambutan positif dari kalangan
masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan
ketika awal berdirinya pesantren, seorang kiai memilih tempat atau lokasi
pesantren dari hasil wakaf para dermawan. Biasanya pesantren berdiri ketika kehidupan masyarakatnya banyak bertentangan dengan syariat Islam. Oleh karena itu,
misi pesantren di samping membentuk santri agar menjadi
orang yang berilmu
dan berakhlakul karimah,
juga menyebarkan syiar agama
Islam agar taat dan patuh
terhadap perintah Allah dan
menjauhi larangan- Nya.
2.
Dasar dan Tujuan Didirikan Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan, didirikan atas dasar tafaqqohu fiddin, yakni kepentingan umat Islam untuk memperdalam
ilmu pengetahuan agama Islam. Dasar yang digunakan adalah firman Allah dalam Q.S At Taubah: 122
Artinya: ”Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam penge- tahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” ( Q.S At Taubah: 122).
Tujuan pondok pesantren ada
dua, yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus.
a.
Tujuan umum pesantren adalah
untuk membina warga negara agar berkepribadian muslim
sesuai dengan ajaran
agama Islam dan menanamkan
rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupan dan mempersiapkan seseorang
untuk menjadi manusia yang berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara.
b.
Tujuan khusus pesantren yaitu:
1. Mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kepada Allah, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berdasarkan Pancasila.
2.
Mendidik
santri agar menjadi kader-kader ulama dan mubalig yang berjiwa ikhlas, tabah,
tangguh, wiraswasta, dan mengamalkan syariat Islam secara utuh dan dinamis.
3.
Mendidik
santri memiliki kepribadian dan semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan bangsa dan negara.
4.
Mendidik
santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan,
khususnya pem- bangunan material spiritual.
5.
Mendidik
santri agar dapat membantu peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat dalam
mensukseskan terwujudnya pembangunan bangsa dan negara.
3.
Prinsip-prinsip
Pendidikan Pondok Pesantren
Prinsip-prinsip
pendidikan pondok pesantren terlihat dalam lima elemen dan pola hidup
santri yang memperlihatkan ciri-ciri pendidikan
pondok pesantren. Lima elemen pendidikan pondok pesantren tersebut adalah:
a.
Adanya
kiai sebagai figure central, yaitu
seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan ilmu agama yang tinggi, menjadi
panutan, memiliki peran dan tugas untuk membimbing serta mengajarakan ilmu
agama kepada para santri. Di samping itu, seorang kiai juga berperan
sebagai pusat penyelesain berbagai persoalan dan penentu kebijakan yang berkaitan dengan
pendidikan dan pembelajaran. Dalam menjalankan tugas sehari-hari kiai biasanya
dibantu oleh para khadamnya;
b. Adanya masjid. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah umat Islam dan para santri, juga sebagai tempat pembelajaran para santri;
c. Adanya santri, yaitu mereka sebagai peserta didik yang menuntut ilmu pengetahuan agama kepada para kiainya dan mereka tinggal berdekatan dengan rumah kiai:
d. Adanya asrama, yaitu tempat para santri melepaskan lelah setelah seharian melakukan kegiatan pembelajaran;
e. Adanya kitab kuning atau kitab klasik yang menjadi sumber pembelajaran para santri.
Selain terdapat
lima elemen pendidikan pondok pesantren di atas,
terdapat juga beberapa pola hidup santri sehari-hari, yaitu:
a.
Hidup
seadanya, baik dalam memenuhi kebutuhan hidup, maupun fasilitas belajar;
b.
Berjiwa
ikhlas, yakni: jiwa yang tidak di dorong oleh ambisi apapun untuk memperoleh
keuntungan tertentu, tetapi semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah;
c. Berjiwa sederhana, namun tidak berarti miskin. Sederhana mengandung unsur kekuatan dan ketahanan hati, penguasaan diri dalam menghadapi berbagai persoalan dan tetap berjiwa besar. Berani maju dan pantang menyerah dalam menghadapi dinamika perkembangan sosial;
d. Berjiwa ukhuwah Islamiyah, yaitu; berjiwa demokratis yang tergambar dalam dialogis dan akrab antar komunitas pondok pesantren yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari. Keadaan tersebut akan mewujudkan suasana damai, senasib sepenanggungan dalam proses pembentukan dan pembangunan idealisme santri;
e.
Dididik untuk
mandiri dengan tujuan
untuk membentuk kondisi pondok pesantren sebagai
institusi pendidikan Isslam yang merdeka, mandiri, dan tidak menggantungkan
diri kepada bantuan dari pihak lain;
f.
Berjiwa bebas dalam memilih
alternatif jalan hidup untuk masa depannya dengan jiwa bbesar dan sikap
optimisme dalam menghadapi segala
problematik hidup berdasarfkan nilai-nilai islam;
g. Tergantung pada restu kiai;
h.
Kebiasaan
untuk melakukan amal shaleh, puasa, shalat, dan taqarub pada Allah;
i.
Kedisplinan
sangat ditekankan dalam kehidupan pondok pesantren.
C. KLASIFIKASI PONDOK PESANTREN
Secara garis
besar, pondok pesantren dibagi menjadi 3 yaitu salaf, khalaf dan perpaduan
salaf dengan khalaf. Pesantren salaf adalah pesantren yang tetap mempertahankan
pengajaran kitab-kitab klasik (kitab kuning) sebagai inti pendidikan pesantren
tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum. Pesantren khalaf adalah
pesantren yang telah memasukan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah yang
dikembangkan secara klasikal. Sedangkan pondok pesantren perpaduan salaf dan
khalaf adalah pondok pesantren yang tetap mengajarkan kitab kuning, juga
mengajarkan mata pelajaran umum kepada para santri. Secara garis besar dapat
dilihat dari table berikut ini:
Pondok Salaf |
Pondok Khalaf |
Perpaduan Pondok Salaf dan Khalaf |
1. Terbatas hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama (tafaqohu fiddin) yang ber sumber pada literature Islam klasik/ kitab. |
1.
Pondok pesantren mengajarkan ilmu agama dan pengetahuan umum dengan sistem
pendidikan formal. |
1.
Di samping mengajarkan ilmu agama yang bersumber dari kitab kuning, juga
mengajarkan ilmu pengetahuan umum. |
2.
Metode yang dipakai bandongan / wetonan sorogan dan hafalan dalam bentuk
nadzom. |
2.
Metode yang dipakai menggunakan sist em klasikal
(madrasah), kurikulum mata
pelajaran umum dan keterampilan yang dipadukan dengan agama. |
2.
Di samping pembelajaran meng- gunakan metode bandongan/ sorogan, hafalan,
juga meng- gunakan metode-metode pem- belajaran modern seperti: diskusi,
ceramah, presentasi, dsb. |
3. Santri dibiasakan hidup dalam kesaleh- an ritual (salat jamaah, salat lail, puasa sunah, dsb) |
3. Kehidupan santri disesuaikan dengan program
pendidikan nasional/pen- didikan formal. |
3. Disamping
santri dibiasakan ber- sifat kesalehan ritual individual, juga menumbuhkan
kesalehan sosiaal. |
4. Tidak
mengharapkan ijazah untuk
me- lanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi atau menjadi
pegawai negeri. |
4.
Ijazah diperlukan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. |
4.
Memiliki keilmuan dari kitab-kitab kuning dan mencari penghidupan dari
pemerintah (menjadi PNS) |
5.
Para saantri biasanya kembali ke tempat asal dan menjadi guru ngaji serta
peran keagamaan lainya. |
5. Lulusan pesantren diharapkan mampu menjadi cendekiawan muslim yang bermanfaat bagi masyarakat, agama dan negara. |
5. Alumni santri boleh kembali ke daerah (tempat asal) untuk melakukan pembaruan kehidupan, sehingga daerah tersebut
menjadi gai maju. |
pondok pesantren salaf, khalaf dan oerpaduan antara salaf dengan khalaf, dapat dilihat dalam table berikut ini:
Pondok Pesantren Salaf |
Pondok Pesantren Khalaf |
Perpaduan
Pondok Salaf dan Khalaf |
Pondok Pesantren Blok Agung Banyuwangi Jawa
Timur |
Pondok Pesantren Gontor |
Pondok Pesantren Tebuireng Tambakberas Jombang
Jawa Timur |
Pondok Pesantren Al Itqon Bugen Semarang |
Pondok Pesantren As Salam Surakarta |
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta |
Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan
Magelang Jawa Tengah |
Pondok Pesantren Pabelan Magelang |
Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan
Magelang Jawa Tengah |
Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang Jawa
Tengah |
Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan Solo |
Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak |
D. PERANAN PONDOK PESANTREN TERHADAP LAHIRNYA NAHDATUL ULAMA
Hubungan pondok
pesantren dengan NU Menurut KH. Muchid Muzadi
ibarat antara ikan dengan air. Keduanya
tidak dapat dipisahkan, karena sebelum NU lahir para
ulama telah membentuk organisasi untuk mewadahi diri dan kiprahnya di pondok
pesantren. Pondok pesantren berperan sebagai alat transformasi kultural yang
menyebar dalam kehidupan masyarakat. Pesantren berupaya memberikan pola
kehidupan yang sesuai dengan agama dan masyarakat. Oleh karena itu, sebelum NU
terbentuk, pesantren telah memegang peranan penting dalam lembaga pendidikan, lembaga dakwah, dan pengabdian
masyarakat.
1.
Peranan
Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan
Pesantren sebagai lembaga pendidikan, secara umum bertang- gungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa sebagai seorang mukmin sejati yang mempunyai kualitas moral dan intelektual. Secara khusus pesantren bertanggungjawab terhadap kelangsungan tradisi agama Islam.
Pesantren sebagai
lembaga pendidikan memiliki kadar intelektual yang tinggi, karena model-model pendidikan yang dilakukan
tidak terikat secara psikologis oleh waktu serta para santri bebas belajar menurut materi yang disuguhkan
di pesantren, juga kitab-kitab yang dikaji tidak kalah dengan materi yang dipelajari di perguruan
tinggi.
2.
Pondok
Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Dakwah
Pondok pesantren
sebagai lembaga pendidikan bertugas melaksanakan Amar Makruf Nahi Munkar. Pendidikan pesantren mampu mencetak santri
yang menguasai agama dan dapat memberikan ajaran agama melalui dakwah.
Pondok pesantren juga mampu mempersiapkan dan mencetak para santri berkepribadian muslim, yaitu
berkpribadian yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Berakhlak mulia,
bermanfaat bagi masyarakat,
dan berkhidmat kepada masyarakat.
3.
Pesantren
sebagai Tempat Pengabdian dan
Pelayanan Masyarakat Pesantren dapat berfungsi sebagai lembaga pengabdiaan
masyarakat, karena:
a. Memiliki cara pandang tentang kehidupan yaitu untuk melakukan ritual keagamaan murni dan untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat.
b. Kecintaan yang mendalam terhadap peribadatan dan pengabdian kepada masyarakat;
c. Sanggup memberikan pengabdian dalam bentuk apapun demi kepentingan masyarakat di atas kep;entingan perseorangan;
d. Mampu menjadi tempat pelayanan masyarakat, karena pesantren mampu membantu kebutuhan masyarakat, baik yang bersifat material maupun spiritual.
4. Peran Pondok Pesantren terhadap Lahirnya Nahdatul Ulama Sejarah lahirnya NU tidak dapat dipisahkan dari peran pesantren. Sebelum NU lahir, para ulama pesantren telah membentuk organisasiatau jamiah untuk mewadahi diri dalam kiprahnya. Organisasi itu antara lain Nahdatul Tujjar, yaitu organisasi yang bertujuan untuk memperbaiki ekonomi umat. Nahdatul Wathon (1918) adalah sebuah organisasi pendidikan yang didirikan di kampong kawatan Surabaya dan Nahdatul syubban adalah organisasi kepemudaan. Kiai, ustadz, santri, dan berbagai unsur dalam pesantren merupakan rumah bagi NU. NU lahir dari gagasan para kiai pesantren. Hampir sebagian besar pesantren yang ada di Indonesia berafiliasi dengan NU.
E. KEGIATAN MENYIMPULKAN
Kesimpulan ini merupakan bentuk rangkaian kegiatan belajar di atas, setelah melakukan kegiatan pengamatan, bertanya dan men- jawab. Dari uraian materi di atas, dapat diambil kesimpulan hal-hal sebagai berikut:
1. Pondok pesantren adalah pendidikan pengajaran agama Islam di mana kiai merupakan figur sentral bagi santrinya dan santrinya tinggal di asrama untuk mengkaji kitab kuning.
2.
Metode
pembelajaran di pesantren menggunakan sistem bandongan dan sorogan.
3.
Pondok
pesantren didirikan atas dasar tafakkahu
fiddin yang bertujuan memperdalam agama Islam agar terbentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT ,
berkepribadian bangsa sebagai kader-kader ulama yang berguna dalam masyarakat,
bangsa, negara, dan agama demi kesejahteraan
umat.
4. Di dalam pondok pesantren terdapat lima elemen yang tidak dapat dipisahkan yaitu: kiai, santri, masjid, asrama, dan kitab kuning.
5. Pola hidup para santri: hidup seadanya, ikhlas, tabah, ukhuwah islamiyah, mandiri, optimis, tawadhu’, amal shaleh, dan disiplin.
6. Pondok pesantren diklasifikasikan menjadi tiga yakni: salaf, khalaf, perpaduan salaf dan khalaf. Pesantren salaf merupakan pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab- kitab klasik tanpa mengenal pengetahuan umum. Pesantren khalaf merupakan pesantren yang telah melakukan pelajaran umum di madrasahnya. Sedangkan perpaduan salaf dan khalaf adalah pondok pesantren yang tetap mengajarkan kitab kuning, juga mengajarkan mata pelajaran umum kepada para santrinya.
7.
Peran
pondok pesantren adalah sebagai lembaga dakwah, pengabdian, dan pelayan masyarakat.
F. KEGIATAN MENGKOMUNIKASIKAN
Setelah melakukan,
mengamati, bertanya, mengeksplor dan mengasosiasi maka lakukan presentasi
sebagai bentuk kegiatan mengkomunikasikan hasil kerja di hadapan teman-teman
satu kelas secara bergiliran antar kelompok dengan difasilitatori oleh Bapak/
Ibu guru dcan setelah selesai kerjakan evaluasi dari kegiatan proses
pembelajaran ini melalui uji kompetensi berikut secara mandiri dan penuh kejujuran!