Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia, mulai dari Portugis,
Inggris, dan Belanda, sebenarnya yang paling lama dan menyeluruh serta
berpengaruh terhadap seluruh kehidupan bangsa Indonesia, baik perkembangan
masyarakatnya, kebudayaan, maupun pemerintahan, adalah ketika masa colonial
Belanda. Namun bukan berarti yang lain tidak membawa dampak sama sekali. Semua
bangsa Eropa yang dating ke Indonesia, sebenarnya tidak ada yang menguntungkan,
karena memang tidak ada kerja sama.
1.
Masa Kolonial Portugis
Meskipun salah satu tujuan Portugis ke Indonesia adalah untuk
mencari daerah jajahan, namun tujuan tersebut dapat dikatakan todak berhasil.
Portugis hanya dapat menguasai Ternate. Di Ternate bangsa Portugis berusaha
merebut perdagangan cengkeh dan pala. Di daerah Maluku, Portugis berusaha
menanamkan kekuasaannya. Namun hamper semua masyarakat menolak kehadirannya,
karena sikap Portugis yang sombong. Dengan segala kekuasaannya, Portugis
bertindak sewenang-wenang dan bertindak kejam terhadap rakyat. Akhirnya,
terjadi pertentangan antara rakyat Maluku dengan Portugis. Setelah rakyat
sadar, mereka segera mengusir Portugis dari Maluku. Selama di Indonesia,
Portugis-pun gagal mempengaruhi Aceh.
Selama zaman colonial Portugis di Indonesia, Portugis
meninggalkang bekas-bekasnya di dalam kebudayaan Indonesia. Kebudayaan rohani
yang ditinggalkan berupa penyebaran agama Katholik di Ambon. Ini terlihat dari
nama-nama yang meniru nama-nama bangsa Portugis, seperti De Fretes, Lopies, dan
Diaz. Bangsa Portugis juga meninggalkan benda-benda yang akhirnya dianggap
keramat oleh bangsa Indonesia, seperti meriam-meriam yang dikenal dengan nama
Nyai Setomi di Solo, Si Jagur di Jakarta, dan Ki Amuk di Banten.
2.
Masa Kolonial Spanyol
Semenjak Belanda menginjakkan kakinya di Indonesia pada
tahun 1596, kemudian mereka melakukan kongsi dagang yang diberi nama
VOC,berarti bangsa Indonesia sudah dijajah oleh Belanda.
Kepemimpinan VOC di
pegang oleh dewan beranggotakan 17 orang
yang berkedudukan di Amsterdam . untuk melaksanakan kekuasaan di
Indonesia , di angkatlah beberapa gubernur VOC , antara lain:
A. Pieterboth
, gubernur jendral VOC pertama yang memerintah tahun 1610-1619 di Ambon.
B. Jan
Pieter Zoon Coen , gubernur jendral VOC yang kedua yang memindahkan pusat
VOC
dari Ambon ke Jayakarta (Batavia).
dari Ambon ke Jayakarta (Batavia).
Pada saat masalah keuangan dialami Belanda, Belanda mengirim Johanes Van Den Botch. Mengeluarkan peraturan tanam paksa (Cultuur Stelsel) untuk mentambah penerimaan negaranya diindonesia . tanam paksa adalah peraturan yang mewajibkan setiap desa untuk menyisihkan sebagian tanah nya untuk ditanami komudidi ekspor, kopi, tebu, dan nila. System tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding system monopoli VOC. Kerasnya system tanam paksa akhirnya memunculkan politik etis atau politik balas budi. Politik etis ialah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah colonial memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. Muculnya kaum etis dipelopori oleh Pieter Brooshoft (wartawan kotan ‘De Locomotief’) dan Conrad Theodor Van Deventer (politikus). Ratu Wihelmina menuangkan panggilan moral kedalam kebijakan politik etis yang terangkum dalam program ‘Trias Politika’.
Program ‘Trias Politika’ meliputi:
a. Irigasi,
yaitu membangun dan memperbaiki pengairan dan bendungan untuk pertanian.
b. Emigrasi,
yaitu mengajak penduduk untuk transmigrasi.
c. Edukasi,
yaitu memperluas bidang pengajaran dan pendidikan.
Begitu liciknya Belanda dalam mengabadikan pencengkraman
penjajahan di Indonesia terutama dalam memecah belah persatuan dan kesatuan.
Bangsa ini tercabik-cabik dan tidak mempunyai kesempatan untuk melepaskan diri
dari cengkramannya. Namun, setelah saatnya tiba dengan segala pengorbanan dan
perjuangan, kesempatanpun dating dan kita dapat menjadi bangsa yang merdeka.