Pengetahuan yang cukup memadai tentang
unsur-unsur instrinsik cerita akan memudahkan kita memberikan
penghargaan terhadap sebuah karya. Itulah kegiatan apresiasi yang
sesungguhnya.
Berikut ini unsur-unsur intrinsik cerita.
1. Tema
Setiap cerita pasti memiliki gagasan pokok yang diangkat sebagai ide cerita. Hal tersebut dinamakan tema cerita. Misalnya kesetiakawanan, persahabatan, percintaan dan sebagainya.
2. Latar
1. Tema
Setiap cerita pasti memiliki gagasan pokok yang diangkat sebagai ide cerita. Hal tersebut dinamakan tema cerita. Misalnya kesetiakawanan, persahabatan, percintaan dan sebagainya.
2. Latar
Latar menunjuk kepada waktu dan tempat berlangsung kisah cerita itu.
Misalnya di sebuah bukit pada pagi hari, di sebuah rumah tua pada malam 1
Syura, dan sebagainya. Dalam cakupan yang lebih luas, latar dapat
menjelaskan sebuah kurun waktu, misalnya zaman perang kemerdekaan atau
zaman pemerintahan kerajaan. Latar juga dapat merujuk pada strata
kehidupan, misalnya sebuah kisah cerita berlangsung di kalangan
konglomerat atau cerita di kalangan masyarakat miskin, dan sebagainya.
3. Penokohan atau perwatakan
Hal yang menarik dalam sebuah cerita berupa diciptakannya konflik antarpelaku akibat gesekan perbedaan karakter atau watak para tokoh. Hal itu disebut dengan penokohan atau perwatakan. Pemberian karakter tokoh atau pelaku dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penokohan langsung, artinya dalam menuturkan ceritanya, pengarang menyebutkan secara langsung perwatakan tokohnya. Dalam teknik penokohan jenis ini, pembaca tidak perlu menyimpulkan perwatakan pelaku. Penokohan tidak langsung, artinya dalam menuturkan ceritanya, pengarang tidak secara langsung menyebutkan watak tokohnya. Pengarang melukiskannya melalui tingkah laku, sikap, lingkungan maupun gambaran fisik tokoh. Bahkan, melalui reaksi tokoh lain terhadap tokoh yang dimaksud. Dalam teknik penokohan jenis ini, pembaca
Hal yang menarik dalam sebuah cerita berupa diciptakannya konflik antarpelaku akibat gesekan perbedaan karakter atau watak para tokoh. Hal itu disebut dengan penokohan atau perwatakan. Pemberian karakter tokoh atau pelaku dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Penokohan langsung, artinya dalam menuturkan ceritanya, pengarang menyebutkan secara langsung perwatakan tokohnya. Dalam teknik penokohan jenis ini, pembaca tidak perlu menyimpulkan perwatakan pelaku. Penokohan tidak langsung, artinya dalam menuturkan ceritanya, pengarang tidak secara langsung menyebutkan watak tokohnya. Pengarang melukiskannya melalui tingkah laku, sikap, lingkungan maupun gambaran fisik tokoh. Bahkan, melalui reaksi tokoh lain terhadap tokoh yang dimaksud. Dalam teknik penokohan jenis ini, pembaca
Penokohan langsung, artinya dalam menuturkan ceritanya, pengarang
menyebutkan secara langsung perwatakan tokohnya. Dalam teknik penokohan
jenis ini, pembaca tidak perlu menyimpulkan perwatakan pelaku. Penokohan
tidak langsung, artinya dalam menuturkan ceritanya, pengarang tidak
secara langsung menyebutkan watak tokohnya. Pengarang melukiskannya
melalui tingkah laku, sikap, lingkungan maupun gambaran fisik tokoh.
Bahkan, melalui reaksi tokoh lain terhadap tokoh yang dimaksud. Dalam
teknik penokohan jenis ini, pembaca harus menyimpulkan sendiri
perwatakan tokoh.
4. Alur
Cerita dibangun atas jalinan peristiwa yang sambungmenyambung membentuk satu kesatuan cerita yang disebut alur cerita. Alur terbagi atas tahapan-tahapan yang dibahas pada bagian lain dalam buku ini.
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang saat menuturkan cerita. Pengarang dapat memerankan dirinya sebagai pelaku yang seolah-olah menceritakan kisahnya sendiri atau pengarang sebagai pengamat yang menceritakan kisah orang lain.
6. Amanat
Selain berkarya, pengarang cerita berupaya menyampaikan pesan moral kepada pembaca cerita melalui amanat cerita. Amanat harus disimpulkan sendiri oleh pembaca.
Cerita dibangun atas jalinan peristiwa yang sambungmenyambung membentuk satu kesatuan cerita yang disebut alur cerita. Alur terbagi atas tahapan-tahapan yang dibahas pada bagian lain dalam buku ini.
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah posisi pengarang saat menuturkan cerita. Pengarang dapat memerankan dirinya sebagai pelaku yang seolah-olah menceritakan kisahnya sendiri atau pengarang sebagai pengamat yang menceritakan kisah orang lain.
6. Amanat
Selain berkarya, pengarang cerita berupaya menyampaikan pesan moral kepada pembaca cerita melalui amanat cerita. Amanat harus disimpulkan sendiri oleh pembaca.