filosofi tulisan jawa

budaya Jawa juga memiliki aksara tersendiri yang menarik untuk dikaji. Aksara Jawa memiliki 20 karakter yang menyimpan beberapa makna dan asal-usul yang menarik untuk diketahui.

HaNaCaRaKa, lima karakter pertama dari aksara jawa ini memiliki arti sebagai hubungan antara Tuhan, Manusia, dan kewajiban manusia (sebagai hamba). DaTaSaWaLa, manusia harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan. PaDhaJaYaNya, Sang Penitah dan manusia memiliki keteguhan yang sama sesuai dengan ajaran agama. MaGaBaThaNga, manusia mau menerima segala baik itu yang diwajibkan padanya atau yang dilarang oleh Tuhan.

hurufjawa2oq0.gif
(1) HA NA CA RA KA: Ha: Hurip = hidup
Na: Legeno = telanjang Ca: Cipta = pemikiran, ide ata kreatifitas
Ra: Rasa = perasaan, qalbu, suara hati Ka: Karya = bekerja atau pekerjaan.
 
(2) DA TA SA WA LA DA TA SA WA LA (versi pertama):
Da: Dodo = dada
Ta: Toto = atur Sa: Saka = tiang penyangga
Wa: Weruh = melihat La: lakuning Urip = (makna) kehidupan.
DA TA SA WA LA (versi kedua): Da-Ta (digabung): dzat = dzat
Sa: Satunggal = satu, Esa Wa: Wigati = baik
La: Ala = buruk

(3) PA DHA JA YA NYA:
PA DHA JA YA NYA =Sama kuatnya (tidak diartikan per huruf).
 
(4) MA GA BA THA NGA :
Ma: Sukma = sukma, ruh, nyawa
Ga: Raga = badan, jasmani Ba-Tha: bathang = mayat
Nga: Lungo = pergi


Sedangkan menurut kisah Ajisaka,

hanacaraka mengisahkan dua orang abdi yang setia.
datasawala Keduanya terlibat perselisihan dan akhirnya berkelahi
padajayanya Mereka sama-sama kuat dan tangguh
magabathanga Akhirnya kedua abdi itu pun tewas bersama

dalam kisahnya, Ajisaka hendak pergi mengembara. Ia berpesan pada seorang abdinya yang setia agar menjaga keris pusakanya dan mewanti-wanti untuk tidak memberikan keris itu pada orang lain, kecuali dirinya sendiri. Setelah sekian lama mengembara, Ajisaka teringat akan pusaka yang ia tinggalkan di tanah kelahirannya. Maka ia pun mengutus seorang abdinya yang lain, yang juga setia, agar dia pulang dan mengambil keris pusaka itu. Ajisaka juga mewanti-wanti pada abdinya yang setia ini untuk tidak kembali ke hadapannya kecuali membawa keris pusakanya.
Namun ironis, kedua abdi yang sama-sama setia itu, akhirnya harus berkelahi dan tewas bersama, hanya karena mereka tidak berbicara satu sama lain. Sebenarnya keduanya mengemban misi yang sama: yaitu memegang teguh amanat.