Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari bahasa Yunani, osteo = tulang dan porosis= penuh dengan lubang. Osteroporosis adalah penyakit tulang keropos yang meningkatkan risiko patah tulang di usia tua. Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Secara singkat mekanisme terjadinya osteoporosis yaitu jumlah kalsium yang sedikit dalam plasma akan memacu terjadinya absorpsi kalsium pada tulang yang akan mengakibatkan kerapuhan pada tulang (Wardlaw, et.al. 2007).
Osteoporosis umumnya terjadi pada orang dewasa dan orang tua. Namun ada juga kasus osteoporosis yang ditemukan pada anak dan remaja. Osteoporosis pada orang tua biasanya disebabkan oleh terbentuknya hormon lebih sedikit, sehingga osteoblast sebagai pembentuk tulang kurang aktif, dan massa tulangpun jadi berkurang. Selain itu tingkat pembuatan sel tulang baru lebih rendah dari tingkat kehilangan/kerusakan sel tulang. Bila hal itu terjadi, tulang akan kehilangan mineral, massa dan struktur sehingga membuatnya lemah dan mudah patah.

Jenis-Jenis dan Penyebab Osteoporosis

1. Osteoporosis postmenopausal, yaitu osteoporosis yang terjadi pasca wanita manepouse, hal ini dikarenakan adanya kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

2. Osteoporosis senilis, merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

3. Osteoporosis sekunder, dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obatobatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik, merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya belum diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang (Mulyaningsih, 2008 dan Wardlaw, et.al. 2007).

Diagnosis
Osteoporosis didiagnosis melalui pengukuran kerapatan tulang (Bone Mineral Density). Hasil pengukuran dikenal dengan nama T-score, yaitu jumlah standar variasi di atas atau di bawah rata-rata BMD pria/wanita sehat usia 30 tahun. World Health Organization (WHO) memberikan klasifikasi BMD sebagai berikut.
Definisi WHO mengenai Osteoporosis Menurut T-Score
T score di atas -1 adalah normal. Bila seseorang memiliki T score antara -1.0 dan -2.5, maka dapat dikatakan ia mengidap osteopenia (kerapatan tulang rendah, tetapi belum dianggap rawan). Seseorang disebut terkena Osteoporosis bila T score nya -2.5 atau lebih rendah.

Siapa yang berisiko?
Baik perempuan maupun laki-laki sama-sama rentan terkena osteoporosis bila mereka gagal mendapatkan kerapatan tulang maksimal di usia 30 tahun. Peak BMD (BMD saat usia 30 tahun) diketahui memiliki pengaruh terbesar terhadap perkembangan osteoporosis. Kenaikan peak BMD sebesar 10%, misalnya, dapat menangguhkan osteoporosis hingga 13 tahun. Perempuan lebih berisiko terkena dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan perempuan memiliki peak BMD lebih rendah dan karena kecepatan kehilangan massa tulang meningkat akibat perubahan hormonal pasca menopause. Namun mengingat bahwa anak-anak dapat juga terkena penyakit ini, maka dianjurkan untuk mendeteksi keadaan tulang sejak dini.

Pencegahan dan Perawatan
Osteoporosis dapat dicegah dan dihambat dengan konsumsi makanan yang berkadar kalsium dan vitamin D tinggi, olahraga yang menahan beban tubuh (berjalan, berlari, push-up) atau beban lain (angkat barbel, dan lain-lain) dan gaya hidup sehat (menghentikan rokok, minuman beralkohol dan berkafein). Merokok dan kafein meningkatkan sekresi kalsium di urin sehingga mempercepat pengeroposan tulang. Alkohol dapat mengganggu fungsi hati/ginjal dalam proses metabolisme kalsium.
Obat-obatan sejenis calcitonin, alendronate dan risedronate dapat menghambat osteoporosis, tetapi harus dikonsumsi dengan resep dokter. Dokter akan memberikannya setelah mempertimbangkan tingkat kesehatan dan risiko seseorang terkena patah tulang di masa mendatang.

Sumber : buku k13 IPA kelas VIII