Bentuk fisik akan berpengaruh pada tata ruang dalam gedung
pertunjukan dan posisi pAndang penonton terhadap peristiwa pertunjukan. Ada
banyak bentuk fisik bangunan yang biasa digunakan untuk pertunjukan teater dan
seni pertunjukan lainnya. Namun secara garis besar hanya ada dua bentuk fisik, yaitu
panggung berbatas dan panggung tidak berbatas. Panggung berbatas seperti halnya
panggung proscenium dimana ada batas antara panggung tempat berlangsungnya
pertunjukan teater dengan tempat duduk penonton.
Panggung proscenium biasanya berupa teater
tertutup (beratap). Antara Panggung dengan tempat duduk penonton ada ruang pembatas
berupa orchestra. Deretan tempat duduk penonton semakin kebelakang semakin tinggi
bahkan ada yang menggunakan balkon. Tampak dari tempat duduk penonton, panggung
berkesan seperti dinding yang berlubang segi empat tempat permainan teater
berlangsung. Di kiri-kanan panggung dilengkapi dengan wing serta layar hitam sebagai pembatas keluar
masuknya pemain.
Sementara lampu dipasang permanen pada instalasi
yang sudah ditentukan. Di bagian depan panggung terdapat layar (tutup-buka)
untuk mengawali dan mengakhiri pertunjukan. Di bagian belakang panggung
terdapat layar berwarna gelap (biasanya warna hitam) sebagai pembatas belakang.
Panggung proscenium cocok untuk konsep
pertunjukan teater realis karena sangat memungkinkan untuk memainkan trik
panggung membuat suasana seolah-olah seperti yang sebenarnya. Panggung tidak
berbatas adalah panggung yang biasanya digunakan untuk pertunjukan teater
tradisional.
Bentuknya dapat berupa pendopo, atau hanya
pelataran saja. Penonton biasanya lesehan, tidak disediakan tempat duduk
khusus. Bentuknya setengah lingkaran, atau tapal kuda, atau bahkan melingkar
mengelilingi permainan. Antara penonton dan para pemain tidak ada jarak, bahkan
dapat berkomunikasi. Bentuk panggung seperti ini sulit bagi penggarap untuk
melakukan trik panggung atau teknik dan montase karena semuanya nampak dalam
penglihatan penonton.