Pertanian ekologis adalah suatu proses bertani dengan memperhatikan ekosistem lahan dimana petani dapat mengelola ekosistemnya, dan dapat menekan biaya produksinya dengan cara menggunakan benih sendiri, menggunakaan pupuk dan pestisida nabati yang ramah lingkungan yang dibuat sendiri. Dengan begitu petani lebih mandiri dalam berbudidaya. Kemandirian inilah yang akan memperkuat eksistensi petani secara sosial, ekonomi, dan budaya.
Pertanian merupakan sebuah sektor penghidupan, saat ini dirasa kurang menarik perhatian untuk ditekuni, karena hasilnya kecil sehingga banyak ditinggalkan oleh kalangan masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini jelas merupakan ancaman bagi ketahanan pangan, karena pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk hidup. Salah satu penyebab dari menurunnya minat menjadi petani adalah tidak seimbangnya antara biaya produksi dan penghasilan yang didapat dari pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Biaya produksi semakin tinggi, sedang hasil yang didapat tidak lagi memuaskan. Tingginya biaya produksi tidak terjadi begitu saja, karena 30 tahun lebih petani sudah mengalami ketergantungan pada input eksternal berupa pupuk kimia, benih, pestisida dan sarana produksi lainnya. Pemakaian input-input tersebut ternyata juga menyumbang kerusakan lahan yang signifikan. Dosis yang digunakan cenderung meningkat, sedang hasil panen yang didapat kerap menurun. Sehingga biaya input semakin hari semakin tinggi.
Pertanian ekologis dikembangkan guna memberi harapan baru bagi petani dan menjawab permasalahan yang ada, seperti biaya input yang tinggi, hilangnya sumberdaya lokal, menurunnya kualitas tanah dan keseimbangan ekosistem, serta rendahnya pendapatan petani.
Produk pertanian ekologis selain sehat juga diapresiasi lebih baik oleh pasar. Dengan begitu peluang bagi petani untuk lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan usaha taninya dan penghidupannya akan lebih baik.