Rasul
sebagai utusan Allah Swt. memiliki sifat-sifat yang melekat pada dirinya.
Sifat-sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang rasul. Sifat-sifat tersebut
adalah sifat wajib, sifat mustahil, dan
sifat jaiz.
1. Sifat Wajib
Sifat
wajib artinya sifat yang pasti ada pada rasul. Tidak bisa disebut seorang rasul
jika tidak memiliki sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu seperti
berikut.
a. Aṡ-Ṡidd³q
Aṡ-Ṡidd³q, yaitu
rasul selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as. Kepada bapaknya adalah
perkataan yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu yang tidak
memberi manfaat dan mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada Q.S.
Maryam/19: 41, berikut ini:
Artinya:
“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’ān), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S. Maryam/19: 41)
b. Al-Amānah
Al-Amānah, yaitu
rasul selalu dapat dipercaya. Di saat kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang
dibawa oleh Nabi Nuh as. lalu Allah Swt. Menegaskan bahwa Nuh as., adalah orang
yang terpercaya (amanah). Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. asy-Syu’āra/26
106-107 berikut ini:
Artinya:
“Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’āra/26: 106- 107)
c. At-Tabl³g
At-Tabl³g,
yaitu rasul selalu meyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan
Nabi Muhammad saw. dan tidak disampaikan kepada umatnya. Dalam sebuah riwayat
diceritakan bahwa Ali bin Abi Talib ditanya tentang wahyu yang tidak terdapat
dalam al-Qur’ān, Ali pun menegaskan bahwa
“Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada
yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap al-Qur’ān.” Penjelasan ini terkait dengan
Q.S. al-Māidah/5: 67 berikut ini.
Artinya:“Wahai
rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan
(apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah
memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Q.S. al-Māidah/5: 67)
d. Al-Faṭānah
Al-Faṭānah, yaitu
rasul memiliki kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok
kabilah di Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan al-
Hajār al-Aswād (batu hitam) di atas Ka’bah, lalu Rasulullah saw. menengahi
dengan cara semua kelompok yang bersengketa agar memegang ujung dari kain itu. Kemudian,
Nabi meletakkan batu itu di tengahnya, dan mereka semua mengangkat hingga
sampai di atas Ka’bah. Sungguh cerdas Rasulullah saw.
2. Sifat Mustahil
Sifat
mustahil adalah sifat yang tidak mungkin ada pada rasul. Sifat mustahil ini
lawan dari sifat wajib, yaitu seperti berikut.
a. Al-Kiẓẓ³b
Al-Kiẓẓ³b,
yaitu mustahil rasul itu bohong atau dusta. Semua perkataan dan perbuatan
rasul tidak pernah bohong atau dusta.
Artinya:
“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang
diucapkan itu (al-Qur’ān) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’ān) adalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S
an-Najm/53: 2-4)
b. Al-Khiānah
Al-Khiānah, yaitu
mustahil rasul itu khianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti
dilaksanakan.
Artinya:
“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang
musyrik.” (Q.S
al-An’ām/6: 106)
c. Al-Kiṭmān
Al-Kiṭmān, yaitu
mustahil rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang ia terima dari
Allah Swt. pasti ia sampaikan kepada umatnya.
Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan
Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula)
mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di
wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang
melihat? Apakah
kamu tidak memikirkan(nya).” (Q.S. al-An’ām/6: 50)
d. Al-Balādah
Al-Balādah yaitu
mustahil rasul itu bodoh. Meskipun Rasulullah saw. Tidak bisa membaca dan
menulis (ummi) tetapi ia pandai.
Artinya:
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah
pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Q.S al- A’rāf/7: 199)
3. Sifat Jāiz
Sifat
jāiz bagi rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah,
artinya rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa seperti rasa
lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya.
Bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai mana makhluk lainnya.
Di samping rasul memiliki sifat
wajib dan juga lawannya, yaitu sifat mustahil, rasul juga memiliki sifat jāiz,
tentu saja sifat jāiz-nya rasul dengan sifat jaiznya Allah Swt. sangat
berbeda.
Allah Swt. berfirman:
Artinya: “...(orang) ini tidak
lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu makan dan
dia minum seperti apa yang kamu minum.” (Q.S. al Mu’minūn/23: 33)
Selain tersebut di atas, rasul
juga memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu seperti
berikut.
1. Ishmaturrasūl adalah
orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan
pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah Swt. sehingga selalu
siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apa pun.
2. Iltizamurrasūl adalah
orang-orang yang selalu komitmen dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka
bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan perintah Allah Swt. meskipun
untuk menjalankan perintah Allah Swt. Itu harus berhadapan dengan
tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya maupun dari para
musuhnya. Rasul tidak pernah sejengkal pun menghindar atau mundur dari perintah
Allah Swt.
http://coretan-berkelas.blogspot.com/2014/11/sifat-wajib-sifat-mustahil-dan-sifat.html