pesantren-pesantren
Aswaja khususnya, selalu mempelajari berbagai macam kitab, yang kalau
di masyarakat kita, dikenal dengan kitab kuning. Disebut demikian karena
warna lembarannya berwarna kuning lapuk. Kitab-kitab tersebut berbahasa
Arab dan dikarang oleh Masyayih yang keilmuannya mu'tabar dan sanad
keilmuannya bersambung sampai Rasulullah SAW.
Dalam dunia pesantren khususnya pesantren salaf, kitab kuning tersebut menjadi rujukan utama. Yang menarik, kitab kuning yang diajarkan telah memiliki umur yang cukup lama, hingga ratusan tahun tetap terjaga keasliannya. Berikut akan kami share tujuh kitab dasar yang dipelajari di pesantren salaf dari berbagai macam cabang ilmu agama.
Dalam dunia pesantren khususnya pesantren salaf, kitab kuning tersebut menjadi rujukan utama. Yang menarik, kitab kuning yang diajarkan telah memiliki umur yang cukup lama, hingga ratusan tahun tetap terjaga keasliannya. Berikut akan kami share tujuh kitab dasar yang dipelajari di pesantren salaf dari berbagai macam cabang ilmu agama.
1. Kitab Al-Jurumiyah
Salah satu kitab dasar yang mempelajari ilmu nahwu. Setiap santri yang
menginginkan belajar kitab kuning wajib belajar dan memahami kitab ini
terlebih dahulu. Karena tidak mungkin bisa membaca kitab kuning tanpa
belajar kitab Jurumiyah, ppedoman dasar dalam ilmu nahwu. Adapun
tingkatan selanjutnya setelah Jurumiyah adalah Imrithi, Mutamimah, dan
yang paling tinggi adalah Alfiyah. Al-Jurumiyah dikarang oleh Syekh
Sonhaji dengan memaparkan berbagai bagian di dalamnya yang sistematis
dan mudah dipahami.
2. Kitab Amtsilah At-Tashrifiyah
Jika nahwu adalah ibunya, maka shorof bapaknya. Begitulah hubungan
kesinambungan antara dua jenis ilmu itu. Keduanya tak bisa dipisahkan
satu sama yang lainnya dalam mempelajari kitab kuning. Salah satu kitab
yang paling dasar dalam mempelajari ilmu shorof adalah Kitab Amtsilah
Tashrifiyah yang dikarang salah satu ulama Indonesia, beliau KH. Ma’shum
‘Aly dari Jombang. Kitab tersebut sangat mudah dihafalkan karena
disusun secara rapi dan bisa dilagukan dengan indah.
3. Kitab Mushtholah Al-hadits
Kitab dasar selanjutnya adalah Kitab Mushtholah Al-Hadits yang
mempelajari ilmu mengenai seluk beluk ilmu hadits. Mulai dari
macam-macam hadits, kriteria hadits, syarat orang yang berhak
meriwayatkan hadits dan lain-lain dapat dijadikan bukti kevalidan suatu
matan hadits. Kitab ini dikarang oleh al-Qodhi abu Muhammad
ar-Romahurmuzi yang mendapatkan perintah dari Kholifah Umar bin Abdul
Aziz karena pada waktu itu banyak orang yang meriwayatkan hadist-hadist
palsu.
4. Kitab Arba’in Nawawi
Pada kitab yang telah disebutkan di atas merupakan kitab dasar dalam
menspesifikasikan kedudukan hadits. Berbeda lagi dengan kitab matan
hadits yang harus dipelajari di dunia pesantren, yaitu Kitab Arba’in
Nawawi karangan Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Murri Al Nizami
An-Nawawi yang berisi 42 matan hadits. Selain itu beliau juga mengarang
berbagai kitab antara lain Riyadhus Sholihin, Al-Adzkar, Minhajut
Tholibin, Syarh Muslim, dan lain-lain. Muatan tema yang dihimpun dalam
kitab ini meliputi dasar-dasar agama, hukum, muamalah, dan akhlak
5. Kitab At-Taqrib
Fiqh merupakan hasil turunan dari Al-Quran dan Al-Hadist setelah melalui
berbagai paduan dalam ushul fiqh. Kitab Taqrib yang dikarang oleh
Al-Qodhi Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Ashfahaniy adalah
kitab fiqh yang menjadi rujukan dasar dalam mempelajari ilmu fiqh. Di
atas Kitab Taqrib ada Kitab Fathul Qorib, Tausyaikh, Fathul Mu’in, dan
semuanya itu syarah atau penjelasan dari At-Taqrib.
6. Kitab Aqidatul Awam
Hal mendasar dalam agama adalah kepercayaan atau aqidah. Apabila aqidah
sudah mantap, kuat dan benar maka dalam menjalani syariat agama tidak
akan menyeleweng dari aturan syariat yang telah ditentukan. Kitab dasar
aqidah yang dipelajari dipesantren adalah kitab Aqidatul Awam karangan
Syaikh Ahmad Marzuqi Al-Maliki berisi 57 bait nadzom. Kitab ini dikarang
atas perintah Rasulullah yang mendatangi sang pengarang melalui
mimpinya. Hingga beliau mampu menyelesaikan kitab tersebut sebagai acuan
sumber literasi ilmu Aqidah di berbagai tempat.
7. Kitab Ta’limul Muta’alim
Sepandai apapun manusia serta sebanyak apapun ilmu yang dikuasainya,
semuanya tidak akan bisa menghasilkan sarinya ilmu tanpa adanya akhlaq.
Hal dasar bagi para pencari ilmu agar ilmunya manfaat dan barokah adalah
harus mengutamakan akhlaq. Kitab dasar yang menerangkan mengenai akhlaq
di dunia pesantren adalah kitab Ta’limul-Muta’alim karangan Syaikh
Burhanuddin Az-Zarnuji. Setiap awal proses belajar di pesantren sesuai
adatnya pasti mempelajari kitab ini ataupun kitab lain yang seakar
dengan Ta’limul Muta’alim, seperti kitab Adabul ‘alim wal Muta’alim
karangan ulama’ besar Indonesia, Pahlawan Nasional sekaligus pendiri
jam’iyah Nahdlatul Ulama, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari. Kedua kitab
ini pun juga menjadi kurikulum wajib bagi pesantren yang ada di
Indonesia bahkan hingga luar negeri.
Sungguh kaya khazanah ilmu pengetahuan Islam yang ada di dunia
pesantren. Ada sekitar 200 judul kitab dipelajari di pesantren menurut
data yang pernah dikemukakan oleh Gus Dur. Kalangan pesantren terus
berupaya agar kebudayaan pesantren ini dapat eksis di tengah perubahan
zaman dan globalisasi. Literasi kebudayaan salaf ini mampu menunjukkan
kiprah para ulama sebagai warotsatul ambiya’ (pewaris para Nabi). Wallahua’lam bishshowab.
Penulis :Faiz Ainur Razi, mahasiswa Unesa (Surabaya), alumni Pondok Pesantren Tebuireng
Diedit seperlunya untuk Universitas Menyan Indonesia oleh Fahmi Ali N. H.
Penulis :Faiz Ainur Razi, mahasiswa Unesa (Surabaya), alumni Pondok Pesantren Tebuireng
Diedit seperlunya untuk Universitas Menyan Indonesia oleh Fahmi Ali N. H.