TOKOH-TOKOH PENYEBAR ISLAM DI INDONESIA
Tokoh-tokoh yang mula-mula menyebarkan agama Islam di Indonesia adalah para pedagang. Selain membawa dan menawarkan dagangan, mereka juga membawa dan menyiarkan agama. Artinya, mereka juga memperkenalkan agama Islam dan menyebarkannya kepada penduduk.
Meskipun Islam telah masuk Indonesia pada abad 7 tetapi penye- barannya baru berjalan secara massif pada abad 12 dan 13. Menurut A. Jons, para penyebar agama Islam pada abad 12 dan 13 adalah para dai dari kalangan sufi.
Dalam catatan A. Hasyimi, berdasarkan naskah Izhhar al-Haq fi Mamlakat Ferlah wal Fasi karangan Abu Ishaq Al-Makarani Al-Fasi, Tadzkirat Thabaqat Jumu Sulthanus Salathin karya Syekh Samsul Bahri Abdullah Al-Asyi dan Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai, menyatakan bahwa kerajaan Perlak, Aceh adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang didirikan pada tanggal 1 Muharram 225 H (840 M) dengan raja pertamanya Sultan Alaudin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah. Tokoh penting yang menyebarkan agama Islam di Perlak adalah Nahkoda Khalifah.
Sekitar abad 9 Nahkoda Khalifah membawa anak buahnya dan mendarat di Perlak. Di samping kapal dagang, kapal yang dikendarainya juga mengangkut para juru dakwah yang terdiri dari orang Arab, Persia, dan India. Dalam kurun waktu kurang dari setengah abad, raja dan rakyat Perlak secara sukarela mengganti agama mereka dari Hindu-Budha menjadi Islam. Salah satu anak buah Nahkoda Khalifah kemudian mengawini Putri Raja Perlak dan kemudian melahirkan putra yang bernama Sayyid Abdul Aziz yang kemudian memproklamerkan Kerajaan Perlak. Ibu kotanya yang semula bernama Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah sebagai penghargaan terhadap Nahkoda Khalifah.
Sementara itu, menurut Hikayat Raja-raja Pasai seorang ulama bernama Syekh Ismail datang dari Makkah melalui Malabar ke Pasai. Ia berhasil mengislamkan Merah Silu, raja Samudera Pasai yang kemudian bergelar Merah Silu (wafat 1297). Seabad kemudian sekitar tahun 1414, menurut Sejarah Melayu, penguasa Malaka juga telah diislamkan oleh Sayyid Abdul Aziz, seorang Arab dari Jeddah. Raja Malaka yang bernama Parameswara berganti nama dan gelar menjadi Sultan Mahmud Syah. Dalam Hikayat Merong Mahawangsa, seorang dai bernama Syekh Abdullah Al-Yamani dari Makkah telah mengislamkan Phra Ong Mahawangsa, penguasa Kedah yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Muzhafar Syah. Sebuah histtoriografi dari Aceh yang lain menyebutkan bahwa seorang dai bernama Syekh Jamalul Alam dikirim Sultan Usmani (Ottoman) di Turki untuk mengislamkan penduduk Aceh. Riwayat lain mengatakan bahwa Islam diperkenalkan ke kawasan Aceh oleh Syekh Abdullah Arif sekitar tahun 1111 M.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa terdapat sekumpulan juru dakwah yang dipimpin oleh Abdullah Al-Malik Al-Mubin. Para juru dakwah ini dibagi menurut daerah masing-masing. Syekh Sayid Muhammad Said untuk daerah daerah Campa (Indo-Cina), Syekh Sayid At-Tawawi, dan Sayyid Abdul Wahhab ke Kedah (Malaysia), Syekh Sayyid Muhammad Dawud ke Patani (Thailand), Syekh Sayyid Muhammad untuk Ranah Minangkabau (Indonesia) dan Syekh Abdullah bin Abdul Malik Al-Mubin untuk daerah Aceh sendiri.
Tokoh lain yang berperan dalam Islamisasi di Pulau Sumatera adalah Said Mahmud Al-Hadlramaut yang telah mengislamkan Raja Guru Marsakot dan rakyatnya di wilayah Sumatera Utara. Seorang pelancong bernama Mabel Cook Cole menyatakan bahwa seorang muslim Sulaiman telah brada di Nias sejak tahun 851 . Al-Mubin berada di Aceh pada masa pemerintahan Sultan Alaudin Inayat Syah. Sedangkan penyebar Islam di Deli adalah Imam Shadiq bin Abdullah.
Sementara itu, tokoh sentral penyebaran Islam di Pulau Jawa yang kemudian dikenal dengan julukan Wali Sanga (Wali Sembilan). Para ahli berbeda pendapat mengenai pengertian wali sanga ini. Ada yang berpendapat bahwa Wali Sanga itu hanya sebagai istilah sejumlah wali dalam satu dewan. Jadi, jumlah wali sanga tidak mesti sembilan. Bahkan konon Syekh Siti Jenar dahulunya sebelum menyebarkan ajaran Ittihad (Manunggaling Kawula Gusti) adalah juga anggota wali sanga. Pendapat lain mengatakan berpendapat bahwa wali sanga itu adalah nama satu dewan yang berisi Sembilan wali. Jika ada satu wali yang pergi atau meninggal dunia, maka digantikan wali yang lain. Namun, jika ada istilah Wali Sanga, maka secara umum yang dimaksud adalah Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, dan Sunan Muria. Inilah yang dimaksud dengan istilah Wali Sanga dalam pandangan umum.
Selain itu masih banyak tokoh-tokoh lain yang menyebarkan agama Islam di Jawa ini. Di antaranya adalah Sunan Bayat, Sunan Geseng, Syekh Jumadil Kubra, Maulana Maghribi, dan lain sebagainya.
Sementara itu, para dai yang berhasil mengislamkan Madura adalah Sunan Padusan alias Raden Bandoro Diwiryono alias Usman Haji yang mengislamkan penguasa Sumenep, Pangeran Secodiningrat III pada pada tahun 1415. Sedangkan yang menyiarkan Islam di Sampang adalah Buyut Syekh, seorang keturunan Sayyidina Husain, cucu baginda Nabi. Sedangkan Empu Bageno, murid Sunan Kudus berhasil mengislamkan Raja Arosbaya.
Sementara itu di Indonesia timur, di Ternate raja yang mula-mula memeluk agama Islam adalah Raja Gapi Buta. Ia berhasil diislamkan oleh Maulana Husain. Raja Gapi Buta mengganti namanya menjadi Sultan Zainal Abidin dan setelah wafat dikenal dengan Raja Marhum. Menurut catatan Pires, raja Maluku memeluk Islam kira-kira tahun 1465.
Syekh Mansur berhasil mengajak raja Tidore yang bernama Kolano Cirliyati untuk memeluk agama Islam kemudian berganti nama menjadi Sultan Jamaludin. Sedangkan penyiar agama Islam di Seram adalah Maulana Zainal Abidin dan muridnya, Kapiten lho Lussy.
Raja Sulawesi yang pertama kali memeluk agama Islam adalah Raja Talo atau Mangkubumi Goa yang bernama I Mallingkang Daeng Manyonri yang kemudian bergelar Sultan Abdullah Awalul Islam. Kemudian disusul oleh Raja Goa yang bernama I Managarangi Daeng Manrabia yang bergelar Sultan Alaudin. Ulama yang berjasa mengislamkan Goa adalah tiga ulama dari Minangkabau, yaitu Katib Tunggal atau Datuk Ri Bandang, Katib Sulung atau Datuk Ri Patimang, dan Katib Bungsu atau Datuk Ri Tiro pada tahun 1603. Pada tahun yang sama ketiganya juga berhasil mengislamkan Luwu dan Wajo/ raja Luwu La Patiware memeluk agama Islam dan bergelar Sultan Waliyullah Mudharudin.
Ulama yang berjasa menyebarkan Islam di Sulawesi Tengah adalah Sayid Zen Al-Aydrus dan Syarif Ali. Di Sulawesi Utara Raja Jacob Manopo masuk Islam melalui Sayid Husain bin Ahmad bin Jindan dari Sulawesi Selatan. Sementara itu di Kalimantan Barat Islam disyiarkan oleh Syekh Husain yang mengislamkan Raja Giri Kusuma. Tokoh lain yang berjasa dalam berdakwah di sana adalah Syarif Idrus dan Syarif Husain. Sementara muballigh yang mengislamkan Kalimantan Timur adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan.
Sementara itu, tokoh yang berjasa dalam penyebaran Islam di Lombok adalah Sunan Prapen, putra Sunan Giri. Selain itu ada juga Habib Husain bin Umar dan Habib Abdullah Abbas. Keduanya dari Hadhramaut. Syekh Abdurrahman dari Benggali menyebarkan di Sumbawa dan Timor. Tokoh lainnya lagi adalah Pangeran Suryo Mataram, pejuang perang Pangeran Diponegoro.