Masuknya pengaruh Islam dan penyebarannya
di Indonesia, baik kepada golongan bangsawan maupun masyarakat umum, dilakukan
dengan damai dan dapat
diterima dengan cepat. Hal ini disebabkan beberapa faktor sebagai
berikut.
1.
Syarat-syarat
masuk Islam sangat mudah.
2.
Upacara-upacara
dalam Islam sangat sederhana.
3.
Islam
tidak mengenal kasta, semua orang dinilai sama kedudukannya.
4.
Penyebaran
Islam disesuaikan kondisi sosial budaya masyarakat.
5.
Jatuhnya
Sriwijaya dan Majapahit memperlancar penyebaran Islam.
Penyebaran Islam di Indonesia di setiap
daerah tidak dalam kurun waktu yang sama. Masing-masing kerajaan dan daerah
yang mendapatkan pengaruh Islam, mempunyai situasi politik dan pemerintahan
serta perkembangan kondisi masyarakat dan sosial budaya yang berbeda-beda.
E. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di
Indonesia
Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia
menyebabkan berdirinya beberapa kerajaan Islam. Dari beberapa kerajaan yang
ada, kita dapat menggambarkan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan
pada masa Islam di Indonesia.
1.
Kerajaan Samudra Pasai
Samudra Pasai yang terletak di dekat Muara Sungai Peusangan di
pesisir timur laut Aceh, merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, dengan
Sultan Malik Al Saleh
sebagai kepala negaranya. Samudra Pasai cepat berkembang karena
letaknya yang sangat strategis sehingga terjalin hubungan dagang yang baik
dengan India, Benggala, Gujarat,
Arab, dan Cina. Berkat kemajuan dalam perdagangan, Samudra
Pasai menjadi kerajaan yang makmur dan memiliki pertahanan yang kuat, serta
luas daerah kekuasaannya.
Pada tahun 1350, Samudra Pasai diserang oleh Majapahit yang iri
karena
kedekatan Samudra Pasai dengan Kesultanan Delhi. Penyerangan
ini mengakibatkan
kemunduran Kerajaan Samudra Pasai yang semakin lama semakin
lemah dan akhirnya dapat dikuasai oleh Kerajaan Aceh.
2.
Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh terletak di ujung utara
Pulau Sumatera. Semula Aceh merupakan daerah taklukan Kerajaan Pedir. Jatuhnya
Malaka dan Pasai ke tangan Portugis, mengakibatkan para pedagang di Selat
Malaka mengalihkan kegiatannya ke Pelabuhan Aceh. Aceh akhirnya berkembang
pesat, dan setelah kuat kemudian melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pedir
dan berdiri sebagai wilayah yang merdeka. Sultan pertama sekaligus pendiri
Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528).
Aceh mengalami masa kejayaan di bawah
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Aceh berusaha menguasai kembali
daerah-daerah yang dulu di bawah pengaruhnya dan telah direbut Portugis. Bahkan
Aceh dapat menaklukkan Deli, Johor, Bontan, Pahang, Kedah, Perak, Nias hingga
tahun 1625. Daerah sepanjang pantai barat Pulau Sumatera dapat dikuasai pula,
seperti Indrapura,
Silebar, Tiku, Salida, dan Pariaman.
Sejak Sultan Iskandar Muda wafat, Aceh
terus-menerus mengalami kemunduran yang akhirnya menyebabkan keruntuhan Aceh.
Namun, Aceh masih memegang peranan penting dalam penyebaran agama Islam.
3.
Kerajaan Demak
Majapahit mengalami keruntuhan pada tahun
1478. Pada tahun 1500, Raden Patah yang
keturunan Raja Brawijaya V, seorang Adipati Demak yang beragama Islam, telah
melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Kemudian dengan bantuan para wali,
Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak, dan dinobatkan sebagai Sultan Demak
pertama, dengan gelar Senapati Jimbung Ngabdur’rahman Panembahan Palembang
Sayidin Panatagama.
Demak menjadi kerajaan maritim, dan Raden
Patah berhasil membuat Jepara dan Semarang menjadi pelabuhan transit yang
menghubungkan Indonesia bagian timur sebagai daerah penghasil rempah-rempah,
dengan Malaka sebagai daerah pemasaran Indonesia bagian barat.
Keruntuhan Kerajaan Demak diawali dengan
wafatnya Sultan Trenggana pada tahun 1546, karena terjadi perebutan tahta
kerajaan. Aria Penangsang, berhasil membunuh Prawata (putra Sultan Trenggana)
yang merasa lebih berhak atas tahta kerajaan. Aria Penangsang sendiri berhasil
dibunuh oleh Hadiwijaya, Adipati Pajang dan menantu Sultan Trenggana. Kemudian
pusat pemerintahan Demak beserta alat
kebesarannya dipindahkan ke Pajang pada tahun 1568. Sejak saat itu tamatlah riwayat
Kerajaan Demak dan berdirilah Kerajaan Pajang.
4.
Kerajaan Pajang
Setelah Hadiwijaya menduduki tahta
Kerajaan Pajang, segera menghadiahkan daerah Kotagede Yogyakarta dan mengangkat
Ki Ageng Pemanahan menjadi adipati di situ. Saat Ki Ageng Pemanahan meninggal,
jabatan Adipati digantikan oleh anaknya, Sutawijaya. Sementara itu Adipati
Demak diserahkan kepada Pangeran Aria
Pangiri. Sutawijaya yang menjadi adipati di Mataram (Yogyakarta) ingin menjadi
raja dan berkuasa atas seluruh Pulau Jawa.
Sultan Hadiwijaya wafat pada tahun 1582,
kedudukan digantikan putranya, Pangeran Benowo. Saat Pangeran Benowo berkuasa,
Aria Pangiri berusaha merebut kekuasaan di Pajang, namun dapat digagalkan atas
bantuan Sutawijaya.
Pangeran Benowo memang tidak sanggup menggantikan
kedudukan ayahnya sebagai Sultan Pajang, oleh karenanya ia menyerahkan tahta
kerajaan kepada Sutawijaya. Oleh Sutawijaya, Kerajaan Pajang dipindahkan ke
Mataram pada tahun 1586. Berakhirlah riwayat Pajang, dan berdiri Kerajaan
Mataram yang bercorak Islam di Yogyakarta.
5.
Kerajaan Mataram Islam
Setelah naik tahta kerajaan pada tahun
1586, Sutawijaya bergelar Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Kerajaan
Mataram yang didirikan Sutawijaya merupakan
Kerajaan Mataram kedua yang kini bercorak
Islam, sementara yang pertama dulu bercorak Hindu. Namun letak Mataram Islam
berada di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu. Sementara itu, Pajang yang
dahulu menjadi pusat kerajaan, masuk menjadi wilayah kekuasaan Mataram Islam,
dan Pangeran Benowo sebagai Adipati Pajang.
Setelah Panembahan Senapati, berturut-turut
yang menggantikan kedudukan Sultan
Mataram adalah Mas Jolang atau Pangeran Seda
Krapyak (1601-1613), Mas Rangsang
atau Sultan Agung Hanyakrakusuma Senapati ing
Alaga Ngabdurrahman Kalifatullah
(1613-1645).
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan
dimakamkan di Imogiri. Semua raja keturunan Sultan Agung, baik dari Yogyakarta
maupun dari Surakarta, juga dimakamkan di Imogiri. Setelah Sultan Agung wafat,
Mataram Islam mengalami kemunduran.
6.
Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon didirikan oleh Faletehan
atau Fatahilah, yaitu seorang penyebar agama Islam, ahli perang, politikus, dan
negarawan, yang sebelumnya mengabdi pada Kerajaan Demak.
7.
Kerajaan Banten
Kerajaan Banten terletak di ujung barat
Pulau Jawa, yaitu di sebelah selatan wilayah Banten sekarang. Semula Banten di
bawah kekuasaan Kerajaan Pajajaran, namun akhirnya berhasil direbut Fatahilah
atas perintah Sultan Trenggana dari Demak. Sejak saat itu Islam berkembang dengan
pesat.
8.
Kerajaan Makassar
Pada
awal abad ke-16, di Sulawesi Selatan terdapat banyak kerajaan yang menurut Tome Pires jumlahnya ada 50
yang masih menganut berhala. Di antara kerajaankerajaan di Sulawesi yang
terkenal adalah Kerajaan Gowa, Tallo, Bone, Wajo, Soppeng, dan Kerajaan Luwu.
9.
Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate terletak di Maluku Utara,
berdiri sejak abad ke-13, dengan ibukota di Sampalu. Perkembangan agama Islam
di Ternate sangat pesat setelah raja Ternate Zainal Abidin belajar Islam di
Gresik. Bahkan para kyai dan ulama di Gresik didatangkan ke Ternate untuk
menjadi guru ngaji. Di samping itu juga mengirimkan para pemuda Ternate untuk
belajar agama Islam di Gresik.
10. Kerajaan Tidore
Selain Kerajaan Ternate, di Maluku pada
abad ke-13 juga terdapat Kerajaan Tidore, yang terletak di sebelah selatan
Kerajaan Ternate, yaitu di Pulau Tidore. Semula kedua kerajaan Islam tersebut
bersatu, namun setelah masuknya bangsa asing, yaitu Portugis dan Spanyol,
mereka tidak lagi bersatu. Kerajaan Ternate bersahabat dengan Portugis, dan
Kerajaan Tidore bersahabat dengan Spanyol.
Pada perkembangan berikutnya, Kerajaan Ternate dan Tidore
bersatu kembali untuk mengusir Portugis dari Maluku, dan berhasil.
F. Peninggalan-Peninggalan Bercorak Islam di
Indonesia
Peninggalan sejarah yang bercorak Islam di berbagai daerah di
Indonesia, hampir tidak ada perbedaan. Justru yang ada adalah
persamaan-persamaan yang secara umum memang terjadi seperti itu.
Masuknya pengaruh Islam ke Indonesia, terjadi setelah masyarakat
Indonesia memeluk Hindu dan Buddha. Tokoh-tokoh penyebar Islam tidak memusuhi
agama yang sudah
ada, tetapi diusahakan masuk Islam dengan kesadaran sehingga
terjadi integrasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan Islam. Hal ini
mengakibatkan peninggalan
Islam di Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan
Buddha, baik bentuk bangunannya, seni arsitekturnya, maupun hiasan-hiasan yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari bangunan tersebut.
Peninggalan sejarah yang bercorak Islam
antara lain sebagai berikut.
1.
Masjid
2.
Keraton
3.
Batu
Nisan
4.
Kaligrafi
5.
Seni
Sastra
6.
Seni
Pertunjukan